Kamis, 28 Februari 2013

Hingga Kini Peserta Po Un Mencapai Ratusan KK

JAMBI – Hingga hari Kamis (28/2) peserta yang mengikuti prosesi Po Un (kias menolak bala) di Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi mencapai seratus kepala keluarga (KK), masing-masing kepala keluarga mewakili 5 jiwa, mereka datang ke Kelenteng Makin Sai Che Tien untuk mengikuti prosesi Po Un (kias) detik-detik terakhir.
Setiap perwakilan mesti mengikuti Lim Tek Ching, Taoshe mengelilingi altar Hok Hie Te Shien (nabi Fu Xi) sebanyak dua belas kali putaran, setiap putaran Taoshe membacakan berbagai mantera penolak bala, setelah meliwati jembatan Replika peserta diharuskan mengikuti Taoshe mengucapkan kalimat Kwe Ya (artinya LIWAT lah), makna ucapan itu, agar setiap orang bisa meliwati sehari-hari dan mewilati setiap bulan hingga akhir tahun dengan selamat tanpa ada alar melintang (Ciong).

Menurut Lim Tek Chong yang sengaja datang dari Provinsi Hok Kien, China, setiap awal tahun imlek, bahkan di China juga melakukan Po Un seperti ini, “Di China Po Un juga seperti yang dilakukan di Jambi,” Tambah Lim Tek Chong, setiap peserta Po Un mengikuti keliling altar shen ming sambil mengucapkan bahasa Hok Kien yaitu Kwe Ya, yang diartikan kita dapat meliwati segala lintangan tanpa ada gannguan (ciong).

Lim Tek Chong setiap awal tahun baru imlek diundang oleh Makin Sai Che Tien untuk memberikan pelayanan Pon Un kepada Umat Khonghucu di Provinsi Jambi. Namun selain di Jambi, umat Khonghucu di Sumsel juga ada mengundang beliau (Lim Tek Chong), maka empat hari di Jambi, empat hari di Palembang untuk melakukan Po Un.

Berhubung semakin banyak yang mau ikut Po Un, maka Makin Sai Che Tien akan memperpanjang waktu Po Un hingga 1 Maret 2013 (besok terakhir). (Romy)

Rabu, 27 Februari 2013

Yayasan Kesejahteraan Sentosa Salurkan Bantuan Korban Banjir

JAMBI (ayojambi.com) - Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS) Jambi bekerja sama dengan Lions Club Jambi menyalurkan bantuan sosial kepada korban banjir di kawasan Kumpeh Ulu, adapun bentuk bantuan berupa mie instan sebanyak 600 dus dan air mineral sebanyak 600 dus.
Penyerahan diserahkan oleh Wakil Ketua Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS), Darman Wijaya didampingi oleh presiden Lions Club Jambi, kepada warga di 14 RT (600 KK) di kantor kepala desa Muara Kumpeh.

Untuk menghindari terjadinya rebutan, maka setiap  KK diberikan satu kupon, setiap kupon dapat ditukarkan dengan satu dus mie instan dan air mineral satu dus, penukaran kupon dilakukan di kantor kepada desa.

Bantuan tersebut disalurkan Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS) bekerja sama dengan Lions Club Jambi yang dipimpin oleh Lily beserta segenap pengurus Lions Club Jambi.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka YKS langsung menyalurkan bantuan ke warga yang sangat membutuhkan, bantuan ini adalah sumbangan dari masyarakat tionghoa melalui Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS) Jambi, ujar Darman Wijaya, “Bantuan ini diberikan untuk para korban banjir. Ini adalah bentuk kepedulian YKS Jambi,’’ maka YKS Jambi mengharap semoga bantuan dapat meringankan warga yang sedang mengalami musibah banjir. (Romy)

Selasa, 26 Februari 2013

Pengurus Matakin Jambi Mengunjungi Lokasi Banjir

Banjir masih merendam Kota Jambi. Banjir yang terjadi sejak beberapa hari terakhir ini tampak mulai ada tanda-tanda surut, bahkan tinggi tidak separah kemarin.
Sebelum nya ribuan masyarakat Kota Jambi mengungsi ke posko yang disediakan oleh pemerintah, kini mereka telah kembali kerumah masing-masing seperti dikawasan Danau Sipin.

Bencana banjir yang merendam sebagian Kota Jambi ini, membuat Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi Jambi dan Kota melakukan kunjungan ke kelenteng Hua Liong Kiong yang dikenal shen ming utama “Po Seng Tai Te”. Hua Liong Kiong adalah salah satu tempat ibadah Khonghucu tertua yang terletak di Rt. 03, Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, Kelenteng yang didirikan sejak tahun 1904, hingga kini masih berdiri kokoh.

Akibat banjir, membuat para petinggi umat Khonghucu di Provinsi Jambi dan Kota Jambi melakukan kunjungan ke kelenteng tua yang ada di danau sipin, adapun pengurus Matakin Jambi yang ikut dalam rombongan, terdiri dari Ketua Matakin Jambi, Darman Wijaya, wakil ketua Matakin, Alex Sujanto, Wakil Ketua Bidang Sosial dan Humas, Berlianta Eliamsya (Lie Tjin Hai), dan Ketua Matakin Kota Jambi, Darmadi Tekun didampingi wakil ketua Matakin Kota, Huwanda Desswandhy.

Menurut Darman Wijaya selaku ketua Matakin di Provinsi Jambi, sudah sewajarnya melakukan peninjauan terhadap rumah ibadah umat Khonghucu di Jambi, sebagai bentuk solidaritas antar warga yang ada dilingkungan kelenteng Hua Liong Kiong (Romy)

Minggu, 24 Februari 2013

Ribuan Warga Kota Jambi Tumpah Ruah Saksikan Karnaval Ca Go Meh


Jambi - Ribuan warga dari berbagai etnis tumpah ruah di Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Jelutung, untuk menyaksikan perayaan puncak Festival Cap Go Meh 2013, yang diadakan oleh umat Khonghucu, Jambi, sejak sore Minggu (24/2).
Berbagai atraksi yang tidak dapat dilakukan sembarang orang, seperti menusukan benda tajam kebagian tubunya, juga atraksi melompati kobaran api dan ritual keagamanan mewarnai kegiatan tersebut, diantaranya adalah Barongsai dan arak-arakan kursi tandu (joli) para roh suci shen ming.

Dalam kegiatan itu, sedikitnya ada puluhan shen ming ikut ambil bagian dalam diarak berkeliling dari satu kelenteng ke kelenteng lainnya oleh beberapa orang yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

"Selain keliling kelenteng, mereka juga masuk ke rumah-rumah warga Tionghoa untuk singgah dan mendoakan tuan rumah agar mendapat rezeki dan kesehatan," ujar warga RT 03, Kelurahan Talangjauh, yang hadir dalam perayaan itu.

Menurut warga, selain pemandu shen ming, masih ada dua atau tiga orang lagi yang dipercaya juga memiliki kekuatan supranatural dalam rombongan memandu roh suci shen ming itu.

Beberapa khi tong/ tatong, biasanya berjalan dalam kondisi tidak sadar, karena jasad mereka sudah dirasuki oleh roh suci, namun mereka dapat memberikan petunjuk kebaikan melalui pembacaan mantera atau kertas hu, katanya lagi.

Para khi tong/ tatung ini membawa sejenis bola-bola berduri dengan tali rantai dan senjata tajam seperti pedang (alat perang yang dipergunakan masing-masing dimasa hidup). Sesekalai ia membenturkan punggungnya dengan bandul berduri sehingga membuat kulit punggungnya terkelupas.

Bahkan, khi tong// tatung yang lainnya menusuk kulit pipinya dengan sejenis besi panjang hingga tembus ke pipi sebelahnya. Di ujung besi yang tembus diletakkan buah-buahan seperti pisang/ apel dan jeruk.

Mereka juga melakukan atraksi melompati api yang sedang berkobar yang sengaja diletakkan ditengah jalan perlintasan rombongan karnaval.

Dalam kegiatan itu, dihadiri oleh Anggota DPR RI dari Jambi H. A. Bakri HM, Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar, Danrem 042/Gapu Kolonel INF Eko Budi. S, Kajaksaan Tinggi, FKUB Provinsi Jambi, Kakanwil Kemenag Provinsi Jambi, Wakil Walikota Jambi Sum Indra, Pengadilan Negeri Jambi dan Bupati Tanjung Jabung Timur Zumi Zola, , dan unsur Muspida lainya.
Wakil Gubernur Jambi Facrori Umar dalam sambutan kegiatan itu mengatakan, apa yang ditampilkan oleh para umat Khonghucu ini adalah kekayaan budaya kita bersama yang patut dijaga dan dilestarikan.

"Inilah wujud keragaman budaya kita di Jambi ini, dan ini patut kita jaga bersama agar tetap lestari," katanya sambil mengucapakan selamat kepada ribuan umat Khonghucu yang berdesakkan di Kelenteng Makin Hok Kheng Tong.

Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Provinsi Jambi, Darman Wijaya mengaku perayaan Cap Go Meh tahun in lebih ramai dari tahun-tahun sebelumnya.

Menurut dia, ramainya umat yang datang menyaksikan kegiatan itu sebagai pertanda tidak ada lagi rasa ragu dan takut dalam diri umat Khonghucu di Jambi dalam merayakan kegiatan keagamaan mereka.

"Kegiatan Cap Go Meh ini lebih ramai dari tahun sebelumnya. Ini berkaitan dengan telah ditetapkannya agama Khonghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, sehingga umat Khonghucu Jambi tidak usah takut dan ragu dalam merayakan ritual keagamaan, sebab segala kegiatan itu kini telah berlandasi undang-undang. Sekarang agama Khonghucu sudah setara dengan agama lain di Indonesia," paparnya. (Romy)

http://ayojambi

Lautan Manusia Menyaksikan Malam Cap Go Me

Malam ini di Jalan Pangeran Diponegoro Kota Jambi akan menjadi lautan manusia, Minggu (24/2/2013). Ribuan orang bersukacita menyaksikan atraksi arak-arakan para roh suci (shen ming) yang turun dari berbagai kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) disertai tarian Barongsai dan Liong (naga). Inilah kirab ritual yang digelar Makin Kelenteng Leng Chun Keng, Kelenteng Makin Sai Che Tien dan Makin Kelenteng Hok Kheng Tong.
Dalam perayaan Cap Go Me, juga menampilkan atraksi Keng Kian (menusuk benda tajam kebagian tubuh) dan melompati api. Antusiasme semakin menjadi-jadi ketika ratusan kembang api dinyalakan guna memeriahkan malam dibulan purnama ini. Padatnya pengunjung di kawasan Makin Kelenteng Hok Keng Tong pada acara Malam perayaan Cap Go Me, membuat banyak warga masih tertahan di luar dan tidak dapat memasuki halaman kelenteng, untuk mengatasi masalah tersebut agar seluruh pengunjung dapat menyaksikan aktifitas yang berada di dalam lingkungan kelenteng, maka panitia pelaksana menyediakan layar lebar di luar arena kegiatan. (Romy)

Yang Menarik Dari Malam Cap Go Me

 JAMBI, ayojambi.com – Malam Cap Go Me/ malam tanggal 15 imlek merupakan berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek, pada malam tersebut maupun sehari sebelum diberbagai daerah di tanah air pada adakan acara malam Cap Go Me. Ada karnaval lampion, umbul-umbul, arak-arakan kim sin para roh suci (shen ming), atraksi barongsai, liong dan yang tidak kalah seru adalah atraksi menyiksa diri dari para tatung/ kitong dengan benda tajam.
Perayaan malam Cap Go Me setiap tahun di Jambi dipusatkan dikawasan Koni, pada malam itu ribuan warga masyarakat Jambi tumpah ruah baik di beberapa kelenteng yang adalah karnaval maupun menyaksikan dari jalan-jalan yang dilalui rombongan karnaval.

Cap Go Me menjadi pusat perhatian warga masyarakat Kota Jambi, pasalnya pusat kegiatan perayaan malam Cap Go Me di Jambi, Minggu (24/2-2013). Arak-arakannya kim sin (patung shen ming) mulai pukul 17.60, setelah berbagai ritual dilakukan di Kelenteng MAKIN Leng Chun Keng dan Kelenteng MAKIN Sai Che Tien, selanjutnya kedua rombongan menuju ke Makin Kelenteng Hok Kheng Tong. Perayaan Cap Go Me ini murni dilaksanakan oleh para penganut kepercayaan Khonghucu Jambi.

Sejak Sabtu, berbagai persiapan kegiatan telah dilakukan oleh masing-masing kelenteng sebagai peserta karnaval, kegiatannya antara lain berupa parade lampion, atraksi barongsai, liong arak-arakan tandu (joli) kim sin (patung dewa), arak-arak Cap Go Me belangsung di sepanjang Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, yang jaraknya lebih dari lima kilo.

Atraksi budaya karnaval Cap Go Me dalam perayaan ini, mengarak sejumlah shen ming diantaranya kim sin “Hok Hie Te Sien, Go Hu Tua Lang Kong” dari Kelenteng Makin Sai Che Tien, terus kim sin “Che Liong Kong/Sun Ping Sing He” dari Makin Kelenteng Leng Chun Keng, ada juga partisipasi dari rumah ibadah Lam Tien Tong menurunkan kim sin “Tai Sang Lau Chin, Go Lui, Mau San Co Se” sedangkan kim sin dari Makin Kelenteng Hok Kheng Tong adalah “Cheng Cui Co Se, Kwan Seng Tai Te, Hien Tien Siong Te, Leng Hu Tua Lang.” dan Chi Kong (dewa Mabuk)

Penampilkan pawai barongsay dan liong dari sejumlah kelenteng, arak-arakan tandu/joli para shen ming di malam Cap Go Me diselenggarakan pada hari ke-15 perayaan Imlek itu akan mengitari kawasan Koni di Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, menuju ke Kelenteng Ceng Hong Lau di Kelurahan Budiman, Kecamatan Jambi Timur, yang jaraknya sekitar lima kilo.

Acara Cap Go Me, di hadiri Anggota DPR RI, Wakil Gubernur Jambi, Danrem 042/ Gapu, Kakanwil Hukum dan Ham Provinsi Jambi, Kejaksaan Tinggi Jambi, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi dan Wakil Walikota Jambi, Dandim 0415?batanghari Jambi, Pengadilan Negeri Jambi, beserta undangan lainnya.(Romy)

Andil Abdurrahman Wahid Dalam Perayaan Imlek dan Cap Go Me

Banyak kalangan yang tidak tahu bahwa perayaan Imlek dan pereayaan malam Cap Go Me dapat dilakukan bebas berasal dari mana, awalnya banyak pihak yang menolak Imlek bersama, dan ada kalangan tertentu yang tidak menginginkan perayaan Imlek dan Cap Go Me dilakukan di Indonesia dengan meminta pemerintah orde baru melarang semua kegiatan yang bersifat etnis Tionghoa.
Kebebasan keturunan etnis Tionghoa masih terus dikebiri oleh pemerintah rezim Orde Baru dengan menerapkan penggunaan istilah dikotomi pribumi dan non pribumi. Kebijakan Inpres No. 14 Tahun 1967 telah melarang semua bentuk ekspresi keagamaan dan adat Tionghoa di ruang publik. Kondisi-kondisi inilah yang menyulut api sentimen pribumi vs Tionghoa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang akhirnya memuncak pada kerusuhan Mei 1998.

Barulah angin segar mulai menyapa keturunan etnis Tionghoa setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menduduki tampuk kepemimpinan RI pasca Reformasi. Dengan wawasan kebangsaan Gus Dur mencabut semua peraturan yang mendiskriminasikan kaum Tionghoa dengan mengeluarkan PP. No. 6 Tahun 2000. Bahkan, Gus Dur memberikan apresiasi dengan menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur Nasional, sebagaimana hari raya agama-agama lainnya. Inilah wujud keberpihakan Gus Dur terhadap eksistensi etnis Tionghoa. Menurut Gus Dur, etnis Tionghoa adalah sama dengan etnis-suku bangsa yang lain, seperti Jawa, Batak, Papua, Arab, India, Jepang dan Eropa yang sudah sejak lama hidup dan menjadi bagian dari warga negara Indonesia.

Sejak kepemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, kembali mendapatkan kebebasan dalam merayakan tahun baru Imlek, yaitu di mulai pada tahun 2000. Dimana, Presiden Abdurrahman Wahid secara resmi mencabut Inpres Nomor 14/1967. Serta menggantikannya dengan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).

Setelah Gus Dur mencabut inpres tersebut, Megawati presiden selanjutnya mengeluarkan Keppres No 19/2002 yang isinya menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Perayaan Cap Go Me merupakan rangkaian upacara terakhir dari tahun baru Imlek, pada hari itu keluarga yang merayakan kembali menggelar sesaji di altar abu leluhur, bisa juga di meja biasa bagi yang tidak lagi memelihara abu leluhur. (Romy)

Para Shen Ming Bertemu Untuk Merayakan Malam Cap Go Me

JAMBI, ayojambi.com - Puluh roh suci (shen ming) akan berkumpul di Kelenteng Makin Hok Kheng Tong malam ini (24/2), Mereka akan ambil bagian dalam arak-arak sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi etnis Tionghoa yang beragama Khonghucu atas jasa mantan Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. Inpres yang dikeluarkan oleh Soeharto ketika awal berkuasa pada tahun 1967 itu melarang kaum Tionghoa merayakan pesta agama dan adat istiadat di depan umum dan hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga.
Gus Dur mencabut larangan inpres itu karena dianggap diskriminatif padahal perlembagaan negara UUD 1945 menjamin perlindungan semua warga. Kalau yang lain bisa ke masjid, gereja, atau ke makam untuk ziarah, kenapa orang Tionghoa tidak boleh ke kelenteng? demikian alasan Gus Dur. Setelah Gus Dur mencabut inpres tersebut, Megawati presiden selanjutnya mengeluarkan Keppres No 19/2002 yang isinya menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Malam ini di Jalan Pangeran Diponegoro Kota Jambi akan menjadi lautan manusia, Minggu (24/2/2013). Ribuan orang bersukacita menyaksikan atraksi arak-arakan para roh suci (shen ming) yang turun dari berbagai kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) disertai tarian Barongsai dan Liong (naga). Inilah kirab ritual yang digelar Makin Kelenteng Leng Chun Keng, Kelenteng Makin Sai Che Tien dan Makin Kelenteng Hok Kheng Tong.

"Kami bergerak dari satu kelenteng ke kelenteng lain untuk memeriahkan malam Cap Go Me.” Selama Orde Baru berkuasa, komunitas etnis Tionghoa dilarang mengekspresikan kebudayaan mereka. ”Jangankan bikin kirab, pasang hio di depan rumah saja dilarang,” ujar The Po Lai, Sekretaris Makin Sai Che Tien.

Setelah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melepas kekangan itu, etnis Tionghoa pun bebas mengekspresikan tradisi dan kebudayaan mereka, termasuk menggelar kirab budaya cap go me. Dengan adanya perayaan cap go me, kata Po Lai, kelenteng menjadi semarak. (Romy)

Makin Hok Kheng Tong Lakukan Sembahyang Goan Siao Cui

JAMBI – Perayaan Cap Go Me merupakan rangkaian upacara sembahyang terakhir dari tahun baru Imlek, pada hari itu keluarga yang merayakan kembali menggelar sesaji di altar abu leluhur, maupun di klenteng. Sesaji untuk acara Cap Go Me lebih sederhana bila dibandingkan saat tahun baru Imlek.
Di Kelenteng Hok Kheng Tong Jambi, siang tadi (24/2), mengadakah sembahyang bersama menyambut datangnya Cap Go Me yang dipimpin oleh Rohaniawan Matakin Provinsi Jambi, The Lien Teng.

Bagaimana perayaan Cap Go Me di Jambi,? pesta goan siao di Jambi selain pawai Lampion atau Tanglung, atraksi barongsai, liong dan arak-arakan kim sin para suci shen ming (patung dewa) keliling kampung-kampung, namun sebelum acara tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan sembahyang Goan Siao di Makin Kelenteng Hok Kheng Tong.

Ketua Matakin Provinsi Jambi, menyampaikan pesan kepada seluruh umat Khonghucu di Jambi agar tidak usah ragu-ragu lagi untuk melakukan sembahyang di Kelenteng-Kelenteng, maupun melakukan pemberkatan Pernikahan di Kelenteng, karena Khonghucu kini sudah setara dengan agama lain di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Repubrik Indonesia Nomor 55 tahun 2007, bahwa tempat ibadah umat Khonghucu adalah Miao, Littang dan Kelenteng adalah tempat ibadah, pendidikan agama umat Khonghucu, maka dengan ini kami sangat mengharapkan agar di Provinsi Jambi tidak ada Sinkretisme/ pengabungan beberapa agama. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/ atau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 2727). Selain itu bagi umat Khonghucu yang KTPnya masih beragama lain dapat segera mengantikan dengan KTP Khonghucu.

Disamping itu bagi umat Khonghucu di Provinsi Jambi yang anaknya masih sekolah di sekolah-sekolahan sudah dapat pendidikan keagaman mulai dari SD hingga SMA dan saat ini di Provinsi Jambi telah berdiri 9 Kelenteng yang menjadi MAKIN dan ada puluhan lainnya segera mengajukan SK ke MATAKIN Pusat.

Selain itu, kami harapkan kepada umat Khonghucu di Provinsi Jambi jika ada oknum yang melakukan intimidasi maupun mengancam, segera melaporkan kepada Matakin Provinsi Jambi maupun Matakin Kota Jambi.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, Matakin Provinsi Jambi dan Kota Jambi mengajak para pengusaha dan umat Khonghucu Jambi agar dapat mengulurkan tangan untuk membantu saudara-saudara kita yang tengah mengalami musibah kebanjiran di Provinsi Jambi dan kota Jambi, bantuan dalam bentuk dana maupun kebutuhan sehari-hari.

Sebelum kami akhiri, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada mantan Presiden RI yang ke empat, Almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang telah mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. ditindaklanjuti Presiden RI ke lima, Ibu Megawati Soekarnoputri mengeluarkan Keppres No 19/2002 yang isinya menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Serta Peraturan Pemerintah Repubrik Indonesia Nomor 55 tahun 2007, bahwa tempat ibadah umat Khonghucu adalah Miao, Littang dan Kelenteng, maka dengan ini kami sangat mengharapkan agar di Provinsi Jambi tidak ada Sinkretisme/ pengabungan agama. Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/ atau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 2727).  (Romy)

Sabtu, 23 Februari 2013

Para Shen Ming Bertemu Untuk Merayakan Malam Cap Go Me

JAMBI, ayojambi.com - Puluh roh suci (shen ming) akan berkumpul di Kelenteng Makin Hok Kheng Tong malam ini (24/2), Mereka akan ambil bagian dalam arak-arak sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi etnis Tionghoa yang beragama Khonghucu atas jasa mantan Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. Inpres yang dikeluarkan oleh Soeharto ketika awal berkuasa pada tahun 1967 itu melarang kaum Tionghoa merayakan pesta agama dan adat istiadat di depan umum dan hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga.
Gus Dur mencabut larangan inpres itu karena dianggap diskriminatif padahal perlembagaan negara UUD 1945 menjamin perlindungan semua warga. Kalau yang lain bisa ke masjid, gereja, atau ke makam untuk ziarah, kenapa orang Tionghoa tidak boleh ke kelenteng? demikian alasan Gus Dur. Setelah Gus Dur mencabut inpres tersebut, Megawati presiden selanjutnya mengeluarkan Keppres No 19/2002 yang isinya menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Malam ini di Jalan Pangeran Diponegoro Kota Jambi akan menjadi lautan manusia, Minggu (24/2/2013). Ribuan orang bersukacita menyaksikan atraksi arak-arakan para roh suci (shen ming) yang turun dari berbagai kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) disertai tarian Barongsai dan Liong (naga). Inilah kirab ritual yang digelar Makin Kelenteng Leng Chun Keng, Kelenteng Makin Sai Che Tien dan Kelenteng Makin Hok Kheng Tong.

"Kami bergerak dari satu kelenteng ke kelenteng lain untuk memeriahkan malam Cap Go Me.” Selama Orde Baru berkuasa, komunitas etnis Tionghoa dilarang mengekspresikan kebudayaan mereka. ”Jangankan bikin kirab, pasang hio di depan rumah saja dilarang,” ujar The Po Lai, Sekretaris Makin Sai Che Tien.

Setelah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melepas kekangan itu, etnis Tionghoa pun bebas mengekspresikan tradisi dan kebudayaan mereka, termasuk menggelar kirab budaya cap go me. Dengan adanya perayaan cap go me, kata Po Lai, kelenteng menjadi semarak. (Romy)

Tiga Makin Akan Meriahkan Kirap Cap Go Meh di Kota Jambi

JAMBI – Tiga Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) di Kota Jambi akan meriahkan Malam Perayaan Cap Go Meh yang akan digelar besok (6/2/2013), selain kirab roh suci shen ming (dewa) ada juga pertunjukan barongsai dan liong dalam Festival malam Cap Go Meh di Jalan Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.
Tahun ini diperkirakan pengunjung yang ingin menyaksikan Festival Cap Go Meh akan mencapai ribuan orang, masyarakat akan datang untuk melihat langsung di pawai.

Sehari sebelum perayaan malam Cap Go Meh yang akan digelar Tiga Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kota Jambi, pagi tadi bertempat di Makin Kelenteng Hok Kheng Tong diadakan sembahyang dihadapan altar Tie Kong (Tuhan), upacara tersebut dipimpin Pembina Khonghucu, Lim Tek Chong dari China.

Setiap tahun sebelum perayaan malam Cap Go Meh, Makin Kelenteng Hok Kheng Tong senantiasa melakukan sembahyang dihadapan Tie Kong (Tuhan) dengan membaca So Bun (baca pemberitahuan) kepada Tio Kong sekaligus mengundang kehadiran para roh suci shen ming.

Seusai itu, para pengurus mempersiapkan berbagai perlengkapan untuk perayaan Cap Go Meh esok (24/2), selain itu di Makin Sai Che Tien dan Makin Leng Chun Keng juga telah mempersiapkan berbagai keperluan perayaan.

Besok sore masing-masing kelenteng, diantaranya pemindahan Kim Sin (patung roh suci) dinaikan ke kursi tandu (joli). Selain itu ada tradisi tang ki tolak penolak bala yang dikenal dengan sebutan tatung, serta parade lampion, arak-arakan umbul-umbul dari masing Makin dengan rute Koni IV melintasi Jalan Pangeran Diponegoro-Koni I-Kelenteng Cheng Hong Lao dan kembali ke kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan cap go meh). festival malam Cap Go Meh juga dimeriahkan pesta kembang api di masing-masing kelenteng.

Menurut jadwal acara besok, sekitar pukul 17.30 peserta festival mendatangi Makin Hok Kheng Tong diiringi tandu (joki) roh suci shen ming dan kitong/ tatung yang telah dirasuki roh shen ming dari masing-masing kelenteng. Setelah karvanal dimulai, masyarakat akan dihibur oleh 2 biduanita dari Kepulauan Riau (Batam). Romy

Kamis, 21 Februari 2013

Status Tangkuban Perahu Dinaikkan Jadi Waspada


JAKARTA, KOMPAS.com — Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi akhirnya menaikkan status Gunung Tangkuban Perahu dari Normal menjadi Waspada. Peningkatan status ini terhitung sejak Kamis (21/2/2013) pukul 22.30. Masyarakat diimbau tidak mendekati kawah aktif dalam radius 1,5 km.
Kepala PVMBG Surono mengatakan, peningkatan status ini dilakukan setelah pada pukul 03.36 WIB, teramati adanya aktivitas tremor vulkanik dan disertai ditemukannya abu tipis halus pada pukul 06.00 WIB di sekitar bibir Kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu.

Aktivitas Tremor Vulkanik terjadi lagi saat ini selama 2 jam dengan amplitudo yang cenderung terus meningkat. "Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan Gunung Tangkuban Perahu dan dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," kata Surono.

Dengan kenaikan status ini, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Perahu diminta tidak mendekati kawah dalam radius 1,5 km. Sementara masyarakat yang bertempat tinggal dalam KRB II untuk selalu waspada dan tetap memperhatikan perkembangan gunung yang dikeluarkan oleh BPBD setempat.

http://regional.kompas.com/read/2013/02/22/01445783/

Selasa, 19 Februari 2013

Perayaan Imlek Mengajak Kembali pada Kejujuran

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono serta Wapres Boediono dan Ibu Herawati Boediono menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2564, di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (19/2) pukul 16.00 WIB. Perayaan bertemakan 'Rasa Malu Besar Artinya Bagi Manusia'. Tema ini diangkat untuk menyegarkan kembali kesadaran bersama tentang artinya hidup lurus sesuai dengan tata nilai yang seharusnya dijunjung tinggi setiap insan, utamanya terkait kejujuran dan pantang korupsi. Ini merupakan perayaan ke-14 Tahun Baru Imlek di Indonesia.
Dalam sambutannya, Presiden SBY berharap semoga Tahun Ular Air ini membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan keberuntungan bagi seluruh umat Kong Hu Chu. Tahun baru Imlek merupakan momentum yang tepat bagi umatnya untuk melakukan introspeksi, refleksi, dan evaluasi diri. "Momentum seperti ini juga tepat untuk melakukan transformasi diri menuju masa depan yang lebih baik," ujar Presiden SBY.

Perayaan Imlek saat ini, lanjut Kepala Negara, bukan hanya dirayakan oleh umat Kong Hu Chu dan masyarakat Tionghoa tetap juga oleh warga bangsa di seluruh Indonesia. "Tahun Baru Imlek telah menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, kehadirannya makin memupuk dan meningkat rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan toleransi. Dalam 14 tahun terakhir ini kemeriahan perayaan Imlek telah menjadi pesta rakyat, pesta bersama," SBY menambahkan.

"Ini adalah wujud dari warna warni hasanah budaya bangsa, bukan lagi hanya sebatas perhelatan budaya etnis Tionghoa," kata Kepala Negara.

Mengenai tema perayaan, Presiden SBY menilai amat tepat dan relevan dengan berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara yang kini terus berlangsung. "Rasa malu sering terasa memudar tergesur oleh nilai-nilai yang materialistik, kepentingan sesaat, dan jalan pintas," ujar Presiden RI.

"Masih terjadinya kasus korupsi, kongkalikong, aksi kekerasan, fitnah, caci maki, dan berbagai pemberitaan yang mengumbar keburukan adalah tanda merosotnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat kita," SBY menjelaskan.

Situasi seperti ini tentu memperihatinkan. Untuk itu, tema perayaan Imlek 2564 patut dijadikan renungan bersama. "Rasa malu hakitkatnya meneguhkan suatu ajaran bahwa manusia harus memproteksi diri dan menghindarkan diri dari perbuatan tercela," kata Presiden SBY.

Ajaran ini sekaligus sebuah undangan bagi segenap warga bangsa dalam menegakan 3 hal mendasar yakni kebajikan sebagai akhlak mulia pengendali diri, semangat dan kebersamaan dalam prilaku sosial dan politik, dan berkeseimbangan dalam berprilaku.

Perayaan ini dihadiri sekitar seribu umat Kong Hu Chu. Ditampilkan pula sejumlah hiburan kesenian dan atraksi Barongsai. Hadir dalam kesempatan ini Ketua DPR Marzuki Alie dan Ketua Umum Matakin Wawan Wiratma. Dari jajaran menteri KIB II terlihat Mensesneg Sudi Silalahi, Mendikbud Mohammad Nuh, Menteri LH Bert Kambuaya, dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Tampak pula Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Jendral Timur Pradopo, dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahya Poernama. (dit)

Banyak Makin Jambi Yang Tidak Hadir Imlek Bersama di Jakarta

JAMBI – Perayaan Imlek bersama 2564 yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) di Jakarta tidak dihadiri sebagian besar Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Kota Jambi, pada hal mereka adalah sesepuh dari umat Khonghucu di Provinsi Jambi.
Dari hasil korfirmasi dengan Sekretariat MATAKIN di Jakarta, yang hadir dari Provinsi Jambi adalah Katua Matakin Provinsi Jambi/ Makin Hok Sin Tong, Darman Wijaya, Wakil Ketua Makin Leng Chun Keng, Lim Yong Siang membawa 6 orang pengurus sesuai dengan undangan dari Matakin Pusat dan Ketua Makin Lam Po Tong, Chur Harto.

Menurut Sekretariat Matakin Pusat, yang tidak hadir menurut Sekretariat Matakin Pusat adalah utusan dari Makin Sai Che Tien, Makin Gie Hong Tong, Makin Seng Tong Keng dan Makin Leng San Keng kabupaten Tanjab Barat, pada hal mereka adalah sesepuh umat Khonghucu di Provinsi Jambi, mestinya mereka harus datang dan mendengar pidato Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. (Romy)

Senin, 18 Februari 2013

Ojek Gerobak di Tengah Banjir


JAMBI - Warga di sekitar lokasi banjir betul-betul kreatif. Memanfaatkan momen banjir untuk mendapatkan uang. Seperti yang terjadi di Jalan menuju Desa Niaso, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, terendam banjir setinggi hampir satu setengah meter.

Kondisi ini dimanfaatkan warga sekitar menyediakan ojek gerobak. Ojek gerobak ini untuk mengangkut motor dan orang yang ingin melintas di jalan yang tengah terendam banjir tersebut.

bagi yang ingin melewati jalan tersebut, harus mengunakan jasa ojek dengan biaya sekali jalan sebesar Rp 30.000. "Mau nyebrang bang, cuma Rp. 30.000," kata warga yang menyediakan jasa ojek gerobak di lokasi banjir.

Motor tersebut dinaikkan ke atas gerobak, dan didorong oleh empat orang melintasi jalan yang terendam, dan sipengdera juga langsung naik ke atas gerobak tersebut. Ada juga warga dari daerah lain mencoba ojek gerobak ke Jalan Desa Niaso yang terendam banjir.

Banjir yang menggenangi ruas jalan menuju Desa Niaso Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, ternyata mendatangkan berkah tersendiri bagi sebagian warga setempat. Dengan adanya banjir dilokasi tersebut, membuat sebagian warga beralih profesi menjadi tukang ojek gerobak, untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Abdulah, salah satu tukang ojek gerobak, mengatakan sudah dua minggu ini ia bekerja sebagai tukang ojek gerobak (19/2).

"Sudah dua minggu saya jadi tukang ojek gerobak. Sebelumnya saya bekerja di kebun karet, tapi sekarang tidak bisa ke kebun lagi sejak banjir datang," ungkapnya kepada ayojambi.com.

"Hasil ojek dibagi empat. Biasanya bekerja dari pagi sampai malam. Jika pagi, banyak warga yang hendak pasar maupun pergi kerja," ujarnya.

Selain itu bagi pengendara sepeda motor, mengaku terbantu dengan adanya ojek gerobak tersebut dilokasi banjir. (Romy)

http://ayojambi.com

Banjir Mengepung Kota Jambi dan Sekitarnya

JAMBI - Banjir yang menggenangi beberapa wilayah di Provinsi Jambi sejak hari Kamis hingga hari ini masih menggenangi permukiman  di Kota Jambi dan Kabupaten Muara Jambi.  di kota Jambi banjir telah menggenangi 1074 rumah, dan di Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 5438 rumah.
Banjir kali ini telah meminta korban nyawa akibat terseret arus waktu hendak mandi bersama temannya di kanal desa Niaso (16/2-2013) sekitar pukul 13.00 Wib.

Kedua korban adalah Nanang dan Julian, keduanya berusia 13 tahun, tak terselamatkan setelah tenggelam akibat terperosok ke dalam parit sedalam dua meter, di Desa Niaso, Kecamatan Muaeo Sebo, Muaro Jambi, Sabtu siang. Belakangan diketahui keduanya sebelum kejadian bersama 11 temannya bermain air genangan banjir di lokasi. 

Kedua korban diketahui pelajar Kota Jambi. Keduanya berdasar informasi terkumpul, warga Talang Bakung, Jambi. "Jadi ceritanya mereka dengar kabar ada banjir dan pengin lihat makanya ke sana.

Menurut Sandi, teman korban, mereka ingin mandi bersama-sama. Sedangkan Julian dan Nanang menyelam.

"Kami cuma mandi, tapi Julian dan Nanang menyelam. Namun mereka tak muncul-muncul dipermukaan," kata Sandi, kemarin. (Romy)
http://www.ayojambi.com

Minggu, 17 Februari 2013

Korban Ledakan Meteor Rusia Sudah Capai 1.200 Orang

MOSKWA, KOMPAS.com — Korban ledakan meteor di langit pusat kota Rusia terus bertambah. Menurut perwakilan Kementerian Dalam Negeri Rusia, jumlah korban yang mengalami luka-luka terus bertambah. Hingga saat ini diperkirakan sudah mencapai 1.200 orang.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (16/2/2013), dari 1.200 korban luka, 200 di antaranya adalah anak-anak. Mereka umumnya mengalami luka-luka karena terkena pecahan kaca bangunan yang hancur akibat daya ledakan meteor tersebut. Syukurnya, sehari setelah ledakan tersebut belum ada laporan korban tewas.

Akademi Sains Rusia sebelumnya memperkirakan, meteor yang meledak seberat 10 ton dan melesat dengan kecepatan supersonik hingga 54.000 kilometer per jam, sebelum meledak di ketinggian 30-50 kilometer dari permukaan tanah.

Sebuah pabrik seng di Kota Chelyabinsk porak-poranda. Atap pabrik seluas 600 meter persegi ambrol.

Pemerintah Rusia telah mengerahkan 20.000 petugas tanggap bencana dan 3 helikopter untuk menyisir korban peristiwa tersebut.

Meteor meledak sekitar pukul 09.20 waktu setempat. Beberapa orang sempat merekam detik-detik menjelang ledakan dan mengunggahnya di YouTube.

Saat meteor meledak, sempat terjadi perubahan suhu di sekitar lokasi dari -6 derajat menjadi -18 derajat celsius dan gelap beberapa saat. Ledakan juga sempat memutus layanan telekomunikasi.

http://internasional.kompas.com/read/2013/02/16/08302611/

Video Youtube Soal Kawah Tumbukan Meteor Rusia Hoax

KOMPAS.com - Pasca tumbukan meteorit di Rusia, sebuah video beredar di Youtube, menggambarkan apa yang diklaim sebagai kawah hasil tumbukan meteorit pada Jumat (15/2/2013). Video tersebut telah dilihat ribuan orang.
Konfirmasi yang diberitakan oleh situs Universe Today, Sabtu (16/2/2013) menyatakan bahwa video tersebut hoax.

Video tersebut ternyata menggambarkan wilayah Derweze, Tukmenistan. Bentukan serupa kawah yang digambarkan dalam video itu adalah bekas proyek pengeboran yang dilakukan Uni Soviet pada tahun 1971.

Bentukan serupa kawah itu kaya akan gas alam. Gas akan terbakar. Namun, terbakarnya habis gas tak akan berlangsung saat ini, tapi 42 tahun kemudian.

Pancaran cahaya dari tengah kawah itu menginspirasi nama lokal. Penduduk wilayah setempat menyebut sumur tersebut "The Door to Hell" alias "pintu ke Neraka". Foto-foto bentukan itu bisa dengan mudah ditemukan di internet.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo menyatakan, hantaman meteorit di Rusia memang menciptakan bentukan serupa kawah.

Ma'rufin mengatakan, bola terang alias boloid di wilayah Rusia sampai ke Bumi dalam bentuk meteorit. Diasumsikan, 1 persen assa boloid masih tersisa utuh, maka terdapat meteorit berukuran 3 meter yang membentur tanah dengan kecepatan 290 m/detik, membentuk cekungan kawah selebar 20 m.

"Pada kenyataannya memang terbentuk sedikitnya 3 cekungan kawah seperti itu, dua di Danau Cherbakul dan satunya lagi di dekat Zlatoust, 80 km dari Danau Cherbakul," katanya.

http://sains.kompas.com/read/2013/02/17/12483223/
http://www.youtube.com/watch?v=8pRBt1jhc78

Sabtu, 16 Februari 2013

Ribuan Rumah Terendam Banjir di 12 Daerah

JAKARTA, KOMPAS.com -- Hujan deras menyebabkan 12 kota dan kabupaten di Indonesia terendam banjir pada Sabtu (16/2/2013) hingga Minggu (17/2/2013). Ribuan rumah dan sawah terendam banjir dengan tinggi antara 20 cm hingga 2 meter.
Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB menyebutkan, daerah-daerah banjir tersebut antara lain:

1. Bojonegoro (Jatim). Banjir akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo sejak Sabtu hingga sekarang. Sebanyak 59 desa di 12 kecamatan mengalami banjir. Sebanyak 1.461 rumah, 1.725 hektar sawah dan jalan desa sepanjang 30 km terendam banjir. Tanggul sungai Bengawan Solo di Desa Ngrape, Kecamatan Kanor mengalami penurunan. Alat berat dan karung pasir disiapkan mengatasi hal itu. Masyarakat telah mengamankan barang-barangnya dan belum mengungsi. Masyarakat Tuban, Lamongan, Gresik diminta waspada karena banjir di Bojonegoro dapat berimbas ke hilirnya.                         

2. Kota Manado (Sulut), banjir pada Minggu (17/2/2013) merendam 6 kecamatan (Singkil, Paal Dua, Sario, Tumintung, Malalayang, Wenang). Tinggi banjir 60-70 cm. Masyarakat mengungsi ke rumah ibadah.

3. Tiga wilayah di Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Sungai Penuh, Muaro Jambi dan Kota Jambi terendam banjir sejak Kamis (14/2). Di Kota Jambi, 1.074 rumah terendam banjir dan 2 orang meninggal. Di Muaro Jambi, banjir merendam 5.438 rumah dan di Sungai Penuh 900 rumah dan 350 ha sawah.

4. Di Bolaang Mongondow Timur (Sulut), banjir bandang terjadi pada Minggu (17/2/2013) di Desa Togid, Kecamatan Tutuyan. Korban banjir masih pendataan.

5. Manggarai Barat (NTT), banjir menerjang Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo pada Minggu (17/2/2013) yang disebabkan meluapnya bendungan Wae Mese. Korban banjir masih pendataan.

6. Aceh Barat (NAD) pada Sabtu (16/2/2013), banjir menggenangi 5 kecamatan (Panton, Reu, Woyla Barat, Meurubo, Johan Pahlawan) yang langganan banjir. Sungai Woyla meluap dan merendam ribuan rumah hingga 1 m.

7. Bandung (Jabar), banjir terjadi sejak Senin (11/2/2013) hingga sekarang akibat luapan Sungai Citarum Hulu. Senanyak 3.808 jiwa masih mengungsi, yaitu 1.809 di Baleendah, 1.599 di Dayeuhkolot, dan 400 jiwa di Bojongsoang. Pengungsi berada di 17 titik.

8. Tabalong (Kalsel), banjir yang terjadi sejak Kamis (14/2/2013) masih merendam 10 desa, 4 kecamatan (Bintang Ara, Tanjung, Kluak, Juai) dengan tinggi 30-100 cm. Pendataan masih dilakukan.

9. Samarinda (Kaltim), banjir menggenangi jalan-jalan dan permukiman pada 16/2. Tidak ada pengungsi.
10. Kapuas Hulu (Kalbar), banjir yang terjadi 11/2 di Kec Silat Hulu dan Silat Hilir mulai menggenangi daerah-daerah hilir. Ada 8 kecamatan yang terdampak. Pendataan masih dilakukan.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Dr Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama TNI, Polri, Tagana, SKPD terkait, masyarakat dan lainnya melakukan penanganan darurat bencana.

"Sebagian besar telah didirikan posko, dapur umum, posko, dan lainnya. Akses yang sulit dan keterbatasan peralatan, seperti perahu karet menjadi salah satu kendala penanganan darurat. Alokasi anggaran APBD untuk BPBD terbatas," jelas Sutopo, Minggu.

Menurutnya, Tim Reaksi Cepat BNPB memberikan pendampingan dan perkuatan BPBD di beberapa daerah. Sejak Desember 2012 hingga awal Februari 2013, BNPB telah mendistribusikan bantuan dana siap pakai untuk penanganan banjir dan longsor kepada BPBD sekitar Rp 180 miliar.

Sutopo mengimbau untuk tetap waspada akan ancaman banjir. Banjir masih berpotensi hingga akhir Maret 2013. Menurutnya, BMKG melaporkan adanya tekanan rendah di Australia bagian utara membentuk pumpunan angin memanjang dari Selat Makassar bagian selatan hingga Laut Aru yang menyebabkan peningkatan aktivitas pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Sumatera, Jawa bagian Tengah, Kalimantan bagian Barat, Sulawesi bagian Utara dan Tengah, NTT, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

http://nasional.kompas.com/read/2013/02/17/13270272/

Manfaat Banjir Menangkul Ikan Di Sungai

Tuhan Maha Adil, mengirimkan banjir besar selama beberapa minggu kepada masyarakat Jambi, Tuhan juga memberikan Nikmat-Nya dari banjir tersebut. Nikmat tersebut dimanfaatkan masyarakat yang tinggal dipinggiran sungai yakni, banyaknya ikan yang bisa mereka tangkap.
Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang dan terbesar di pulau sumatera. Dengan keberadaan sungai ini terkadang memberikan ancaman bagi masyarakat ribuan masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai. Namun, ancaman itu, banyak nikmatnya yang diperoleh masyarakat dari banjir itu.

Satu di antara ancaman yang ditimbulkan Sungai Batanghari adalah banjir yang melanda pada awal Desember 2012 hingga minggu kedua Februari 2013. Tujuh dari delapan kecamatan di Batanghari tergenang dengan naiknya permukaan air. Beberapa fasilitas umum terendam. Bahkan banyak kebun warga yang terendam dan gagal panen karenanya.

Menangkul merupakan metoda menangkap ikan dengan jala kecil yang dibuat berbentuk alat mekanis tradisional. Sehingga tangkul cukup mudah digunakan seorang diri. Model dan ukuran tangkul juga beragam. Ada yang persegi, ada juga yang panjang. Kalau persegi menggunakan tuas tangkai bambu dan tuas pengungkitnya. Sementara yang bentuknya panjang hanya digunakan menggunakan kedua tangan.

"Setiap menurunkan tangkul saja sudah bisa mendapatkan ikan terkadang 1 ons sampai 3 ons."

Begitu mudahnya menangkap ikan menggunakan tangkul di musim air surut ini, setiap menurunkan tangkul, tidak sampai  semenit, ikan sudah bisa ditangkul. Begitulah masyarakat dan nelayan yang sibuk menangkul dipinggir sungai atau dialiran air sisa banjir. (Romy)

Jumat, 15 Februari 2013

Kunjungan Barongsai Ke Toko dan Rumah, Bukan Dari Barongsai Jambi

Jambi – Beberapa hari lalu, ada serombongan Barongsai melakukan atraksi dari toko ke toko serta mendatangi rumah-rumah warga Tionghoa dikawasan pasar Jambi, dengan atraksi di didepan toko/ rumah, lalu mereka menanti pemilik toko/ rumah memberikan imbalan angpao.
Kehadiran Barongsai dari luar daerah ke Jambi telah menjadi sorotan negatif dari berbagai lapisan masyarakat kota Jambi, “masa dari luar daerah main Barongsai ke Jambi,” apa benar rombongan Barongsai tersebut benar-benar dari sebuah perkumpulan Barongsai atau hanya bermodalkan kostum Barongsai dan perangkat musik lalu keliling daerah.? Ini tentu merusak nama baik Barongsai, seolah-olah perkumpulan Barongsai mencari angpao, pada hal kehadiran Barongsai ke rumah-rumah atas dasar diundang untuk meramaikan imlek dan agar Barongsai dapat mengusir hawa jahat.

Menurut Wakil Ketua I Matakin Kota Jambi, Huwanda Desswandhy selaku koordinator Perkumpulan Hok Liong Sai mengatakan, bahwa perkumpulan Hok Liong Sai tidak pernah lakukan atraksi dari toko ke toko maupun dari rumah ke rumah seusai imlek, “Hok Liong Sai mengujungi romah-rumah warga setiap tanggal 1 imlek” selain Tahun Baru Imlek Hok Liong Sai tampil berdasarkan undangan dalam peresmian kantor, pernikahan dan menyambut hari besar keagamaan d kelenteng-kelenteng.

Tambah Huwanda Desswandhy, di Kota Jambi hanya ada dua perkumpulan Barongsai, yang satu di koordinir oleh YKS Jambi, sedangkan Hok Liong Sai gabungan dari tiga kelenteng di Kota Jambi, yaitu, Makin Kelenteng Hok Kheng Tong, Makin Kelenteng Leng (baca LIONG) Chun Keng dan Makin Kelenteng Sai Che Tien. Kata Huwanda. (Romy)
www.ayojambi.com

Kamis, 14 Februari 2013

Makin Kelenteng Sai Che Tien Gelar “Po Un”

JAMBI – Mulai hari ini Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien menggelar Po Un (memperbaiki nasib). Po Un sudah menjadi tradisi bagi etnis Tionghoa yang beragama Khonghucu. Meski ada perbedaan tata cara pelaksanaannya di masing-masing kelenteng, namun tujuanya sama yakni untuk memperbaiki nasib satu tahun kedepan.
Menurut Rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu (MATAKIN) Provinsi Jambi, The Lien Teng  di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) Sai Che Tien di Jalan Koni 4, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Rabu (13/2-2013) pagi,  prosesi Po Un bisa dilakukan setelah shen ming turun dari langit, cia gwek ce shi (tanggal 4 bulan 1 penanggalan imlek).  “Po Un ini bertujuan untuk memohon berkah  dan memperbaiki nasib di tahun ular air, setiap peserta Po Un cukup membawa pakaian sehari-hari digunakan baik miliknya maupun anggota keluarga yang hendak mengikuti prosesi Po Un,”kata Lien Teng.

Dikatakannya, “Po Un” merupakan tradisi yang telah mendarah daging dikalangan etnis Tionghoa yang beragama Khonghucu.” Jadi, bagi umat Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng. katanya.
Dari beberapa ritual Po Un yang telah dilakukan, kata Rohaniawan Matakin Jambi tentunya ada perbedaan antara ritual Po Un yang digelar kelenteng  dimasing-masing dengan kelenteng lainnya, namun semuanya tetap satu tujuan yakni memohon berkah,  keselamatan dan memperbaiki nasib.

Ritual ini, sambung Rohaniawan Matakin Jambi, etnis Tionghoa sejak ribuan tahun silam hingga sekarang masih mempertahankan ritual tersebut, saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara tersebut. Masing-masing orang yang dilahirkan memiliki chiong. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio disetiap tahunnya.

“Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Ular Air pada tahun 2013 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut harus ikut dalam ritual Po Un ini,” katanya.

Orang yang memiliki shio ada yang chiong dengan thai sui, go kui dan lainnya. Maka agar menghindari musibah ataupun kesialan pada tahun Ular air ini, maka mereka harus mengikut upacara Po Un dengan melakukan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para roh suci shen ming yang terdapat di kelenteng dengan membawa sejumlah persyaratan (sesajen) untuk melewati rintangan tahun ini.

Sementara itu Aheng salah satu warga yang setiap tahun mengikuti prosesi Po Un mengatakan, ‘’Meski tidak chiong, terkadang setiap shio ada hal yang bersifat negatif. Maka, kami sekeluarga selalu mengikuti Po Un rutin tiap tahun. Disamping itu juga untuk berjaga-jaga biar tidak ketiban sial,” kata Aheng yang tinggal di Kawasan Koni ini.

Tahapannya biasanya seperti ini :
Semua persembahan diatas akan disusun diatas altar. 2. Lalu Rohaniawan akan menjalankan ritualnya, baca mantra sambil menggelilingi altar meliwati jembatan sebanyak 12 kali sambil menyebut kuwe ah (maksudnya liwatlah). Selanjutnya baju di stempel pada bagian pundak dan baju yang telah distempel ini nantinya akan dipakai yang bersangkutan selama 3 hari berturut, setelah itu, membakar semua kertas sembahyang yang udah di berkati dengan doa. Terakhir, Wajik (ketan), Mie Sua dan Telor dikasih warna merah dibawa pulang lalu dimasak dan dimakan bersama-sama, sedangkan kertas Hu (ada 2 jenis) yang agak besar untuk ditempelkan di pintu masuk rumah, yang agak kecil memanjang untuk dibawa (boleh letakan didalam dompet).

Mengenai biaya, lebih kurang Rp. 200.000 perkeluarga, peserta Po Un hanya membawa pakaian yang dipakai sehari-hari, sedangkan sesajian telah disediakan pihak kelenteng berdasarkan biaya yang dipungut oleh panitia.

1. Hio (gaharu) dan lilin merah.
2. Satu piring kecil untuk mie sua.
3. Satu mangkok wajik ketan.
4. Telor dikasih warna merah.
5. Satu set gambar orang-orangan terbuat dari kertas, terdiri dari laki-laki (ortu) wanita  (ibu) dan anak laki-laki maupun perempuan.
6. Semua kertas sembahyang ini. (poin 1-6 disediakan oleh pihak panitia). 
7. Nama yang bersangkutan berikut tanggal lahir, jam kelahiran untuk dibacakan oleh Rohaniawan.
8. Baju tiap-tiap anggota keluarga yang mau di Po Un.

Makna Po Un Dikalangan Umat Khonghucu

JAMBI - Tradisi Po Un sudah dilakukan jaman nenek moyang etnis Tionghoa sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) di China. Tradisi tersebut sampai detik ini masih tetap dimempertahankan warga Tionghoa yang beragama Khonghucu, maka setiap awal tahun baru Imlek di setiap kelenteng tetap menggelar acara tersebut. Po Un yang dimaksud adalah Po artinya melindungi dan Un artinya nasib (nasib baik). Biasanya hal ini dilakukan setelah para suci shen ming turun dari langit, Cia Gwek Ciu Shi (tanggal 4 bulan 1 penanggalan imlek). Mereka yang beragama Khonghucu mempercayai bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong / kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus disesuaikan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya berbeda-beda, seperti tahun ini jatuh pada tahun Ular Air yang chiong dengan Shio Ular Air adalah, shio Babi ciong Ular Air, shio Anjing ciong Tai Sui, shio Kambing ciong Song Un (tidak boleh menghadiri/ melihat mayat), Shio Ayam ciong Go Kui (Hantu), shio Kerbau ciong (Peh Houw/ Macan Putih), Kerinci ciong Thien Kauw (Anjing Langit).


Setiap tahun, prosesi Po Un dilakukan di Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien yang dipimpin langsung oleh pembina Khonghucu Jambi, Lim Tek Chong.

Proses Po Un dilakukan mulai tanggal Cia Gwek Ciu Shi (tanggal 4 bulan 1 penanggalan imlek) yang jatuh pada tanggal 13 Februari 2013.

Hampir disetiap kelenteng pada menggelar prosesi Po Un, ritual tersebut sudah menjadi salah satu tradisi rutin dilakukan warga Tionghoa yang menganut agama Khonghucu. Meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksanaan di masing-masing kelenteng, namun tujuanya sama yakni untuk meminta keselamatan.


Po Un adalah salah satu tradisi yang telah menjadi darah daging dikalangan umat Khonghucu. Jadi, warga Tionghoa yang beragama Khonghucu selalu mengikuti ritual tersebut di kelenteng-klenteng setiap tahunnya. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan nasib baik kepada Tien (baca Tuhan), bagi yang ingin mengikuti prosesi Po Un, cukup dengan membawa pakaian bekas yang akan digunakan sehari-hari oleh umat yang bersangkutan.

Selanjutnya bahwa dari beberapa ritual yang telah dilakukan di kelenteng maupun tempat-tempat lainnya, semua itu ada perbedaan dalam pelaksanaan dari masing-masing penyelenggara (kelenteng). (Romy)

Senin, 11 Februari 2013

Atraksi Barongsai dan Liong Bagi Hadiah Di Mal Trona Jambi

JAMBI - Tiga ekor Barongsai (kucing barong) dan seekor Naga (liong), kemarin menghebohkan pusat perbelanjaan Trona Jambi di Jalan Jenderal Sudirman, Jambi. Barongsai berwarna merah, putih dan kuning berkeliling diantara stan-stan yang ada di pusat perbelanjaan tersebut.
Rombongan Barongsai didampingi Liong mengeliling ke setiap stan dari lantai dasar hingga ke lanta tiga diiringi musik pengiring. Ketiga Barongsai berlenggak-lenggok sambil memberikan hormat ketiap pengunjung Mal Trona Jambi dengan cara kepala Barongsai angguk-angguk. Selanjutnya, pengunjung bahkan anak-anak memasukan angpao ke mulut si Barongsai.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu acara yang rutin dilakukan di pusat perbelanjaan Trona Jambi untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek 2564, Senin kemarin (11/2-2013). Sebelum mengelilingi mal, ketiga Barongsai dan Liong tersebut melakukan atraksi di depan pelataran mal.


Suara genderang ditabuh mengiringi Barongsai dan Liong pun bersemangat menghibur pengunjung mal yang sengaja datang untuk menyaksikan acara tahunan dan Barongsai menebarkan semangat Tahun Baru Imlek kepada seluruh pengunjung. Tidak sedikit pengunjung mal siang itu mengabadikan atraksi Barongsai dengan kamera hp maupun pengunjung membawa kamera poket.

Dengan antusias anak-anak pun saling berebut mendekati Barongsai yang sedang beraksi sambil mengikuti rombongan dari belakang.

Santi, salah satu pengunjung mal juga mengaku cukup terhibur. Sebab di lain mal menurut Santi tidak ada hiburan Barongsai dan Liong.

Selain itu melakukan atraksi-atraksi, Liong (naga) memberikan puluhan hadiah imlek kepada para pengunjung di pelataran mal, terlihat betapa bahagianya pengunjung yang bisa menyambut hadiah yang diuntalkan Liong kepada pengunjung, tak sedikit yang berebutan sesama pengunjung.

Kehadiran Barongsai dan Liong selain mengibur pelanggan mal, khususnya masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa kesenian Barongsai dan Liong dapat mengusir aura buruk terhadap lingkungan tempat tinggal, kantor, kelenteng dan mal/ pusat perbelanjaan.

Konon ceritanya, ada beberapa versi sejarah Barongsai dimasa Dinasti Qing, di salah satu wilayah China ada monster yang mengganggu penduduk sehingga menimbulkan keresahan dan ketakutan dikalangan penduduk. Pada saat itulah muncul Singa (Barongsai) datang untuk menghalau monster tersebut. Akhirnya, monster kalah dan lari ketakutan.

"ternyata monster mau balas dendam dan masyarakat pada kebingungan, akhirnya mereka buat kostum menyerupai Barongsai seperti yang sering kita jumpai sekarang berhasil menyingkirkan monsternya." (Romy)