Senin, 30 Mei 2016

Pekerja Lepas Yang "Akan Dipecat" Ahok, Ternyata Dirinya Juga Bantu Kumpulkan KTP

Nusanews.com - Pekerja Harian Lepas (PHL) dari Sudin Dinas Pertamanan Jakarta Timur, Fitri Simanjuntak, terancam dipecat karena dianggap bertindak tidak sopan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Peristiwa itu terjadi saat Ahok saat melakukan inspeksi ke Kanal Banjir Timur (BKT) pekan lalu.

"Kemarin Jumat disuruh dan dipaksa untuk menulis pengunduran diri sama Kasudin. Pak Ahok gak suka lihat ibu bicara di lokasi kemarin. Ternyata, di pemerintahan kalau ada Pak Ahok bicara gak boleh dijawab," kata Fitri menirukan Kasudin Pertamanan Jakarta Timur di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/5).
Cerita bermula saat Lurah Pondok Bambu menggunakan beberapa PHL untuk membersihkan flyover di sekitar BKT. Fitri menganggap itu tidak boleh dilakukan. Alasannya, mereka bekerja untuk Kasudin Pertamanan bukan kepada Kelurahan Pondok Bambu.

"Lurah Pondok Bambu ambil tim saya kerja, saya lihat tim saya kurang. Kok kurang diambil Pak Lurah. Menurut saya dari awal kerja sama kasudin sesuai dengan aturan mereka (Sudin Pertamanan Jaktim)," terangnya.

Menurutnya, apa yang telah dilakukan mantan Bupati Belitung Timur ini sangat kejam. Padahal selama ini, Fitri tidak hanya bekerja sebagai PHL tetapi juga membantu pengumpulan KTP untuk mendukung Ahok maju melalui jalur perseorangan.

"Bantu cari KTP sudah diserahkan 185 KTP. Dari bulan Januari kumpulin. Dapat kebanyakan dari warga Klender. Ayah saya punya tim tapi nantinya ke saya," tutupnya. (mdk)

http://www.nusanews.com/2016/05/pekerja-lepas-yang-akan-dipecat-ahok.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
* www.ayojambi.com/

Kamis, 19 Mei 2016

Inilah Cerita Polisi Pilih Yang Jadi Pemulung dan Tolak Uang SIM

WARTA KOTA, MALANG— Bripka Seladi, anggota polisi di Polres Malang Kota, layak dijadikan teladan. Demi mendapatkan uang sampingan, ia menyambi pekerjaan menjadi pengumpul sampah dan menolak pemberian uang dari warga yang mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM).
Selain bisa mendapatkan uang halal dari pekerjaan keduanya, pria berusia 57 tahun ini juga membantu dalam menciptakan kebersihan lingkungan.

Bripka Seladi memiliki sebuah gudang sampah di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Uniknya, gudang tersebut tidak terlalu jauh, masih berada di jalan yang sama dengan kantor tempat ia berdinas.

Ketika berdinas menjadi polisi, ia bertugas pada bagian urusan SIM Kantor Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) Polres Malang Kota yang berada di Jalan Dr Wahidin.

Sebelum kantor itu, berjarak sekitar 100 meter, ada sebuah bangunan. Jika dilihat dari luar, tidak terlihat tumpukan sampah. Halaman depan bangunan itu juga terlihat bersih.

Namun, di dalamnya, bau khas sampah menyeruak. Bangunan itu minim penerangan. Tumpukan sampah yang terbungkus ratusan kantong sampah plastik berwarna hitam menggunung.

Sebuah lorong sempit disediakan untuk menuju salah satu ruangan di bagian belakang bangunan itu. Ruangan itu terlihat terang karena atapnya berlubang. Di ruang itulah, Seladi "berdinas" ketika tidak bertugas di kesatuannya.

Ia secara telaten memilah sampah. "Tukang rongsokan," ujarnya terkekeh.

Berbincang dengan Surya, sambil memilah sampah, tidak terdengar nada minder dalam suaranya. Cara bicaranya mantap diselingi humor.

Ia juga menyelipkan humor ketika ditanya nama lengkapnya. "Ya hanya Seladi, sela-selane dadi," katanya kemudian tertawa lebar.

Ya, itulah kehidupan Seladi. Seorang polisi sekaligus pemulung dan pemilah sampah. Seladi menegaskan, pekerjaan sampingannya menggeluti "bisnis" sampah tidak membuatnya menelantarkan pekerjaan utamanya. Ia memilah sampah di luar jam dinas.

Delapan tahun Seladi melakoni pekerjaan ganda ini. Empat tahun pertama, ia memulung sendiri sampah yang hendak dipilahnya.

Bapak tiga anak ini berkeliling kawasan dengan memakai sepeda onthel. Sepeda onthel itu yang menjadi kendaraannya sejak menjadi polisi pada 1977.

Pukul 05.00 WIB, ia berangkat dari rumahnya di Jalan Gadang Gang 6, Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, ke Mapolres Malang Kota.

Ia mengikuti apel, kemudian bertugas mengatur lalu lintas. Setelah mengatur lalu lintas, ia berdinas di Kantor Satpas, mengurusi ujian pencari SIM dan mengurusi administrasi sampai lepas jam dinas. Seusai lepas jam dinas dan berganti baju, ia menggowes mencari sampah.

"Itu sekitar empat tahun saya lakoni. Kemudian, teman saya meminjamkan rumah ini. Ini rumah kosong, saya jadikan gudang. Di sini pula pemilahan dan sortir sampah dilakukan," tutur Seladi.

Proses pemilahan sampah itu melibatkan empat orang, yakni Seladi, dibantu anaknya, Rizal Dimas, dan dua orang yang ia sebut temannya.

Seladi tidak lagi berkeliling memulung sampah. Setelah bertahun-tahun, namanya cukup dikenal. Ia telah memiliki tempat pengumpulan sampah di sekitar Stasiun Kota Baru Malang.

Dari tempat itu, setiap hari terangkut satu mobil pikap sampah.

"Mobilnya beli juga dari hasil sampah ini," katanya.

Sampah-sampah itu kemudian dipilah, apakah jenis botol plastik, kantong plastik, kardus, dan material lain.

Tertarik bisnis sampah

Lalu, kenapa sampah? "Karena saya melihat, ada orang yang mengambil sampah di sekitar kantor saya dinas. Kemudian, saya pikir, ada rezeki di sana. Kalau tidak dipilah, akan banyak sekali tumpukan sampah. Saya lalu melakoninya, sendiri," ujarnya.

Ternyata, memang benar, sampah menjadi salah satu ladang rezekinya. "Meskipun tetap masih banyakan gaji polisi," katanya.

Pendapatan dari sampah menambah penghasilan ekonomi di rumahnya. Ia menyebut tidak banyak. Pendapatan dari sampah sekitar Rp 25.000-Rp 50.000 per hari, jika dihitung per hari.

Pendapatan dari sampah terkumpul seminggu sekali setelah sampah terjual.

"Yang penting halal, ikhlas, dan terus ikhtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang. Saya tahu, pasti ada yang mencibir. Kalau ada yang begitu akan saya jawab, 'Saya bisa menjadi seperti kamu, tetapi apa kamu bisa seperti saya'," katanya.

Karena itu, ia mengaku tidak minder ataupun rendah diri meskipun setiap hari berkutat dengan sampah. Ia juga tidak jijik memilah aneka sampah. Ia juga mengaku tidak pernah menderita sakit serius meskipun mencium bau sampah menyengat setiap hari.

Tolak suap

Ia menegaskan, dirinya tidak mau tergiur meskipun berdinas di lahan yang selama ini dikenal sebagai lahan "basah" di institusi kepolisian.

Seladi mengaku tidak mau menerima pemberian orang dengan tujuan tertentu dalam pengurusan SIM. Kalaupun ada yang memberi di rumah, kata Seladi, ia meminta sang anak mengembalikan pemberian itu.

Prinsip hidupnya itu ia ajarkan kepada sang anak. Lulusan SMEA di Malang itu mengajari anaknya, Rizal Dimas (21), etos kerja keras, halal, dan tanpa perasaan minder.

Setiap hari, sang anak membantunya memilah sampah. Lulusan D-2 Informartika Universitas Negeri Malang (UM) itu juga tidak jijik memilah sampah.

"Saya tidak minder memiliki ayah yang polisi, tetapi juga tukang rongsokan. Ini pekerjaan halal. Saya malah bangga karena ayah mengajari tentang kerja jujur," katanya. Ketika masih ada anggapan miring tentang polisi, Rizal berani menyodorkan bahwa sang ayah merupakan polisi yang patut dicontoh.

Karena itu, Rizal tetap ingin menjadi seorang polisi. Tahun ini merupakan tahun ketiganya mencoba peruntungan ke kepolisian.

Ia sudah dua kali gagal ketika mendaftar menjadi polisi. Rizal mengakui, tidak ada bantuan lobi dari sang ayah supaya lolos. Tahun ini, ia kembali akan mendaftar.

Sementara itu, salah satu pekerjanya, Yani, melihat Seladi sebagai sosok yang ulet dalam bekerja. "Bapak itu kalau tidak dinas ya bekerja di sini. Kalau ada tugas ngepam (pengamanan, red), kayak ngepam Arema tanding kemarin, ya tidak bisa nyortir sampah," ujarnya. (Sri Wahyunik/ Surya Malang)

http://wartakota.tribunnews.com/2016/05/19/inilah-cerita-polisi-pilih-jadi-pemulung-dan-tolak-uang-sim

Selasa, 17 Mei 2016

News: Penampakan Cangkul Maut Yang Tewaskan Buruh Pabrik Di Tangerang

Eno Parihah (18), buruh pabrik pelastik, tewas dengan kondisi mengenaskan di messnya di Jatimulya, Kosambi, Dadap, Kabupaten Tangerang. Gadis asal Serang, Banten itu tewas akibat kekerasan cangkul.

Cangkul tersebut menjadi alat untuk membunuh korban. Saat ini, cangkul dengan ukuran gagang 65 Cm itu sudah ada di Labfor untuk diperiksa.
Selain cangkul, barang bukti lainnya seperti kasur di kamar korban dan pakaian korban, juga dibawa ke Laboratorium Forensik untuk dilakukan swipe darah.

Eno ditemukan tewas pada Jumat (13/5) sekitar pukul 08.45 WIB. Korban ditemukan oleh 2 teman kamarnya, Eroh dan Tikroh yang juga satu kampung dengan korban di Serang, Banten.

Saat itu, keduanya baru saja pulang sehabis bekerja shift malam di sebuah pabrik di kawasan Dadap, Tangerang. Keduanya mendapati pintu kamar dalam keadaan tergembok dari luar.

Kedua saksi kemudian meminta temannya, Yaya untuk membuka dengan menggunakan kunci cadangan. Namun rupayanya, tidak ada yang cocok dengan kunci yang dimiliki pihak pabrik.

Dengan disaksikan Eroh dan Tikroh, Yaya kemudian mendobrak pintu kamar tersebut. Setelah terbuka, kedua teman wanita korban menjerit histeris setelah mendapati Eno dalam keadaan sudah tidak bernyawa, terlentang di atas kasur berlumuram darah.

Para karyawati pabrik itu lantas menghubungi pihak HRD pabrik yang selanjutnya diteruskan dengan melapor ke Polsek Teluknaga. Polisi melakukan olah TKP dan mengambil keterangan para saksi saat itu juga.

Setelah dilakukan penyelidikan, tim gabungan dari Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya yang dipimpin AKBP Eko Hadi Santoso, dan Kanit V Resmob Kompol Handik Zusen, Kanit IV Resmob Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Kanit III Subdit Jatanras Polda Metro Kompol Awaludin Amin serta Polsek Teluknaga dan Polres Tangerang Kota, pelaku berhasil terungkap.

Saat ini polisi sudah mengamankan 3 orang, yang salah satunya berinisial A yang diduga kuat sebagai pelakunya. Dugaan kuat mengarah kepada A lantaran ia kedapatan memiliki handphone korban.

https://www.facebook.com/DivHumasPolri/photos/a.184838644878333.51797.117740101588188/1335823019779884/?type=3&theater* www.ayojambi.com/

Kamis, 12 Mei 2016

Dalam Rumah ANDA Panas? Yuk Buat AC sendiri!!

Air Conditioner (AC) jadi salah satu alat yang dicari sebagian orang untuk mengatasi hawa panas. Akan tetapi tak semua orang mempunyai AC di tempat tinggalnya. Meski demikian, bagi Anda yg tidak mempunyai AC di rumah tak perlu cemas. Anda bisa membuat AC sendiri dirumah dengan biaya murah, daripada harus beli AC di toko elektronik, seperti video yang diupload CrazyRussianHacker di YouTube, Kamis  (13/8/2015).
Untuk membuat AC sendiri cuma dibutuhkan beberapa peralatan simpel mencakup ember besar berserta tutupnya, bisa gunakan sisa cat, pipa paralon, kipas kecil, gergaji, bor, plester, serta dry ice atau di kenal biang es. Setelah barang yang diperlukan siap, bisa langsung memulai buat AC buatan dengan biaya murah. Pertama ukuran kepala kipas angin kecil diatas tutup ember, lalu bentuk pola sesuai dengan kepala kipas angin
kecil itu memakai spidol. Kemudian, potong pola yang sudah di buat tadi, serta tempelkan plester di bagian dalam, serta tempelkan kepala kipas angin dalam tutup ember yang sudah di lubangi, lalu rapikan. Kemudian bor bagian tengah tubuh ember sehingga membentuk lubang besar.

Setelah itu lakukan itu lagi sampai membuat tiga lubang. Kemudian, ambillah pipa dan potong pipa paralon menjadi tiga bagian. Pipa paralon yang sudah di potong tadi, dimasukkan ke masing ­masing lubang yang sudah di buat, lalu rekatkan pipa itu memakai plaster.

Langkah selanjutnya yaitu masukkan biang es ke dalam ember tersebut, lalu tutup memakai penutup
ember yang sudah dipasangkan dengan kipas. Cara kerja perangkat ini sesungguhnya sangatlah gampang. Kipas menghadap ke ember yang direkatkan di penutup ember itu meniupkan udara ke biang es yang ada di dalamnya. Kemudia biang es itu membawa udara dinginnya ke luar lewat tiga buah pipa paralon. Masih Bingung? Nonton Videonya yuk

http://www.share1.iradebutik.com/2015/11/dalam-rumah-anda-panas-yuk-buat-ac.html?m=1
* www.ayojambi.com/

Kamis, 05 Mei 2016

Kelenteng Siau San Teng Jambi Gelar Sejit Hok Tek Tjen Shen “福德正神”

Ayojambi.com - Ratusan warga Tionghoa Jambi, Kamis (5/5-2015) pagi memadati Kelenteng Siu San Teng yang beralamat di kawasan Kampung Manggis, Kelurahan Cempaka Putih, Kota Jambi, mereka silih berganti untuk sembahyang memperingati sejit Hok Tek Tjen Shen yang dilaksanakan pada setiap Sa Gwee Jie Kao (kongzeli) atau 5 Mei 2016, mereka memegang hio sambil berdoa pada hari ulang tahun “Hok Tek C-Tjen Sen” 福德正神 atau yang lazim dipanggil Tua Pek Kong (dalam bahasa Hokkien) yang artinya datuk tertua, “Hok Tek Tjen Sen” juga dikenal sebagai “Thouw Te Kong” 土地公 atau dewa bumi [Album : Melirik Perayaan HUT Hok Tek Tjen Shen Di Jambi].
Boleh dibilang dalam dua tahun ini warga Tionghoa Jambi yang datang sembahyang di kelenteng Siu San Teng cukup ramai, pasalnya sejak kelenteng Siu San Teng dipegang oleh Tanoto Kusumah, setiap ulang tahun Hok Tek Tjen Shen dirayai besar-besaran.

“Hok Tek Tjen Sen” dikenal sebagai dewa keberuntungan (baca dewa Rejeki). Dewa ini sebenarnya termasuk dalam jajaran dewa tanah, sebab setiap tanah/ daerah, merupakan kekuasaan beliau.

kelenteng Siu San Teng sebelumnya berada di sekitar Sungai Maram, Jalan Husni Tamrin, Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar Jambi, kini kelenteng Hok Tek sudah dijadikan Cagar Budaya, maka pada tahun 1982 secara resmi kelenteng Siu San Teng pindah ke kawasan Kampung Manggis

Menurut legenda “Hok Tek Tjen Sen” 福德正神 :
Asal muasalnya, sebelum beliau menjelma jadi shen ming (dewa), beliau adalah seorang pejabat negara bidang perpajakan yang bernama Hok Tek 福德, Ia adalah seorang pejabat yang bijaksana dan arif bagi rakyat yang hidup dari kekurangan, bahkan ia rela mengeluarkan uang pribadi untuk membantu rakyat yang kurang mampu membayar pajak bumi, kadang kala ia memberikan bantuan kekayaannya kepada rakyat miskin, sehingga ia sangat dicintai rakyatnya.

Suatu ketika beliau sakit dan wafat, jabatan beliau digantikan oleh Wei Chao. Sepak terjang Wei Chao sangat bertolak belakang dengan Hok Tek, Wei Chao sering menekan rakyat, dan tidak segan-segan menghukum mereka, hanya karena mereka terlambat atau tidak mampu membayar pajak karena gagal panen.

Sehingga salah satu petani pada pagi hari memasang gaharu (hio) di sebuah bongkahan batu dibawah pohon besar, petani tersebut sambil berdoa, petani itu menyatakan saat Hok Tek masih hidup dan bertugas sebagai petugas pajak tidaklah sekejam pejabat yang baru. Didalam doanya “Jika engkau dapat mendengar doa saya, mohon bantu agar usaha pertaniannya bisa sukses, tanahnya subur” ternyata apa yang didoakan sang petani, terkabuli, sejak saat itu setiap pagi sebelum memulai kerja disawah, si petani selalu sembahyang dibawah batang pohon, kebetulan petani lain yang liwat merasa heran, mengapa petani itu bicara dengan batu dibawah pohon, orang pada menganggap dia sudah gila. Ternyata usaha petani tersebut semakin hari semakin maju hingga petani lain juga pada mengikutinya.

Akhirnya berita kesuksesan para petani tersebut tersebar ketelinga sang raja, maka raja mengutus seorang menteri untuk mencari tahu apa sebabnya rakyat di desa itu tiba-tiba jadi makmur, setelah mendapatkan kabar dari sang menteri, rajapun langsung mengunjungi desa itu untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya berkat bantuan arwah Hok Tek, akhirnya raja meminta rakyat membuatkan altar yang lebih tinggi, karena sang dewa tidak mungkin diletakan ditanah dan raja juga meminta dibuatkan sebuah miao, sebagai tempat pemujaan, selain itu raja juga memberikan gelar tambahan kepada Hok Tek menjadi Hok Tek Tjen Sen 福德正神 yang artinya Hok Tek benar-benar Dewa.

Maka setiap warga Tionghoa yang beragama Khonghucu disetiap pelosok dunia pada memuja Hok Tek Tjen Sen (dewa bumi), bahwa di setiap kelenteng juga terdapat kim sin (patung) Hok Tek Tjen Sen yang paling banyak jumlahnya, bahkan kini banyak pihak yang memanfaatkan nama besar Hok Ten Tjen Shen untuk tujuan pribadi atau untuk kepentingan segolongan orang. (Romy). * www.ayojambi.com/

Rabu, 04 Mei 2016

Pria Ini Menolong Buaya Yang Hampir Meninggal, 20 Tahun Kemudian Buaya Ini Membalas Budi…

 
 
 
 
 
 
 
 
Bagaimana buaya di pikiranmu? Galak, mengerikan, raksasa, haus darah? Buaya sepertinya sangat dikenal sebagai hewan berdarah dingin dan karnivora, kita kalau mendengar buaya pasti sangat takut.Tapi apakah kamu tahu, buaya ternyata bisa menjadi teman baik manusia, bahkan seumur hidup?
20 tahun yang lalu, Chita menyadari ada seekor buaya yang nyaris dibunuh oleh pemburu, terbaring di pinggir sungai dengan lemah tak berdaya, Chita segera membawa pulang buaya tersebut dan merawat dia, juga memberi makan.

Chita yang sangat suka pada hewan, baginya menjaga buaya adalah sebuah kewajiban. Saya hanya berharap dia bisa merasakan cinta kasih, tidak semua manusia adalah jahat." Chita merawat luka buaya ini dengan sangat baik, bahkan memberi buaya ini sebuah nama (Pocho).

Setelah luka-luka Pocho sembuh, Chita membawanya ke sungai dan melepaskan Pocho, lalu pulang ke rumah.

Tetapi Chita sangat kaget saat melihat pemandangan rumah keesokan paginya: Seekor buaya besar ada dipekarangan rumahnya, itu adalah Pocho! Ternyata Pocho mengikuti bau rumahnya dan mencarinya semalaman! Saat itu juga Chita tahu bahwa dia telah menjadi teman baik seekor buaya.

Dan lagi, selama 20 tahun ini, Chita dan Pocho berteman dengan sangat baik, mereka berenang bersama, bermain bersama di sungai, berpelukan. Chita bilang: Kamu harus membayangkan kamu adalah hewan itu, baru kamu bisa mendekati hewan tersebut. Kalau kamu mendekati mereka sebagai seorang manusia, mereka bisa merasa kamu adalah bahaya.

Setelah berita ini tersebar, banyak pengunjung wisata yang dating ke tempat ini, mereka bermain dengan Pocho, yang membuat mereka kaget adalah saat Chita memanggil nama Pocho, Pocho langsung datang menghampirinya.

Setelah melewati banyak pengalaman indah, Pocho akhirnya sampai pada saat terakhir dalam hidupnya, Pocho sudah berumur 50 tahun, dan akhirnya meninggal. Semua warga disana memberikan penghormatan terakhir pada Pocho, kesedihan Chita tidak ada yang bisa mengerti, dia akhirnya menyebarkan cerita ini pada semua orang, dia ingin mengubah pikiran orang atas hewan. Melihat Chita bersedih, rasanya kita juga ingin menangis

http://newsnews2.com/2016/04/27/pria-ini-menolong-buaya-yang-hampir-meninggal-20-tahun-kemudian-buaya-ini-membalas-budi/
* www.ayojambi.com/

Senin, 02 Mei 2016

'Boboho' Nasibnya Kini Tak Disangka

Buat kalian yang lahir dan besar di era tahun 90-an pasti tahu dan pernah menonton film kungfu komedi asal Taiwan berjudul Shaolin Popey.

Film rilisan tahun 1994 itu memasang seorang aktor cilik bernama Hao Shaowen (Steven Hao) yang sok tahu dan super jahil.

Nama Shaowen mungkin tidak dikenal di Indonesia.

Tapi kalau nama Boboho, so pasti Anda kenal kan.
Di setiap aksinya, bocah berkepala plontos yang biasanya memakai kacamata hitam berbentuk bulat itu selalu mengundang tawa banyak orang.

Bersama rekannya, sang bocah ahli kungfu yang diperankan oleh Shi Xialong (Aston Chen), mereka berdua menjadi idola anak kecil.

Bahkan orang lanjut umur pun remaja banyak menyukai film Boboho ini.

Dengan tindakan kocak dari film Boboho ini benar-benar lucu dan bakal mengocok perut dari penontonnya.

Kini 20 tahun sudah berlalu, banyak yang bertanya, Apa kabar ya mereka sekarang?

Namun pada tahun 2000-an, film Boboho ini sejak mulai meredup.

Dan tahukah Anda dengan nasib dari pemain film Boboho ini.

Walau terbilang sukses dan berhasil, ternyata nasib Boboho saat sekarang ini sangat bertolak belakang.

Dia terpaksa harus berjualan es krim untuk membiaya kuliahnya di Taiwan Tamkang University untuk jurusan Manajemen Transportasi.

Hal ini dilakukan Boboho untuk membantu meringankan beban orang tuanya.

Apalagi untuk saat ini Boboho tidak lagi terjun dalam dunia perfilman yang telah membesarkan namanya.

Terbukti, untuk membiayai kuliahnya di Universitas Tamkang, Taiwan, jurusan Manajemen Transportasi.

Pun dia lebih memilih untuk berjualan es krim sambil membantu mengurangi beban ekonomi keluarganya.

http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/05/02/shaolin-cilik-boboho-nasibnya-kini-tak-disangka* www.ayojambi.com/

Minggu, 01 Mei 2016

Ini Beda e-Paspor dan Paspor Biasa

DI Indonesia, terdapat dua jenis paspor yang berlaku yakni paspor biasa dan e-paspor. Apa bedanya?

Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan aparatur atau pejabat dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Di Indonesia, terdapat dua jenis paspor yang berlaku yakni paspor biasa dan e-paspor.
E-paspor sendiri mulai diberlakukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2013 untuk warga negara Indonesia. Namun apakah bedanya paspor biasa dengan e-paspor?

Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Heru Santoso mengatakan, hal yang paling membedakan antara kedua paspor tersebut adalah chip yang terdapat di e-paspor.

“Data di e-paspor itu lebih lengkap dari paspor biasa. Kalau paspor biasa kan datanya hanya data pemegang saja. E-paspor datanya lengkap dan akurat seperti data biometrik,” jelas Heru saat dihubungiKompasTravel, Selasa (26/4/2016).

Heru menjelaskan, data biometrik merupakan data-data seperti sidik jari dan bentuk wajah pemegang e-paspor yang bisa dikenali dengan cara pemindaian.

Data biometrik dalam e-paspor sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) dan telah digunakan di dalam paspor berbagai negara lainnya seperti Australia, Amerika Serikat, Malaysia, Inggris, Jepang, Selandia Baru, Swedia, dan lain-lain.

Hal yang berbeda lainnya adalah dalam hal sekuriti. Menurut Heru, dengan adanya chip di e-paspor akan membuat paspor sulit dipalsukan dibanding paspor biasa yang rentan dipalsukan.

"E-paspor sangat sulit untuk dipalsukan karena memiliki chip yang menyimpan data biometrik si pemilik paspor dan tertanam di dalam paspor tersebut sehingga lebih aman dibandingkan paspor biasa non-elektronik." ungkapnya.

Kemudian yang berbeda adalah hal pemeriksaan paspor oleh petugas imigrasi di bandara. Heru menyebutkan, cara membaca e-paspor adalah cukup dipindai tanpa harus dibuka per halaman seperti paspor biasa.

"Untuk penggunaan, e-paspor memiliki keuntungan seperti dalam kunjungan wisata. Pemilik e-paspor bisa digunakan untuk berkunjung ke negara Jepang (tanpa visa)," tambah dia.

Perbedaan lain adalah kesempatan untuk lebih mudah mendapatkan penyetujuan visa kunjungan bagi pemegang e-paspor. Hal itu disebabkan data-data pemegang e-paspor telah akurat dan valid serta dapat dengan mudah diverifikasi oleh kedutaan negara yang akan didatangi.

Biaya pembuatan e-paspor dan paspor biasa juga berbeda. Biaya pembuatan e-paspor sebesar Rp 655.000 dan paspor biasa sebesar 355.000

"Perbedaan itu karena keberadaan sistem chip di e-paspor," paparnya.

Cara penyimpanan e-paspor dan paspor biasa, menurut Heru tak ada yang berbeda. Namun, Heru menekankan perlu penanganan ekstra saat menyimpan e-paspor.

"Sebenarnya sama secara umum tapi kalau chip di e-paspor rusak, e-paspor tak akan bisa digunakan lagi," tutupnya.

http://jambi.tribunnews.com/2016/05/01/oh-ini-beda-e-paspor-dan-paspor-biasa
* www.ayojambi.com/