Senin, 20 Februari 2017

发扬宗教和谐相处精神,共同建设国家

 
 
 
在印尼西爪哇卡拉旺(Karawang)隆重举行,民主改革后第18届元宵节活动。印尼第四任总统瓦希德夫人欣达、卡拉旺县长 Dr.Cellica Nurachadiana印尼孔教妇女部主陈玉娘印尼孔教最高理事会荣誉主黄耀德等及关圣帝君庙理事和军警官和信徒近千人参与元宵节活动.

Cellica  县长致词中表示,  我国虽然大多数是信奉伊斯兰教, 我国在1945年宪法就提到“三项宗教和谐”即是:宗教内部、宗教与宗教之间及宗教与政府的和谐。她也希望在她的属下官员及包括孔教信徒在内的华族,大家团结一致,发扬宗教和谐相处精神,共同建设国家,让生活更美好。
  黄耀德致词表示,这次的元宵节活动除了抬神轿游街,同时也有Sunda民间舞蹈表演,显出我国多元文化,大家团结一致.

  致词完毕瓦希德夫人欣达女士,挥旗启动抬神轿游街开始。向关圣帝君庙开始,经过Arif Rahman Hkaim ,Dewi Sartika街一直回到原地庙宇.

明光报道/Romy摄影

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20170221/306227.shtml

Senin, 13 Februari 2017

Puluhan Ribu Warga Karawang Sambut Festival Cap Go Meh

KARAWANG - Event tahunan Cap Go Meh di Karawang disaksikan ratusan ribu warga dari berbagai elemen tumpah ruah di rute yang telah ditentukan panitia Cap Go Meh untuk menyaksikan perayaan tahunan Cap Go Meh ke-18 di Karawang.

Cap Go Meh telah dibuka oleh Bupati Karawang dr.Cellica Nurachadiana, dan kirab Cap Go Meh dilepas oleh Ibu Negara RI ke-4 Hj. Dra. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M. Hum, Minggu (12/2).

Dalam sambutan Bupati Karawang, “walaupun kita semua menyadari bahwa Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, namun telah mempelopori pluralisme agama yang tertuang dalam falsafah Pancasila dan UUD Tahun 1945 hingga lahirlah konsep : “Tri Kerukunan Umat Beragama” yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah,” ujar Bupati [Lihat Gambar: Kirab Cap Go Meh di Karawang].
Namun demikian Bupati  berharap kepada semua jajaran dibawahnya,  untuk senantiasa memberikan pelayanan publik yang sama kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa, dan termasuk penganut agama khong khu chu, “Marilah kita bangun masa depan bangsa, dengan semangat persatuan dan persaudaraan yang dilandasi semangat kerukunan umat beragama serta raihlah kehidupan yang lebih baik,” harapnya.

Kepolisian Resor Karawang menggelar pengamanan perayaan Cap Go Meh tahun 2017 di Kabupaten Karawang. Kekuatan pengamanan yang dilibatkan sebanyak kurang lebih 300 personel dipusatkan di Kota Karawang yang terdiri dari personel Polres serta Polsek Jajaran. Perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan dijantung Kota Karawang dilaksanakan pawai naga dengan jalur rute seperti tahun yang lalu itu mulai dari Jalan Tuparev, Jalan Kertabumi hingga ke Jalan Arif Rachman Hakim / Jalan Niaga hingga balik lagi ke Klenteng Bio Kwan Seng Tee Koen yang berada di Jl. Ir.H.Juanda Nagasari Karawang.

Menurut penuturan ketua Panitia Cap Go Meh, Ws, Wawan Wiratma, yang juga ketua Dewan Kehormatan MATAKIN PUSAT, Kirab Cap Go Meh tahun ini dikolaborasikan dengan Seni Budaya Sunda agar perayaan Cap Go Meh ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.  Kegiatan kolaborasi dengan budaya Sunda sengaja digelar, agar Festival Cap Go Meh menjadi Spektakuler.

“Diharapkan dengan adanya kolaborasi Kirab Cap Go Meh dengan Kirab Budaya Sunda itu bisa membantu Pemkab Karawang dalam mempromosikan seni budaya, pariwisata dan kuliner khas Karawang.” Imbuh Wawan Wiratma.

“Karawang menjadi contoh kota perlintasan etnis dan budaya yang baik dan sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi beragama." (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

Kamis, 09 Februari 2017

Persiapan Cap Go Meh di Jambi

JAMBI - Sudah menjadi tradisi kerja sama tiga kelenteng adakan kirab Malam Cap Go Meh, yaitu kelenteng Hok Kheng Tong, Sai Che Tien dan Leng Chun Keng Jambi merayakan Malam Cap Go Meh di Jambi.
Terlihat ketiga kelenteng sudah dipermak dengan aneka ukuran lampion dan warna warni umbul-umbul dari ketiga kelenteng demi menambah keindahan Malam Perayaan Cap Go Meh. Di Jambi perayaan Cap Go Meh selalu pada malam hari sesuai dengan sebutan Malam Cap Go Meh.

Agenda acara Cap Go Meh diawali barisan pembawa bendera merah putih, bendera kebesaran para roh suci, lampion, kursi tandu singasana para dewa (joli), liong dari kelenteng Leng Chun Keng, menuju ke kelenteng Sai Che Tien, setelah itu kedua kelenteng bergerak ke kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan Cap Go Meh), setelah berkumpul semua kelenteng, baru parade Cap Go Meh dimulai dengan iringan bendera pusaka, bendera atau umbul-umbul dari masing-masing klenteng, diikuti pembawa lampion, arak-arakan kursi tandu (joli) dari masing kelenteng melintasi rute Koni IV menuju Jalan Pangeran Diponegoro, terus nuju kelenteng Tiong Gie Tong di kawasan Sulanjana, selanjutnya ke MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Kelenteng Leng Chun Keng, lalu ke Kelenteng Cheng Hong Lao dan kembali ke MAKIN Kelenteng Sai Che Tien dan MAKIN Kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan cap go meh).

"Selain keliling kelenteng, mereka tatung juga masuk ke rumah-rumah warga Tionghoa untuk mendoakan tuan rumah agar mendapat rezeki dan kesehatan."

Puluhan roh suci “shen ren” akan berkumpul di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Hok Kheng Tong untuk mengikuti karvanal arak-arak para roh suci shen ren sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi umat Khonghucu atas jasa almarhum Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. (Romy)

* https://www.facebook.com/makinjambi

Selasa, 07 Februari 2017

Siswa Sekolah Minggu Khonghucu Jambi Dapat Angpao Imlek 2568

 
 
JAMBI - Jelang perayaan Cap Go Meh 11 Februari 2017 (Cia Gwee Cap Go), sebanyak delapan puluh siswa-siswi Sekolah Minggu Khonghucu, Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi 占碑省獅仔殿廟宇 Jalan Koni IV, Rt 2, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, 80 siswa 学生 mendapatkan angpao Tahun Baru Imlek 2568 kongzili dari seorang donatur yang enggan menyebutkan jati dirinya.
Betapa senangnya anak-anak yang menerima angpao dari para guru pembimbing sambil mengucapkan Xin Nian Kuai Le, Wan Shi Ru Yi kepada Lao She 老师, melihat kegembiraan anak-anak menerima angpao.

Menurut guru penanggung jawab Lim Kim Hui 林金辉孔教教师, kita mesti melestarikan budaya bagi-bagi angpao yang ada di setiap perayaan Imlek.

Pimpinan Kelenteng Sai Che Tien Jambi Darmadi Tekun 占碑省獅仔殿廟宇 郑建平主席 didampingi ketua Rohaniawan Matakin Jambi, The Lien Teng 鄭連丁, Minggu (7/2-2017) mengatakan, pemberian angpao ini merupakan tradisi yang harus dilestarikan. "Untuk itu, setiap tahun kami akan bagikan angpao kepada murid-murid Sekolah Minggu Khonghucu Jambi,” ujarnya.

Darmadi Tekun menyatakan, bagi-bagi angpao merupakan simboliknya tahun baru Imlek dengan maksud membagi kebahagiaan bersama. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

Sabtu, 04 Februari 2017

Melirik Sembahyang Thi Kong di Hari ke 9 Imlek


 
JAMBI - Thi Kong atau Sembahyang Chue Kau atau biasa disebut Sembahyang Tebu biasa diaksanakan pada malam ke delapan memasuki malam ke sembilan Imlek setiap tahunnya. Tahun ini, sembahyang Thi Kong jatuh pada tanggal 4 Februari 2017, menjelang 5 Februari 2017 dimulai pukul 00.00 WIB hingga dini hari [Lihat Album: Sembahyang Thi Kong].
Sembahyang Thi Kong diakukan oleh seluruh warga Tionghoa dimuka bumi ini dilaksanakan di depan rumah masing-masing untuk mengingat  penguasa Dunia, Dewa Langit.  Didalam Agama Khonghucu, hari ke sembilan Imlek diyakini sebagai hari ulang tahun dewa Langit. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa untuk melakukan ritual sembahyang Thi Kong di depan rumah masing masing. Biasanya, masyarakat Tionghoa akan mempersiapakn meja sembahyang (altar) menghadap ke jalan dan ada yang melakukannya di loteng tingkat atas rumahnya.

Dari pantauan indochinatown.com, Minggu (5/2) dini hari saat itu, seluruh warga Tionghoa di perkampungan masyarakat tionghoa, di Jalan Koni 1 hingga Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, warga setempat  membakar Hio atau Gaharu Besar (dupa) di depan rumah masing-masing dan mempersembahakan berbagai macam makanan manisan dan aneka kue-kue.

"Beberapa makanan atau manisan diyakini memiliki makna dan akan memberikan berkah  bagi keluarga mereka, beberapa makanan yang biasa disajikan itu dipersembahkan untuk Dewa Langit," jelas Rohaniawan Matakin Kota Jambi, The Lien Teng.

Lanjutnya, berbagai sajian itu meliputi Thi Kue atau kue keranjang manis yang melambangkan agar kehidupan mereka di tahun baru Imlek (tahun Ayam Api)  ini akan selalu manis-manis. Sedangkan Jeruk , dalam bahasa Hok Kian sering disebut Kiat atau Kam yang mempunyai arti emas, jadi mengharapkan rezeki ditahun mendatang banyak mendapatkan Emas. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

Rabu, 01 Februari 2017

Ratusan Umat Khonghucu Jambi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She


JAMBI – Setelah enam hari perayaan Tahun Baru Imlek 2568 kongzili, ratusan umat Khonghucu di Kota Jambi silih berganti mendatangi Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kelenteng “Hok Kheng Tong” yang terletak di Jalan Koni IV, Rt. 02, depan pabrik Kopi AAA, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, kehadiran umat Khonghucu tersebut untuk untuk mengikuti prosesi upacara sembahyang bersama Sejit Roh Suci Shen Ren (baca dewa) “Cheng Cui Co She” Qing Shui Zu Shi atau yang lebih dikenal dengan nama sebutan “Co She Kong”, pada Kamis (2/2-2017).


Upacara sembahyang langsung dipimpin langsung Lim Tek Chong taoshe dari Tiongkok, upacara mulai dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.30 [Lihat Gambar: Prosesi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She].
Prosesi upacara terbagi dua tahap, yakni tahap pertama adalah sembahyang menghadap altar Tien (Tuhan), tahap kedua baru sembahyang di altar Roh Suci Shen Ren “Co She Kong. Tahap demi tahap diikuti oleh segenap pengurus kelenteng Hok Kheng Tong beserta para Lo Cu (panitia), semua prosesi dilakukan pengurus dengan, setengah jam kemudian, prosesi upacara kedua dilanjutkan didalam kelenteng, yakni di altar Co She Kong. Sebagaimana biasanya berbagai sesajen terbentang di atas meja segi empat berwarna merah, sesajian ada yang dibawa oleh masing-masing umat sendiri.

Seusai sembahyang tersebut, sesajen-sesajen yang ada di altar lalu dimasak, kemudian dimakan bersama. Tradisi makan bersama ini, menurut kepercayaan umat Khonghucu, “Dengan memakan makanan dari hasil sembahyang ulang tahun para Roh Suci Shen Ming, maka diri mereka akan mendapatkan perlindungan dari mahluk-mahluk yang berniat jahat”.

Co She Kong berasal dari Propinsi Hok Kian, Kabupaten Yong Chun, Tiongkok. Nama panggilan sehari-hari adalah Chen Zhao Ying (Hok Kian = Tan Ciao Eng). Beliau dilahirkan pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada zaman Dinasti Song (960-1279 M), dimasa Pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat.

Chen Zhao Ying mahir dalam bidang pengobatan dan mendatangkan hujan bagi penduduk di sekitar An Xi (An Hui) & Xia Men (E Meng). Beliau sering membantu penduduk yang miskin dalam masalah pengobatan dan suka menolong orang-orang membangun jembatan. Di dekat gua tempat beliau bertapa terdapat sumber air yang jernih, yang bernama Qing Shui Yan (Ching Cui Giam) yang berarti Cadas Air Bersih. Dengan air jernih dan meditasi di gua ini Chen Zhao Ying mengobati orang-orang yang meminta pertolongannya. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

Po Un “补运” Di Kelenteng Sai Che Tien Jambi

JAMBI - Lim Tek Chong taoshe dari Tiongkok kembali memberikan pelayan Po Un “补运” kepada umat Khonghucu Jambi di Jalan Koni, Rt 2, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Setiap awal Tahun Baru Imlek, umat Khonghucu Jambi mengikuti ritual Po Un 补运 di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien 占碑狮仔殿孔教庙 (1/2-2017), tujuan Po Un 补运 adalah untuk memohon Berkah dan Keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ujar The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di Tiongkok. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu setiap tahun selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng-kelenteng”. katanya. Tujuan Po Un, untuk memohon kepada Tuhan dan para suci sen ren (dewa-dewi) agar terhindar dari jiong (konflik) dengan Tai Sui pada tahun-tahun tertentu
Dari pantauan di lapangan, prosesi Pu Un yang dilakukan di Kelenteng Sai Che Tien Jambi berbeda dangan Po Un di tempat-tempat lain, jika di Kelenteng Sai Che Tien, setiap peserta atau perwakilan dari keluarga Po Un wajib mengikuti taoshe keliling altar sebanyak 12 putaran, sedangkan di tempat lain, peserta cukup bawa baju, lalu di stempel selesai.

Menurut salah satu peserta dari kawasan Payo Selincah yang telah mengikuti Po Un sebanyak empat kali menyatakan, prosesi di kelenteng ini jauh berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya, di kelenteng lain baju kita hanya dikipas-kipas saja, tanpa adanya ritual keliling altar, “Di kelenteng lain Po Un, pakaian kita hanya dikipas-kipas saja”, ujar warga tersebut.

Boleh dibilang peserta Po Un merasa capek, karena peserta mesti keliling altar roh suci Nabi Fu Xi sebanyak 12 kali, namun peserta juga merasa puas lantaran bisa langsung ikut dalam prosesi Po Un yang memakan waktu lebih dari 2 jam. (Romy)

Sesajian untuk ritual Po Un, biasanya yang harus disiapkan adalah :
1. Dupa / hio dan lilin merah (disediakan pihak panitia).
2. Satu mangkok wajek (disediakan pihak panitia).
3. Telor ayam dikasih warna merah (disediakan pihak panitia).
4. Sejumlah kertas hu (disediakan pihak panitia).
5. Satu bungkus bunga Mie Swa (disediakan pihak panitia).
6. Baju tiap-tiap anggota keluarga yang mau di Po Un (dibawa oleh warga yang mau Po Un).
7. Gambar bentuk orang dewasa (kepala keluarga) wanita (ibu) dan anak laki-laki maupun perempuan.
8. Kertas warna pink bertulisan nama-nama yang mau Po Un, mulai dari kepala keluarga, istri, anak laki-laki/ perempuan serta keluarga yang ikut dalam rumah seperti kakek/Nenek/Kakak dan lain sebagainya berikut tanggal kelahiran (shio). Seusai mengelilingi altar lalu taushe (saikong) membaca satu persatu nama Po Un, tidak boleh serentak seperti penyelenggara lainnya.

Tahapannya berikutnya adalah :
1, Semua persembahan dimasukan ke dalam keranjang plastik dan disusun diatas meja merah.
2. Lalu taushe (saikong) membaca mantera (mengudang para shen ming (dewa-dewi), untuk awal Po Un, upacara ini bisa memakan waktu lebih kurang dua jam, selanjutanya hanya memakan waktu 1 jam.
3. Setiap peserta Po Un berkewajiban untuk mengikuti tahapan demi tahapan dengan mengitari altar utama, yakni Hoo Hie Tee Shien (Nabi Fu Xi) dan melintasi jembatan yang terbuat dari kayu sambil menyebut Kuwei (bahasa Hokkien) liwatlah. Seusai prosesi panitia menstempel lambang para suci pada bagian pundak baju/ pakaian, baju yang distempel ini dipakai oleh para peserta Po Un selama 3 hari berturut.
4. Setelah itu, maka tinggal membakar semua kertas sembahyang yang udah di berkati.
5. Terakhir peserta membawa pulang semuanya, baju untuk dipakai, Mie Swa dimasak dan dimakan bersama telor merah (melambangkan panjang umur).
6. Kertas Hu untuk dipakai oleh peserta. (Romy)