Yuefei penduduk propinsi Henan, kabupaten Tangyin.
Saat Yuefei dilahirkan, ada seekor burung besar hinggap di atap rumahnya dan berteriak terus menerus, suara burung tersebut membuat ayahnya sangat kaget dan heran, maka diberilah nama fei (terbang).
Ketika serdadu Jin, suku minoritas dari bagian utara Tiongkok, menyerang ke daratan Tiongkok. Yuefei terpanggil untuk berjuang demi negara. Ibunya juga seorang yang arif bijaksana, demi mengingatkan anaknya untuk membalas budi negara, ia mentato punggung Yuefei dengan empat kata, “Jinzhong baoguo.(Setia Membalas Budi Negara)
Karena terus menerus mendapatkan serangan serdadu Jin, Ibu kota kerajaan jatuh ke dalam kekuasaan serdadu Jin, dinasti Sung sudah hampir musnah, dari keluarga raja hanya putra ke empat saja yang berhasil melarikan diri ke arah selatan, dan menjadi raja di daerah selatan, yaitu Raja Gao Zong.
Yuefei yang pada saat itu hanya sebagai pejabat yang kedudukannya rendah pernah mengirimkan surat pada raja, agar raja dapat langsung memimpin pasukannya kembali ke arah utara, jangan lagi kabur ke arah selatan. Akhirnya beliau dikecam oleh raja yang lemah, kecut, serta ingin santai santai saja. Yuefei diusir keluar dari ibu kota Nanjing. Setelah Yuefei meninggalkan Nanjing, beliau menuju ke propinsi Hebei dan bergabung dengan pejabat di sana yang bernama Zhang Shuo, dan mendapatkan perhatian khusus dari Zhang Shuo. Setelah itu, Yuefei mulai mengalihkan perangnya ke arah selatan dan utara dari sungai Kuning. Sambil melawan serdadu Jin, sambil menaklukkan perampok. Dalam tata kemiliterannya, Yuefei sangat ketat, beliau tak pernah menindas penduduk, maka penduduk sangat hormat padanya. Hingga Pangeran dari suku minoritas Jin pernah mengatakan, “Menggetarkan pegunungan gampang, tetapi untuk menggetarkan serdadu dari Yue, sulit!
Meskipun Yuefei telah menjadi pejabat penting kerajaan, tapi beliau sangat ketat terhadap peraturan, Raja Gao Zong ingin membangunkan tempat tinggal untuk beliau, tapi dengan alasan, ‘Musuh belum dituntaskan, apa gunanya memikirkan rumah.’.Beliau sering mengatakan, “Seandainya semua pejabat di negara ini tidak serakah akan harta, para jenderal tidak takut mati, maka dunia sudah aman sentosa!
Beberapa tahun kemudian, serdadu Jin menyerang ke selatan secara besar besaran. Berbagai daerah meminta bantuan dari pusat pemerintahan, Raja Gao Zong terpaksa menurunkan titah pada Yuefei, mengijinkan beliau untuk melaksanakan dengan kuasa penuh. Yuefei menerima perintah tersebut, dan menganggap saat untuk membalas serangan sudah matang, dan segera memimpin serdadu ke arah utara, dengan serdadu yang gagah berani, akhirnya serdadu Jin kalah, Yuefei gunakan kesempatan ini mengejar dan menyerang serdadu Jin. Tapi Raja Gao Zong telah mencapai kesepakatan dengan suku minoritas Jin, pada hal kesempatan untuk mengambil alih tanah yang dikuasai musuh sudah sangat dekat, ibarat bisa dihitung dengan hari.
Rupanya, Yuefei biarpun pintar berperang juga setia pada negara, tetapi terhadap Raja Gao Zong yang selalu memikirkan tahta, serta senang bersantai santai, tentunya tidak sesuai dengan perasaan hati raja tersebut, Apalagi Yuefei selalu bersumpah, “Mengembalikan Tanah Air, mengembalikan kedua pangeran yang masih ditawan serdadu Jin, yang mana merupakan abang dari Raja Gao Zong, (Wei dan Chin), ini lebih membuat hati Raja Gao Zong kuatir.
Karena sudah mengalami kekalahan dalam perang, serdadu Jin rencana akan melepas Qin Zong kembali ke dinasti Sung, ini lebih membuat Raja Gao Zong takut kalau kedua abangnya kembali, ia akan kehilangan tahtanya. Di sisi lain, Qinkuai, perdana menteri yang menjadi mata mata serdadu Jin juga takut kalau serdadu Jin kalah, maka akan akan ketahuan belangnya, jangan jangan nyawanya juga ikut melayang.
Maka Qinkuai mulai mempengaruhi sang Raja, bersama sama dengan gerombolannya, dengan alasan, “Kesulitan dalam mendapatkan banyak serdadu, serta rakyat sedang melarat demikian juga negara sedang kekurangan dana. mereka mengajukan usulan agar raja memerintahkan Yuefei menarik serdadunya kembali ke ibu kota.
Yuefei yang berkeinginan mengembalikan tanah air kepangkuan pertiwi, tetapi beliau masih merupakan pejabat yang setia, dalam satu hari, beliau menerima 12 kali papan perintah Mas, biarpun merasakan perih hatinya, karena jerih payah yang telah dikerjakan selama 10 tahun lebih, akan lenyap dalam sekejap, tapi beliau masih menaati perintah sang raja memimpin serdadunya kembali ke ibu kota.
Setelah Yuefei kembali ke ibu kota, beliau masih belum menerima perundingan damai, dan raja dari suku Jin, Jin Yen Shu juga menulis surat pada Qinkuai, “Kamu setiap hari mengatakan damai, tetapi Yuefei sedang merencanakan untuk menyerang, merebut kembali propinsi Hebei, ingin memporak porandakan sarang kami, harus terlebih dahulu membunuh Yuefei, baru boleh bicara damai!
Pada saat yang sama, juga mengirimkan surat mengancam Gao Zong, katanya mereka ingin melakukan penyerangan besar besaran ke arah selatan, raja Gao Zong dan Qin Kuai juga tahu, asalkan Yuefei masih hidup, sulit untuk mencapai perdamaian. Maka dibawah persetujuan dari Gao Zong, Qinkuai memerintahkan gerombolannya menuduh Yuefei, memiliki kekuatan serdadu, tetapi tidak maju, meninggalkan benteng pertahanan, dan tidak menjaga dengan baik.
Selanjutnya, juga menyuap anak buah Yuefei, Wang Cun, menuduh dengan tangan kanan Yuefei, Zhang Xian ingin kudeta, maka Yuefei juga tidak terlepas dari tuduhan tersebut.
Dengan cara demikian, Yuefei ditangkap dan dimasukkan ke dalam tahanan, dibawah siksaan gerombolan Qinkuai selama dua bulan, juga tidak mendapatkan bukti apapun, terakhir karena Raja Gao Zong ingin perdamaian cepat terwujud, akhirnya dengan tuduhan Mo xu you, tuduhan yang tidak perlu bukti, penanggalan Imlek 29 Desember 1142 malam tahun baru, Yuefei dihukum pancung kepala.
Setelah puluhan tahun berlalu, dimasa pemerintahan Xiaozong, kasus Yuefei dibongkar kembali, dan akhirnya ketahuan bahwa semua tipu muslihat dan siasat jahat berasal dari perdana menteri Qinkuai dan isterinya, mata-mata musuh. Rakyat sangat marah kepada ke dua pengkhianat negara ini, maka dibuatkan makanan dari tepung, berbentuk dua potong, satunya Qinkuai, satunya lagi adalah istri Qinkuai, dengan minyak panas menggoreng Qinkuai dan istrinya, dimakan dagingnya untuk melampiaskan kemarahan rakyat. Makanan ini pun akhirnya dengan nama Cakue. Selain itu, dibuatkan juga patung Qinkuai dan istrinya berlutut di depan makam Yuefei, orang-orang yang datang berziarah ke makam Yuefei akan melewati ke dua patung tersebut, dan meludahi ke dua patung tersebut.
Kerja keras dan kesetiaan Yuefei dalam memperjuangkan negara tanpa pamrih pantas mendapatkan ajungan jempol dari kita semua. Keluhuran jiwa setia dan cinta negaranya sampai saat ini masih membekas di hati banyak orang yang tahu kisahnya, terbukti walau sudah berusia ribuan tahun, namun sampai saat ini kisahnya pun masih diceritakan orang dari generasi ke generasi.
Disadur oleh Caiming Mandarin Education Centre
www.caiming.info
http://www.bagansiapiapi.net/id/budayadetail.php?id=85
Ketika serdadu Jin, suku minoritas dari bagian utara Tiongkok, menyerang ke daratan Tiongkok. Yuefei terpanggil untuk berjuang demi negara. Ibunya juga seorang yang arif bijaksana, demi mengingatkan anaknya untuk membalas budi negara, ia mentato punggung Yuefei dengan empat kata, “Jinzhong baoguo.(Setia Membalas Budi Negara)
Karena terus menerus mendapatkan serangan serdadu Jin, Ibu kota kerajaan jatuh ke dalam kekuasaan serdadu Jin, dinasti Sung sudah hampir musnah, dari keluarga raja hanya putra ke empat saja yang berhasil melarikan diri ke arah selatan, dan menjadi raja di daerah selatan, yaitu Raja Gao Zong.
Yuefei yang pada saat itu hanya sebagai pejabat yang kedudukannya rendah pernah mengirimkan surat pada raja, agar raja dapat langsung memimpin pasukannya kembali ke arah utara, jangan lagi kabur ke arah selatan. Akhirnya beliau dikecam oleh raja yang lemah, kecut, serta ingin santai santai saja. Yuefei diusir keluar dari ibu kota Nanjing. Setelah Yuefei meninggalkan Nanjing, beliau menuju ke propinsi Hebei dan bergabung dengan pejabat di sana yang bernama Zhang Shuo, dan mendapatkan perhatian khusus dari Zhang Shuo. Setelah itu, Yuefei mulai mengalihkan perangnya ke arah selatan dan utara dari sungai Kuning. Sambil melawan serdadu Jin, sambil menaklukkan perampok. Dalam tata kemiliterannya, Yuefei sangat ketat, beliau tak pernah menindas penduduk, maka penduduk sangat hormat padanya. Hingga Pangeran dari suku minoritas Jin pernah mengatakan, “Menggetarkan pegunungan gampang, tetapi untuk menggetarkan serdadu dari Yue, sulit!
Meskipun Yuefei telah menjadi pejabat penting kerajaan, tapi beliau sangat ketat terhadap peraturan, Raja Gao Zong ingin membangunkan tempat tinggal untuk beliau, tapi dengan alasan, ‘Musuh belum dituntaskan, apa gunanya memikirkan rumah.’.Beliau sering mengatakan, “Seandainya semua pejabat di negara ini tidak serakah akan harta, para jenderal tidak takut mati, maka dunia sudah aman sentosa!
Beberapa tahun kemudian, serdadu Jin menyerang ke selatan secara besar besaran. Berbagai daerah meminta bantuan dari pusat pemerintahan, Raja Gao Zong terpaksa menurunkan titah pada Yuefei, mengijinkan beliau untuk melaksanakan dengan kuasa penuh. Yuefei menerima perintah tersebut, dan menganggap saat untuk membalas serangan sudah matang, dan segera memimpin serdadu ke arah utara, dengan serdadu yang gagah berani, akhirnya serdadu Jin kalah, Yuefei gunakan kesempatan ini mengejar dan menyerang serdadu Jin. Tapi Raja Gao Zong telah mencapai kesepakatan dengan suku minoritas Jin, pada hal kesempatan untuk mengambil alih tanah yang dikuasai musuh sudah sangat dekat, ibarat bisa dihitung dengan hari.
Rupanya, Yuefei biarpun pintar berperang juga setia pada negara, tetapi terhadap Raja Gao Zong yang selalu memikirkan tahta, serta senang bersantai santai, tentunya tidak sesuai dengan perasaan hati raja tersebut, Apalagi Yuefei selalu bersumpah, “Mengembalikan Tanah Air, mengembalikan kedua pangeran yang masih ditawan serdadu Jin, yang mana merupakan abang dari Raja Gao Zong, (Wei dan Chin), ini lebih membuat hati Raja Gao Zong kuatir.
Karena sudah mengalami kekalahan dalam perang, serdadu Jin rencana akan melepas Qin Zong kembali ke dinasti Sung, ini lebih membuat Raja Gao Zong takut kalau kedua abangnya kembali, ia akan kehilangan tahtanya. Di sisi lain, Qinkuai, perdana menteri yang menjadi mata mata serdadu Jin juga takut kalau serdadu Jin kalah, maka akan akan ketahuan belangnya, jangan jangan nyawanya juga ikut melayang.
Maka Qinkuai mulai mempengaruhi sang Raja, bersama sama dengan gerombolannya, dengan alasan, “Kesulitan dalam mendapatkan banyak serdadu, serta rakyat sedang melarat demikian juga negara sedang kekurangan dana. mereka mengajukan usulan agar raja memerintahkan Yuefei menarik serdadunya kembali ke ibu kota.
Yuefei yang berkeinginan mengembalikan tanah air kepangkuan pertiwi, tetapi beliau masih merupakan pejabat yang setia, dalam satu hari, beliau menerima 12 kali papan perintah Mas, biarpun merasakan perih hatinya, karena jerih payah yang telah dikerjakan selama 10 tahun lebih, akan lenyap dalam sekejap, tapi beliau masih menaati perintah sang raja memimpin serdadunya kembali ke ibu kota.
Setelah Yuefei kembali ke ibu kota, beliau masih belum menerima perundingan damai, dan raja dari suku Jin, Jin Yen Shu juga menulis surat pada Qinkuai, “Kamu setiap hari mengatakan damai, tetapi Yuefei sedang merencanakan untuk menyerang, merebut kembali propinsi Hebei, ingin memporak porandakan sarang kami, harus terlebih dahulu membunuh Yuefei, baru boleh bicara damai!
Pada saat yang sama, juga mengirimkan surat mengancam Gao Zong, katanya mereka ingin melakukan penyerangan besar besaran ke arah selatan, raja Gao Zong dan Qin Kuai juga tahu, asalkan Yuefei masih hidup, sulit untuk mencapai perdamaian. Maka dibawah persetujuan dari Gao Zong, Qinkuai memerintahkan gerombolannya menuduh Yuefei, memiliki kekuatan serdadu, tetapi tidak maju, meninggalkan benteng pertahanan, dan tidak menjaga dengan baik.
Selanjutnya, juga menyuap anak buah Yuefei, Wang Cun, menuduh dengan tangan kanan Yuefei, Zhang Xian ingin kudeta, maka Yuefei juga tidak terlepas dari tuduhan tersebut.
Dengan cara demikian, Yuefei ditangkap dan dimasukkan ke dalam tahanan, dibawah siksaan gerombolan Qinkuai selama dua bulan, juga tidak mendapatkan bukti apapun, terakhir karena Raja Gao Zong ingin perdamaian cepat terwujud, akhirnya dengan tuduhan Mo xu you, tuduhan yang tidak perlu bukti, penanggalan Imlek 29 Desember 1142 malam tahun baru, Yuefei dihukum pancung kepala.
Setelah puluhan tahun berlalu, dimasa pemerintahan Xiaozong, kasus Yuefei dibongkar kembali, dan akhirnya ketahuan bahwa semua tipu muslihat dan siasat jahat berasal dari perdana menteri Qinkuai dan isterinya, mata-mata musuh. Rakyat sangat marah kepada ke dua pengkhianat negara ini, maka dibuatkan makanan dari tepung, berbentuk dua potong, satunya Qinkuai, satunya lagi adalah istri Qinkuai, dengan minyak panas menggoreng Qinkuai dan istrinya, dimakan dagingnya untuk melampiaskan kemarahan rakyat. Makanan ini pun akhirnya dengan nama Cakue. Selain itu, dibuatkan juga patung Qinkuai dan istrinya berlutut di depan makam Yuefei, orang-orang yang datang berziarah ke makam Yuefei akan melewati ke dua patung tersebut, dan meludahi ke dua patung tersebut.
Kerja keras dan kesetiaan Yuefei dalam memperjuangkan negara tanpa pamrih pantas mendapatkan ajungan jempol dari kita semua. Keluhuran jiwa setia dan cinta negaranya sampai saat ini masih membekas di hati banyak orang yang tahu kisahnya, terbukti walau sudah berusia ribuan tahun, namun sampai saat ini kisahnya pun masih diceritakan orang dari generasi ke generasi.
Disadur oleh Caiming Mandarin Education Centre
www.caiming.info
http://www.bagansiapiapi.net/id/budayadetail.php?id=85