Maka orang tua yang berhati jahat, jarang sekali mempunyai anak yang berhati baik, sebaliknya orang tua yang berhati baik jarang sekali mempunyai anak yang berhati jahat. Sebab jiwa yang baik tidak akan menjelma dalam rumah tangga yang penuh hawa suci, hal itu dikarenakan tidak cocoknya perasaan. Dalam peribahasa jawa pasar dikatakan tikus manak cindil, macam manak gogor (tikus beranak tikus kecil, macan beranak macan kecil) maksudnya adalah bahwa sifat-sifat yang dipunyai oleh anak adalah turunan dari orang tuanya terutama dari sang ibu, hal itu juga dikarenakan anak berada dalam kandungan sang ibu selama sembilan bulan, sehingga sifatnya tentu mengikuti seperti sifat ibunya (ibu Tai Jiang)
Dalam kitab sejarah ditulis, ibu dari Wang Ji yang bernama Tai Jiang sangat berhati-hati dalam mendidik Wang Ji. Pada kerajaan Tjiu, Tai Wang menikah dengan Tai Jiang kemudian Tai Jiang melahirkan 3 putera yaitu Tai Bo, Zhong Yong dan Wang Ji. Diantara tiga bersaudara ini, Wang Ji terlihat lebih pandai dari kedua saudaranya yang lebih tua. Karena hal itulah Tai Wang ingin menyerahkan kedudukannya kepada Wang Ji, anak yang paling kecil tetapi Tai Wang tidak dapat menyampaikan keinginannya karena terhalang bahwa kedua anaknya yang besar tidak mempunyai suatu kesalahan apapun.
Tai Bo dan Zhong Yong mengetahui keinginan ayahnya itu, mereka tidak ingin menghalangi keinginan ayah mereka, maka mereka berdua pergi mengembara ketempat lain. Tai Bo dan Zhong Yong tiba di suatu tempat yang penduduknya masih liar, tidak mengetahui apa yang disebut kesopanan. Tetapi dengan kebijaksanaan Tai Bo dan Zhong Yong, penduduk tersebut perlahan-lahan belajar tentang kesopanan.
Akhirnya setelah Tai Wang wafat, tata kerajaan diserahkan kepada Wang Ji, yang sebenarnya tidak mau menerima kedudukan itu tetapi dikarenakan kedua kakaknya tidak diketahui pergi kemana, maka untuk sementara ia bersedia duduk sebagai wakil. Beberapa waktu kemudian Tai Bo dan Zhong Yong datang ke kerajaan dan ingin menyerahkan negara yang mereka bentuk, Wang Ji meminta dengan sangat supaya kedua saudaranya memegang pemerintahan dari warisan.
Tetapi Tai Bo dan Zhong Yong menolaknya dan kemudian pergi ke tempat lain. Melihat riwayat diatas, sangat mulia tabiat dan hati ketiga bersaudara tersebut, semua karena warisan dari ibu Tai Ren. Menurut apa yang tertulis dalam riwayat, Tai Wang selalu berunding mengenai segala urusan dengan permaisurinya yang mempunyai sifat halus dan berhati-hati, baik mengenai hal dalam istana maupun dalam pemerintahan.
Sedang Tai Ren adalah permaisuri dari Wang Ji, yang mempunyai sifat jujur dan tulus dalam segala tindakan dan perbuatannya, semua didasarkan peri kebajikan. Setelah beliau menandung, matanya tidak pernah melihat wajah yang jelek, telinganya tidak pernah mendengar suara tidak senonoh, mulutnya tidak pernah mengucapkan perkataan yang angkuh, maka setelah melahirkan Wen Wang, tidak heran jika Wen Wang mempunyai kebijaksanaan yang begitu tinggi, sehingga Wen Wang menjadi leluhur utama dari kerajaan Tjiu.
Wen Wang dan puteranya Wu Wang sering dipuji oleh Kongzi sebagai kaisar yang agung dan mulia budi pekertinya yang tidak diragukan lagi adalah karena didikan dari sang ibu, Tai Ren. Beliau menguraikan tentang pelajaran Tai Jiao (pendidikan anak-anak yang masih dalam kandungan) yaitu bila seorang ibu sedang hamil, tidak boleh tidur miring, duduk harus ditengah, tidak boleh berjinjit, tidak makan makanan yang bukan makanan umum, tidak makan makanan yang dipotong tidak benar, tidak duduk ditempat miring tidak melihat wajah yang aneh, tidak mendengarkan suara tidak senonoh, setiap malam membaca syair-syair yang mengandung arti kehalusan dan hanya membicarakan hal-hal yang baik, sehingga anak yang dilahirkan akan mempunyai wajah yang bagus, pandai dan bijaksana.
Maka wanita yang hamil harus bertindak sangat hati-hati dengan perasaannya, sebab anak yang berada dalam kandungan sangat mudah terkena getaran niscaya anak itu kemudian mempunyai bakat suci, sebaliknya bila terkena perasaan jahat maka anak tersebut juga akan mempunyai bakat jahat juga. Sedangkan Tai Shi adalah permaisuri Wen Wang, ibu dari Wu Wang adalah keturunan dari Baginda Xia Yu yang bijaksana. Tai Shi adalah seorang wanita yang berperi cinta kasih dan mengerti tentang Dao (peri kebenaran)
Wen Wang dan Tai Shi mempunyai sepuluh putera yang arif dan bijaksana. Putera yang pertama adalah Bo Yi Kao yang sangat suci, meskipun ia digoda oleh Su Da Ji, selir tercinta dari Baginda Zhou Wang yang mempunyai wajah yang sangat cantik, ia tetap menjunjung tinggi peri kesuciannya dan lebih rela mati dicincang dan dagingnya dibuat bakpau. Putera yang kedua adalah Baginda Wu Wang yang bijaksana dan menjadi pendiri kerajaan Zhou. Putera yang keempat adalah Zhou Gong dan yang dipuji oleh Kongzi tentang kebijaksanaannya dan peribudinya. Semua itu adalah dari pendidikan yang sangat baik dari ibu Zi Fa, ibu permaisuri Tai Shi.
Banyak sekali orang mengatakan kaum wanita hanya dapat bekerja di dapur tetapi bukan tidak mungkin wanita juga ikut berjuang dalam medan pertempuran sebagai serdadu. Memang kaum wanita sangat jarang yang ikut dalam peperangan, mereka menyumbangkan pikiran maupun tenaga dalam medan pertempuran. Kepala perang di negeri Chu, bernama Zi Fa yang sangat termasyur, bila ia mendapatkan nama yang begitu tinggi, harus diakui juga adalah dari jasa sang ibu. Oleh karena Zi Fa sedari kecil memang diasuh dan dibimbing oleh ibunya agar sang anak setelah dewasa mempunyai keagungan yang besar dan mulia. Pada saat Zi Fa mendapat tugas untuk menyerang ke negeri Jin, kebetulan bahan makanan hampir habis, maka ia memerintahkan seseorang bawahannya pulang ke negeri Chu, untuk minta dikirim bahan makanan yang diperlukan untuk pasukannya.
Pesuruh itu juga diperintahkan supaya menengok ibunya untuk minta keterangan tentang keselamatannya. Ketika pesuruh itu bertemu dengan ibu Zi Fa, sang ibu menanyakan apakah semua tentara tidak kekurangan sesuatu? Semua tentara dapat makan buah shu (semacam kedele) jawab pesuruh itu. Bagaimana dengan keadaan kepala perang? Tanya ibu lebih jauh. Kepla perang setiap hari mendapat makanan daging dan makanan yang lain dengan cukup jawab pesuruh itu.
Setelah Zi Fa memenangkan peperangan dan ingin pulang ke rumah, ibunya menutup pintu dan tidak memperkenankan Zi Fa masuk. Sang ibu dari dalam rumah memerintahkan seorang untuk memberi tahu kepada Zi Fa, katanya apakah kau tidak tahu tentang riwayat raja negeri Yue, Gao Jian, ketika raja ini menyerang kenegeri Wu? Pada suatu hari, ada orang membawa seguci arak untuk dihadiahkan kepada pasukan itu tetapi karena arak itu sangat sedikit, sedang jumlah tentara sangat banyak, maka raja memerintahkan supaya arak itu dituang ke salah satu sungai bagian hulu dan semua tentara yang mau boleh minum dibagian hilir, meski cara pembagian itu begitu rupa dan arak itu sudah bukan rasa arak lagi tetapi tentara yang mengetahui itu, merasa bahwa raja berlaku adil dan sama rata, maka tentara mempunyai ketetapan hati untuk bersetia.
Sekarang kau menjabat kepala perang, tentara diberi makan buah shu (makanan kasar) sebaliknya kau pagi dan sore makan enak dengan daging dan lain-lain makanan yang halus. Tentara masuk ke tempat berbahaya, sedang kau tinggal di tempat yang selamat dan senang meskipun kau sekarang mendapatkan kemenangan, itu bukanlah yang seharusnya, kau bukan anakku, kau tidak usah masuk ke dalam rumah ini.Zi Fa tahu akan kesalahannya, maka segera ia berjongkok dan minta ampun pada ibunya dan berjanji kelak ia tidak akan berbuat seperti itu lagi. Dengan begitu barulah Zi Fa diperkenankan menghadap ibunya. Sekian
Dalam kitab sejarah ditulis, ibu dari Wang Ji yang bernama Tai Jiang sangat berhati-hati dalam mendidik Wang Ji. Pada kerajaan Tjiu, Tai Wang menikah dengan Tai Jiang kemudian Tai Jiang melahirkan 3 putera yaitu Tai Bo, Zhong Yong dan Wang Ji. Diantara tiga bersaudara ini, Wang Ji terlihat lebih pandai dari kedua saudaranya yang lebih tua. Karena hal itulah Tai Wang ingin menyerahkan kedudukannya kepada Wang Ji, anak yang paling kecil tetapi Tai Wang tidak dapat menyampaikan keinginannya karena terhalang bahwa kedua anaknya yang besar tidak mempunyai suatu kesalahan apapun.
Tai Bo dan Zhong Yong mengetahui keinginan ayahnya itu, mereka tidak ingin menghalangi keinginan ayah mereka, maka mereka berdua pergi mengembara ketempat lain. Tai Bo dan Zhong Yong tiba di suatu tempat yang penduduknya masih liar, tidak mengetahui apa yang disebut kesopanan. Tetapi dengan kebijaksanaan Tai Bo dan Zhong Yong, penduduk tersebut perlahan-lahan belajar tentang kesopanan.
Akhirnya setelah Tai Wang wafat, tata kerajaan diserahkan kepada Wang Ji, yang sebenarnya tidak mau menerima kedudukan itu tetapi dikarenakan kedua kakaknya tidak diketahui pergi kemana, maka untuk sementara ia bersedia duduk sebagai wakil. Beberapa waktu kemudian Tai Bo dan Zhong Yong datang ke kerajaan dan ingin menyerahkan negara yang mereka bentuk, Wang Ji meminta dengan sangat supaya kedua saudaranya memegang pemerintahan dari warisan.
Tetapi Tai Bo dan Zhong Yong menolaknya dan kemudian pergi ke tempat lain. Melihat riwayat diatas, sangat mulia tabiat dan hati ketiga bersaudara tersebut, semua karena warisan dari ibu Tai Ren. Menurut apa yang tertulis dalam riwayat, Tai Wang selalu berunding mengenai segala urusan dengan permaisurinya yang mempunyai sifat halus dan berhati-hati, baik mengenai hal dalam istana maupun dalam pemerintahan.
Sedang Tai Ren adalah permaisuri dari Wang Ji, yang mempunyai sifat jujur dan tulus dalam segala tindakan dan perbuatannya, semua didasarkan peri kebajikan. Setelah beliau menandung, matanya tidak pernah melihat wajah yang jelek, telinganya tidak pernah mendengar suara tidak senonoh, mulutnya tidak pernah mengucapkan perkataan yang angkuh, maka setelah melahirkan Wen Wang, tidak heran jika Wen Wang mempunyai kebijaksanaan yang begitu tinggi, sehingga Wen Wang menjadi leluhur utama dari kerajaan Tjiu.
Wen Wang dan puteranya Wu Wang sering dipuji oleh Kongzi sebagai kaisar yang agung dan mulia budi pekertinya yang tidak diragukan lagi adalah karena didikan dari sang ibu, Tai Ren. Beliau menguraikan tentang pelajaran Tai Jiao (pendidikan anak-anak yang masih dalam kandungan) yaitu bila seorang ibu sedang hamil, tidak boleh tidur miring, duduk harus ditengah, tidak boleh berjinjit, tidak makan makanan yang bukan makanan umum, tidak makan makanan yang dipotong tidak benar, tidak duduk ditempat miring tidak melihat wajah yang aneh, tidak mendengarkan suara tidak senonoh, setiap malam membaca syair-syair yang mengandung arti kehalusan dan hanya membicarakan hal-hal yang baik, sehingga anak yang dilahirkan akan mempunyai wajah yang bagus, pandai dan bijaksana.
Maka wanita yang hamil harus bertindak sangat hati-hati dengan perasaannya, sebab anak yang berada dalam kandungan sangat mudah terkena getaran niscaya anak itu kemudian mempunyai bakat suci, sebaliknya bila terkena perasaan jahat maka anak tersebut juga akan mempunyai bakat jahat juga. Sedangkan Tai Shi adalah permaisuri Wen Wang, ibu dari Wu Wang adalah keturunan dari Baginda Xia Yu yang bijaksana. Tai Shi adalah seorang wanita yang berperi cinta kasih dan mengerti tentang Dao (peri kebenaran)
Wen Wang dan Tai Shi mempunyai sepuluh putera yang arif dan bijaksana. Putera yang pertama adalah Bo Yi Kao yang sangat suci, meskipun ia digoda oleh Su Da Ji, selir tercinta dari Baginda Zhou Wang yang mempunyai wajah yang sangat cantik, ia tetap menjunjung tinggi peri kesuciannya dan lebih rela mati dicincang dan dagingnya dibuat bakpau. Putera yang kedua adalah Baginda Wu Wang yang bijaksana dan menjadi pendiri kerajaan Zhou. Putera yang keempat adalah Zhou Gong dan yang dipuji oleh Kongzi tentang kebijaksanaannya dan peribudinya. Semua itu adalah dari pendidikan yang sangat baik dari ibu Zi Fa, ibu permaisuri Tai Shi.
Banyak sekali orang mengatakan kaum wanita hanya dapat bekerja di dapur tetapi bukan tidak mungkin wanita juga ikut berjuang dalam medan pertempuran sebagai serdadu. Memang kaum wanita sangat jarang yang ikut dalam peperangan, mereka menyumbangkan pikiran maupun tenaga dalam medan pertempuran. Kepala perang di negeri Chu, bernama Zi Fa yang sangat termasyur, bila ia mendapatkan nama yang begitu tinggi, harus diakui juga adalah dari jasa sang ibu. Oleh karena Zi Fa sedari kecil memang diasuh dan dibimbing oleh ibunya agar sang anak setelah dewasa mempunyai keagungan yang besar dan mulia. Pada saat Zi Fa mendapat tugas untuk menyerang ke negeri Jin, kebetulan bahan makanan hampir habis, maka ia memerintahkan seseorang bawahannya pulang ke negeri Chu, untuk minta dikirim bahan makanan yang diperlukan untuk pasukannya.
Pesuruh itu juga diperintahkan supaya menengok ibunya untuk minta keterangan tentang keselamatannya. Ketika pesuruh itu bertemu dengan ibu Zi Fa, sang ibu menanyakan apakah semua tentara tidak kekurangan sesuatu? Semua tentara dapat makan buah shu (semacam kedele) jawab pesuruh itu. Bagaimana dengan keadaan kepala perang? Tanya ibu lebih jauh. Kepla perang setiap hari mendapat makanan daging dan makanan yang lain dengan cukup jawab pesuruh itu.
Setelah Zi Fa memenangkan peperangan dan ingin pulang ke rumah, ibunya menutup pintu dan tidak memperkenankan Zi Fa masuk. Sang ibu dari dalam rumah memerintahkan seorang untuk memberi tahu kepada Zi Fa, katanya apakah kau tidak tahu tentang riwayat raja negeri Yue, Gao Jian, ketika raja ini menyerang kenegeri Wu? Pada suatu hari, ada orang membawa seguci arak untuk dihadiahkan kepada pasukan itu tetapi karena arak itu sangat sedikit, sedang jumlah tentara sangat banyak, maka raja memerintahkan supaya arak itu dituang ke salah satu sungai bagian hulu dan semua tentara yang mau boleh minum dibagian hilir, meski cara pembagian itu begitu rupa dan arak itu sudah bukan rasa arak lagi tetapi tentara yang mengetahui itu, merasa bahwa raja berlaku adil dan sama rata, maka tentara mempunyai ketetapan hati untuk bersetia.
Sekarang kau menjabat kepala perang, tentara diberi makan buah shu (makanan kasar) sebaliknya kau pagi dan sore makan enak dengan daging dan lain-lain makanan yang halus. Tentara masuk ke tempat berbahaya, sedang kau tinggal di tempat yang selamat dan senang meskipun kau sekarang mendapatkan kemenangan, itu bukanlah yang seharusnya, kau bukan anakku, kau tidak usah masuk ke dalam rumah ini.Zi Fa tahu akan kesalahannya, maka segera ia berjongkok dan minta ampun pada ibunya dan berjanji kelak ia tidak akan berbuat seperti itu lagi. Dengan begitu barulah Zi Fa diperkenankan menghadap ibunya. Sekian