"Mungkin ini bisa kita ajukan ke UNESCO, karena ini merupakan situs yang cukup penting di tingkat internasional. Kita upayakan untuk mengembangkan situs candi Muarojambi," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, di Jambi, Kamis.
Situs Percandian Muaro Jambi merupakan satu kawasan komplek pusat pendidikan Agama Buddha.
Menurut dia, semua pihak harus memelihara kelestarian Candi Muarojambi yang merupakan salah satu warisan budaya masa lampau yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata.
Percandian Muaro Jambi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pemerintah pusat sangat mendukung upaya pengembangan situs ini, ujar Menteri.
Sementara, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan pihaknya sangat mendukung pengembangan komplek percandian ini.
Ia akan terus mendorong dan mengupayakan hingga ke tingkat pusat, sebab situs ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Provinsi Jambi.
"Oleh sebab itu harus kita lestarikan," ujarnya.
Situs Percandian Muaro Jambi terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Dari Kota Jambi, situs ini lebih kurang berjarak 40 kilometer dan dapat ditempuh melalui jalan darat atau sungai dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
Lokasi situs terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang tepian aliran Sungai Batanghari. Pada beberapa titik tepian Batanghari terdapat kanal-kanal kuno atau sungai buatan yang menghubungkan Sungai Batanghari dengan kawasan situs.
Melalui kanal kuno yang melingkari kawasan situs inilah pada masa lalu deretan kompleks bangunan candi dapat dicapai lokasinya. Situs Percandian Muaro Jambi seluas 2062 hektare, telah ditemukan sedikitnya 82 reruntuhan bangunan kuno yang terbuat dari struktur bata.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Peovinsi Jambi, Didy Wurjanto, di antara bangunan kuno di Candi Muarojambi sebanyak 7 buah bangunan candi telah dilakukan penanganan pelestarian secara intensif, selebihnya masih berupa reruntuhan bangunan kuno yang tertutup vegetasi hutan primer dan sekunder, serta lahan kebun rakyat dengan budidaya tanaman endemik Sumatra (oleh penduduk disebut Menapo).
Ketujuh kompleks bangunan candi itu adalah Candi Gumpung, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan Gedong II, serta Candi Kedaton. Di samping itu beberapa bagian kanal kuno dan kolam-kolam kuno telah dilakukan normalisasi yang semula tertutup vegetasi tanaman air saat ini telah dibersihkan, seperti Kanal Kuno Sungai Jambi dan Kolam Telago Rajo.
http://jambi.tribunnews.com/2011/01/07/bappenas-bantu-candi-muarojambi
Situs Percandian Muaro Jambi merupakan satu kawasan komplek pusat pendidikan Agama Buddha.
Menurut dia, semua pihak harus memelihara kelestarian Candi Muarojambi yang merupakan salah satu warisan budaya masa lampau yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi pariwisata.
Percandian Muaro Jambi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pemerintah pusat sangat mendukung upaya pengembangan situs ini, ujar Menteri.
Sementara, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan pihaknya sangat mendukung pengembangan komplek percandian ini.
Ia akan terus mendorong dan mengupayakan hingga ke tingkat pusat, sebab situs ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Provinsi Jambi.
"Oleh sebab itu harus kita lestarikan," ujarnya.
Situs Percandian Muaro Jambi terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Dari Kota Jambi, situs ini lebih kurang berjarak 40 kilometer dan dapat ditempuh melalui jalan darat atau sungai dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
Lokasi situs terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang tepian aliran Sungai Batanghari. Pada beberapa titik tepian Batanghari terdapat kanal-kanal kuno atau sungai buatan yang menghubungkan Sungai Batanghari dengan kawasan situs.
Melalui kanal kuno yang melingkari kawasan situs inilah pada masa lalu deretan kompleks bangunan candi dapat dicapai lokasinya. Situs Percandian Muaro Jambi seluas 2062 hektare, telah ditemukan sedikitnya 82 reruntuhan bangunan kuno yang terbuat dari struktur bata.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Peovinsi Jambi, Didy Wurjanto, di antara bangunan kuno di Candi Muarojambi sebanyak 7 buah bangunan candi telah dilakukan penanganan pelestarian secara intensif, selebihnya masih berupa reruntuhan bangunan kuno yang tertutup vegetasi hutan primer dan sekunder, serta lahan kebun rakyat dengan budidaya tanaman endemik Sumatra (oleh penduduk disebut Menapo).
Ketujuh kompleks bangunan candi itu adalah Candi Gumpung, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan Gedong II, serta Candi Kedaton. Di samping itu beberapa bagian kanal kuno dan kolam-kolam kuno telah dilakukan normalisasi yang semula tertutup vegetasi tanaman air saat ini telah dibersihkan, seperti Kanal Kuno Sungai Jambi dan Kolam Telago Rajo.
http://jambi.tribunnews.com/2011/01/07/bappenas-bantu-candi-muarojambi