Selasa, 01 Februari 2011

Imlek, Peristiwa Terbesar di Dunia

KOMPAS.com - Sejak beberapa pekan terakhir, hiasan-hiasan yang berkaitan dengan Tahun Kelinci Emas mulai bermunculan di mal-mal dan pusat-pusat perbelanjaan di berbagai negara. Tahun Kelinci Emas diperkirakan akan menjadi tahun yang tenang, sesuai dengan karakter kelinci, sehingga diharapkan akan membawa kebaikan bagi semua orang.
Tahun baru China atau Imlek merupakan momen pertemuan seluruh anggota keluarga sekali dalam setahun. Itu sebabnya, di China sebagian besar warga merayakan Imlek di kampung halaman.

Dan, sejak pekan lalu, di China lonjakan orang yang pulang kampung mulai terlihat di stasiun-stasiun kereta api (KA). Suasananya mirip suasana mudik menjelang Lebaran di Indonesia. Orang berbondong-bondong mendatangi stasiun KA. Namun, di negara yang berpenduduk 1,35 miliar orang itu suasananya sangat heboh.

Bayangkan pada Imlek kali ini warga yang pulang kampung itu jumlahnya sangat fantastis, yakni 230-an juta orang, hampir sama dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia. Meningkat sekitar 12,5 persen dari jumlah pemudik tahun sebelumnya. Tidak heran jika kegiatan mudik setiap tahun di China itu disebutkan sebagai migrasi tahunan yang terbesar di dunia.

Oleh karena itu, Pemerintah China menambah 293 kereta setiap hari untuk membantu mengakomodasi tambahan penumpang sekitar 26 juta orang. Perjalanan kereta barang diberhentikan untuk sementara guna memberikan kesempatan kepada kereta yang membawa pemudik memperbanyak frekuensi perjalanannya.

Dan, daratan China itu sangat besar sehingga perjalanan pulang kampung itu bisa sangat jauh dan lama. Yang Yongfen, seorang pemudik, melakukan perjalanan dengan kereta api sejauh 1.946 kilometer dengan waktu tempuh sedikitnya 30 jam.

Dalam lima tahun terakhir, ada pertambahan rel KA sepanjang 15.000 kilometer di seluruh China. Selain itu, ada 480 kereta berkecepatan tinggi yang beroperasi bersama-sama dengan 8.540 rangkaian kereta biasa.

Indonesia
Di Indonesia, di berbagai wilayah suasana Imlek sudah mulai terasa, terutama di mal-mal dan pusat-pusat perbelanjaan. Hiasan-hiasan berwarna merah dan yang berbentuk kelinci emas dipajang di mana-mana.

Di berbagai klenteng pun persiapan menyambut Imlek sudah terasa. Hiasan-hiasan berwarna merah, kue keranjang, angpau, lentera, petasan, tebu, dan barongsai menjadi ciri khas dalam perayaan Imlek.

Sejak tahun 2000, Imlek dapat dirayakan dan dilakukan secara meriah dan terbuka di Indonesia. Sebab itu, selain persiapan fisik di mana-mana, di media massa juga sudah mulai diramaikan dengan iklan-iklan yang berhubungan dengan tahun baru China dan ucapan-ucapan Gong Xi Fa Cai, sebuah ungkapan Selamat Tahun Baru Imlek yang diucapkan kepada orang-orang keturunan China yang merayakannya. Gambar kelinci pun mulai muncul di mana-mana.

Semua itu tidak dapat dilepaskan dari peran Presiden Abdurrahman Wahid yang kini sudah tidak ada lagi di antara kita. Sebelumnya, selama hampir 33 tahun, Imlek hanya dirayakan di lingkungan keluarga.

Dugaan adanya keterlibatan China dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965, sekitar 45 tahun yang lalu, membuat Penjabat Presiden Soeharto (saat itu) mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China yang melarang etnis China beragama Konghucu merayakan Imlek di lingkungan masyarakat, tetapi cukup di lingkungan keluarga. Dan, sejak saat itu, di Indonesia, Imlek dirayakan secara terbatas di lingkungan keluarga.

Abdurrahman Wahid yang menjabat sebagai Presiden dari tahun 1999-2001, melalui Keputusan Presiden (Keppres) No 6/2000, mencabut Inpres No 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China, dan umat Konghucu diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan keagamaannya, termasuk merayakan Imlek.

Dan, sejak saat itu, Imlek kembali dirayakan secara terbuka dan meluas. Presiden Abdurrahman Wahid tidak berhenti di sana, ia menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keppres No 19/ 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif, hanya bagi mereka yang merayakannya. Tahun berikutnya, Presiden Megawati Soekarnoputri menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. (JL)