Sejak di era 90an, berdirilah beberapa rumah duka khusus buat persemayaman orang meninggal, sebagai tempat semayam orang mati, tentu saja tempat atau rumah rumah tidak seratus persen bersih. karena setiap orang yang meninggal, ada yang meninggalnya secara wajar dan ada juga yang meninggal secara tidak wajar, umpamanya seperti meninggal akibat kecelakaan, bunuh diri/ dibunuh serta lain sebagainya. Bagi yang meninggal secara tidak wajar tentunya arwah (roh) yang bersangkutan tidak akan tentram, apa lagi sampai pihak keluarga tidak ada yang mengurusi serta memberikan doa, tentu arwah (roh) tersebut akan gentayangan.
Maka setiap tahun Perkumpulan Teo Chew Jambi, merupakan salah satu rumah duka khusus buat tempat persemayaman jenazah bagi warga Teo Chew di Jambi, Minggu siang (2889) Perkumpulan teo Chew adakan doa bersama untuk para arwah (roh) keluarga atau kerabat mereka yang telah wafat, doa bersama itu untuk yang keenam kalinya dilakukan di rumah duka Perkumpulan Teo Chew di Jalan Makalam, Kota Jambi.
Doa bersama ini lebih dikenal dengan sebutan sembahyang hantu Setiap tanggal 15 bulan ketujuh (Tjit Gwee Pua menurut penanggalan China), namun umumnya rumah duka Perkumpulan Teo Chew Jambi lakukan minggu terakhir setelah Tjit Gwee Pua.
Menurut kepercayaan dari Tiongkok kuno maka dipercaya bahwa bulan ketujuh ini pintu neraka telah terbuka, maka bulan ini Tjit Gwee Pua juga kadang disebut sebagai bulan Hantu Berkeliaran menurut kepercayaan traditional tionghua, untuk merayakan hari kebebasannya, maka pada bulan ini bagi yang masih percaya akan sangat jarang sekali mengadakan Pesta Pernikahan dan lain sebagainya karena menurut kepercayaan warga tionghoa bisa bawa sial karena pesta tersebut akan dihadiri juga oleh hantu-hantu yang gentayangan.
Sebagian besar warga tionghoa selalu merayakan festival arwah yang dikenal juga dengan sebutan Zhong Yuan Jie, Tjit Gwee Pua menandai terbukanya pintu gerbang yang membatasi dunia manusia dengan dunia arwah. Penganut Taoisme dan Confusius percaya selama sebulan ke delapan, roh/ arwah para leluhur mereka mendapatkan akses bebas memasuki dunia manusia kita.
Prosesi upacara doa bersama dipimpin oleh Wakil Ketua II Perkumpulan Teo Cheo Jambi, The Hardianto, didampingi ketua panitia Hanselin Lawin dan pengurus lainnya.
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus upaya menenangkan hati mereka (arwah/ roh) dan agar mereka (arwah/ roh) dapat memberikan perlindungan bagi keluarga yang ditinggali terhindar dari marabahaya, maka para arwah yang mendapatkan kesempatan berlibur selama sebulan penuh diberikan berbagai sesajen, seperti, berupa makanan dan uang kertas yang dibakar. Diatas altar leluhur ada juga yang memajangi bunga-bunga tidak ketinggalan lilin merah, dupa, aneka kue-kue, aneka buah-buahan, hasil bumi dan berbagai sesajian lainnya, ada juga warga yang melakukan sembahyang di sudut persimpangan jalanan selama sebulan.
Semua makanan-makanan yang enak, mulai dari ayam panggang, bebek panggang, babi panggang, cap chai, ikan dan lain sebagainya, hidangan tersebut diletakan di atas meja yang dimaksudkan untuk menjamu leluhur-leluhur kita.
Ada juga warga yang melakukan sembahyang dirumah masing-masing maupun dirumah abu yang ada di vihara-vihara.
Yang unik pada upacara itu, adalah Chie Ko (Rebutan Rejeki) dimana warga yang hadir pada rebutan bingkisan yang berisi, air mineral, teh kotak, makanan ringan dan angpao serta dipasangi bendera warna warni, “Mereka mempercayai jika bisa dapat bingkisan itu, akan murah rejeki.”
Perayaan festival hantu berupa budaya dan ritual yang telah dilakukan berabad-abad lamanya. Perayaan festival hantu ini adalah mengingatkan kita kepada almarhum keluarga atau leluhur-leluhur yang telah meninggal, juga semacam renungan bagi kita bahwa tidak ada yang lebih pasti dalam hidup ini selain kematian. Dan apabila itu terjadi, tidak ada sesuatupun yang dapat kita bawa, termasuk harta benda. Hanya kenangan dan amal budi yang dapat kita tinggalkan kepada orang-orang terkasih kita.
Bulan hantu tahun 2011 ini dimulai pada tanggal 14 Agustus 2011 dan berakhir satu bulan sesudahnya yang ditandai dengan perayaan dan sembah kepada Dewi Bulan. (rom)
Maka setiap tahun Perkumpulan Teo Chew Jambi, merupakan salah satu rumah duka khusus buat tempat persemayaman jenazah bagi warga Teo Chew di Jambi, Minggu siang (2889) Perkumpulan teo Chew adakan doa bersama untuk para arwah (roh) keluarga atau kerabat mereka yang telah wafat, doa bersama itu untuk yang keenam kalinya dilakukan di rumah duka Perkumpulan Teo Chew di Jalan Makalam, Kota Jambi.
Doa bersama ini lebih dikenal dengan sebutan sembahyang hantu Setiap tanggal 15 bulan ketujuh (Tjit Gwee Pua menurut penanggalan China), namun umumnya rumah duka Perkumpulan Teo Chew Jambi lakukan minggu terakhir setelah Tjit Gwee Pua.
Menurut kepercayaan dari Tiongkok kuno maka dipercaya bahwa bulan ketujuh ini pintu neraka telah terbuka, maka bulan ini Tjit Gwee Pua juga kadang disebut sebagai bulan Hantu Berkeliaran menurut kepercayaan traditional tionghua, untuk merayakan hari kebebasannya, maka pada bulan ini bagi yang masih percaya akan sangat jarang sekali mengadakan Pesta Pernikahan dan lain sebagainya karena menurut kepercayaan warga tionghoa bisa bawa sial karena pesta tersebut akan dihadiri juga oleh hantu-hantu yang gentayangan.
Sebagian besar warga tionghoa selalu merayakan festival arwah yang dikenal juga dengan sebutan Zhong Yuan Jie, Tjit Gwee Pua menandai terbukanya pintu gerbang yang membatasi dunia manusia dengan dunia arwah. Penganut Taoisme dan Confusius percaya selama sebulan ke delapan, roh/ arwah para leluhur mereka mendapatkan akses bebas memasuki dunia manusia kita.
Prosesi upacara doa bersama dipimpin oleh Wakil Ketua II Perkumpulan Teo Cheo Jambi, The Hardianto, didampingi ketua panitia Hanselin Lawin dan pengurus lainnya.
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus upaya menenangkan hati mereka (arwah/ roh) dan agar mereka (arwah/ roh) dapat memberikan perlindungan bagi keluarga yang ditinggali terhindar dari marabahaya, maka para arwah yang mendapatkan kesempatan berlibur selama sebulan penuh diberikan berbagai sesajen, seperti, berupa makanan dan uang kertas yang dibakar. Diatas altar leluhur ada juga yang memajangi bunga-bunga tidak ketinggalan lilin merah, dupa, aneka kue-kue, aneka buah-buahan, hasil bumi dan berbagai sesajian lainnya, ada juga warga yang melakukan sembahyang di sudut persimpangan jalanan selama sebulan.
Semua makanan-makanan yang enak, mulai dari ayam panggang, bebek panggang, babi panggang, cap chai, ikan dan lain sebagainya, hidangan tersebut diletakan di atas meja yang dimaksudkan untuk menjamu leluhur-leluhur kita.
Ada juga warga yang melakukan sembahyang dirumah masing-masing maupun dirumah abu yang ada di vihara-vihara.
Yang unik pada upacara itu, adalah Chie Ko (Rebutan Rejeki) dimana warga yang hadir pada rebutan bingkisan yang berisi, air mineral, teh kotak, makanan ringan dan angpao serta dipasangi bendera warna warni, “Mereka mempercayai jika bisa dapat bingkisan itu, akan murah rejeki.”
Perayaan festival hantu berupa budaya dan ritual yang telah dilakukan berabad-abad lamanya. Perayaan festival hantu ini adalah mengingatkan kita kepada almarhum keluarga atau leluhur-leluhur yang telah meninggal, juga semacam renungan bagi kita bahwa tidak ada yang lebih pasti dalam hidup ini selain kematian. Dan apabila itu terjadi, tidak ada sesuatupun yang dapat kita bawa, termasuk harta benda. Hanya kenangan dan amal budi yang dapat kita tinggalkan kepada orang-orang terkasih kita.
Bulan hantu tahun 2011 ini dimulai pada tanggal 14 Agustus 2011 dan berakhir satu bulan sesudahnya yang ditandai dengan perayaan dan sembah kepada Dewi Bulan. (rom)