Mereka datang untuk menyambut iringan-iringan para Bhikkhu yang dipimpin langsung oleh YM. Bhikkhu Atimedho Thera, sejak pukul 07.00 pagi mereka berdiri disisi kiri halaman Yayasan Jaya Manggala menanti dimulainya Pindapatta, Pindapata mulai pukul 08.00.
Pindapatta kali ini terkesan kurang tertib dan para panitia kurang sigap dalam menghatur jalannya Pindapatta, karena Pindapatta dilakukan dua sisi, sehingga membuat para Bhikksu kewalahan mau terima yang berada di sisi kanan apa yang berada di sisi kiri, ahirnya umat saling berusaha untuk berdana.
Pindapata yang terbagi tiga (3) kelompok (rute) dengan berjalan kaki dari satu rumah ke rumah yang lain dan diikuti ratusan umat, kelompok satu (1) meliputi rute Jalan HMO. Bafadha, Pasar Honh Kong, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gatot Subroto, Jalan Veteran, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Mr. M. Roem, Jalan Dr. Sam Ratulangi dan finis di Kebun Bungo, kelompok dua (2) dengan rute Stadiun Tri Lomba Juang Koni menelusuri jalan Panglima Polim, Jalan Brigjen Katamso, Lorong Kuningan, terus ke Jalan Orang Kayo Hitam dan finis di Lorong Budiman sedangkan kelompok ketiga (3) meliputi rute star Vihara Jaya manggala ke Jalan CokroAminoto, Jalan M. Yamin finis di Paman PKK Simpang Pulai, masing-masing kelompok diperkirakan menempuh perjalanan lebih kurang tiga kilometer (km).
Ujar Sekretaris Yayasan Jaya Manggala, dr. Erdiyanto, “Pindapatta adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh para Buddha terdahulu dan diikuti oleh para siswanya hingga kini,” Bhikkhu Sangha adalah ladang subur bagi kita untuk menanam benih kebajikan, maka kita memanfaatkan kesempatan emas tersebut dengan berdana kepada Bhikkhu Sangha.
“Pindapatta” berasal dari bahasa Pali, yang artinya menerima persembahan makanan, sedangkan yang disebut Patta/Patra adalah mangkok makanan yang digunakan oleh para Bhikkhu.
Tambah dr. Erdiyanto, bagaimana cara dan apa saja yang dapat kita berikan dalam upacara Pindapatta.? Diantaranta.
1. Persiapkanlah dana anda dengan sebaik-baiknya dan perasaan tulus dan ikhlas.
2. Dana yang diberikan berupa makanan, seperti : nasi, lauk-pauk, kue-kue (vegetaris/ ciak cai), buah-buahan, atau jenis makanan lainnya. Untuk kepraktisan bisa juga diberikan dalam bentuk dana uang (angpao), tetapi pada waktu memberikan anda harus membayangkan bahwa yang diberikan adalah makanan (dengan uang itu bisa dibeli makanan). Bahkan kalau ada umat yang tidak mampu berdana, memberikan sekantong air minum pun sudah dianggap dana yang baik.
3. Berdirilah dalam barisan yang rapi sesuai dengan petunjuk petugas/ panitia, jangan berebut tempat, berdesak-desakan, dan menimbulkan suara gaduh (ribut), selama pindapatta berlangsung suasana harus tenang dan hikmat.
4. Bila Bhikkhu/Bhikkhuni yang menerima dana berjalan tanpa alas kaki, maka umat yang berdana pun harus melepaskan alas kakinya.
5. Dana diberikan dengan sopan dan penuh hormat, dengan jalan memasukkan dana tersebut langsung kedalam patta/ patra yang dipegang oleh sang Bhikkhu/ Bhikkhuni.
6. Setelah dana diberikan, umat bersikap anjali (kedua telapak tangan dirangkapkan di depan dada) dengan penuh hormat dan perasaan bahagia.
7. Tetaplah berdiri pada tempat anda sampai pindapatta selesai. (romy)
Pindapatta kali ini terkesan kurang tertib dan para panitia kurang sigap dalam menghatur jalannya Pindapatta, karena Pindapatta dilakukan dua sisi, sehingga membuat para Bhikksu kewalahan mau terima yang berada di sisi kanan apa yang berada di sisi kiri, ahirnya umat saling berusaha untuk berdana.
Pindapata yang terbagi tiga (3) kelompok (rute) dengan berjalan kaki dari satu rumah ke rumah yang lain dan diikuti ratusan umat, kelompok satu (1) meliputi rute Jalan HMO. Bafadha, Pasar Honh Kong, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gatot Subroto, Jalan Veteran, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Mr. M. Roem, Jalan Dr. Sam Ratulangi dan finis di Kebun Bungo, kelompok dua (2) dengan rute Stadiun Tri Lomba Juang Koni menelusuri jalan Panglima Polim, Jalan Brigjen Katamso, Lorong Kuningan, terus ke Jalan Orang Kayo Hitam dan finis di Lorong Budiman sedangkan kelompok ketiga (3) meliputi rute star Vihara Jaya manggala ke Jalan CokroAminoto, Jalan M. Yamin finis di Paman PKK Simpang Pulai, masing-masing kelompok diperkirakan menempuh perjalanan lebih kurang tiga kilometer (km).
Ujar Sekretaris Yayasan Jaya Manggala, dr. Erdiyanto, “Pindapatta adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh para Buddha terdahulu dan diikuti oleh para siswanya hingga kini,” Bhikkhu Sangha adalah ladang subur bagi kita untuk menanam benih kebajikan, maka kita memanfaatkan kesempatan emas tersebut dengan berdana kepada Bhikkhu Sangha.
“Pindapatta” berasal dari bahasa Pali, yang artinya menerima persembahan makanan, sedangkan yang disebut Patta/Patra adalah mangkok makanan yang digunakan oleh para Bhikkhu.
Tambah dr. Erdiyanto, bagaimana cara dan apa saja yang dapat kita berikan dalam upacara Pindapatta.? Diantaranta.
1. Persiapkanlah dana anda dengan sebaik-baiknya dan perasaan tulus dan ikhlas.
2. Dana yang diberikan berupa makanan, seperti : nasi, lauk-pauk, kue-kue (vegetaris/ ciak cai), buah-buahan, atau jenis makanan lainnya. Untuk kepraktisan bisa juga diberikan dalam bentuk dana uang (angpao), tetapi pada waktu memberikan anda harus membayangkan bahwa yang diberikan adalah makanan (dengan uang itu bisa dibeli makanan). Bahkan kalau ada umat yang tidak mampu berdana, memberikan sekantong air minum pun sudah dianggap dana yang baik.
3. Berdirilah dalam barisan yang rapi sesuai dengan petunjuk petugas/ panitia, jangan berebut tempat, berdesak-desakan, dan menimbulkan suara gaduh (ribut), selama pindapatta berlangsung suasana harus tenang dan hikmat.
4. Bila Bhikkhu/Bhikkhuni yang menerima dana berjalan tanpa alas kaki, maka umat yang berdana pun harus melepaskan alas kakinya.
5. Dana diberikan dengan sopan dan penuh hormat, dengan jalan memasukkan dana tersebut langsung kedalam patta/ patra yang dipegang oleh sang Bhikkhu/ Bhikkhuni.
6. Setelah dana diberikan, umat bersikap anjali (kedua telapak tangan dirangkapkan di depan dada) dengan penuh hormat dan perasaan bahagia.
7. Tetaplah berdiri pada tempat anda sampai pindapatta selesai. (romy)