Supriyanto Kang, generasi kelima dari keturunan Tjoa The Hok yang dihubungi Tribun, Senin kemarin mengakui bahwa keluarga besar Tjoa The Hok atau yang lazim disebut dengan The Hok yang sekarang nama salah satu kelurahan di Kota Jambi, mau membangun sebuah tugu.http://www.blogger.com/img/blank.gif
"Ada memang rencana mau bertemu Pak Walikota Jambi Bambang Priyanto, untuk membicarakan rencana pembangunan tugu The Hok. Tapi kita sampai sekarang kita kesulitan mendapatkan lokasi yang berada di pusat kota," tutur Supriyanto.
Menurut dia, lokasi yang pas itu adalah masih beradhttp://www.blogger.com/img/blank.gifa di wilayah Kelurahan The Hok di mana dahulu The Hok pernah bertempat tinggal, yakni di Jalan Jend Sudirman depan Kantor DPD Golkar Kota Jambi.
"Kalau dari keluarga sudah ada kata sepakat untuk membangun tugu atau semacam monumenlah, tidak perlu besarlah yang ada. Ya mudah-mudahan sajalah, Pemerintah Kota Jambi memberi dukungan, dan sekaligus menunjuk lokasi yang tepat," ujarnya.
Keterangan yang dikumpulkan Tribun, nama The Hok memang sudah tidak asing lagi bagi warga kota Jambi. Nama ini sudah melekat, dan menjadi salah satu kelurahan di Kota Jambi yakni Kelurahan The Hok.
Tjoa The Hok adalah orang Tionghoa yang pertama kali menginjakkan kakinya di Jambi. Dia datang dari negara Tirai Bambu (RRC) pada 1890. Menurut riwayatnya, pertama kali datang ke Jambi The Hok bermukim di depan kantor Golkar Kota Jambi. Waktu itu di sana ada sebuah gudang asap (pengasapan karet, Red).
Ia dikenal sebagai pedagang karet, dan punya perkebunan karet. Masih dalam lingkungan rumahnya yang sekarang disebut daerah The Hok, dia membangun sebuah gudang pengasapan karet. Dia pedagang yang gigih, getah hasil sadapan warga Jambi di antaranya dijual kepada The Hok. Siapa saja warga Tionghoa yang datang ke Jambi, pasti menumpang nginap di rumahnya yang konon luas.
Tjoa The Hok, dikaruniai delapan orang anak. Tiga di antaranya laki-laki dan lima perempuan. Dari data yang didapat, The Hok punya dua istri. Keturunan The Hok bermukim di Singapura dan Cina. Sedangkan dari istri keduanya, lebih banyak tinggal di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Tjoa The Hok wafat pada usia 90 tahun yang dimakamkan di Singapura sekitar tahun 1960 ( bulan 3, tanggal 2 imlek).
http://jambi.tribunnews.com/2012/01/02/keluarga-the-hok-mau-temui-walikota-jambi
"Ada memang rencana mau bertemu Pak Walikota Jambi Bambang Priyanto, untuk membicarakan rencana pembangunan tugu The Hok. Tapi kita sampai sekarang kita kesulitan mendapatkan lokasi yang berada di pusat kota," tutur Supriyanto.
Menurut dia, lokasi yang pas itu adalah masih beradhttp://www.blogger.com/img/blank.gifa di wilayah Kelurahan The Hok di mana dahulu The Hok pernah bertempat tinggal, yakni di Jalan Jend Sudirman depan Kantor DPD Golkar Kota Jambi.
"Kalau dari keluarga sudah ada kata sepakat untuk membangun tugu atau semacam monumenlah, tidak perlu besarlah yang ada. Ya mudah-mudahan sajalah, Pemerintah Kota Jambi memberi dukungan, dan sekaligus menunjuk lokasi yang tepat," ujarnya.
Keterangan yang dikumpulkan Tribun, nama The Hok memang sudah tidak asing lagi bagi warga kota Jambi. Nama ini sudah melekat, dan menjadi salah satu kelurahan di Kota Jambi yakni Kelurahan The Hok.
Tjoa The Hok adalah orang Tionghoa yang pertama kali menginjakkan kakinya di Jambi. Dia datang dari negara Tirai Bambu (RRC) pada 1890. Menurut riwayatnya, pertama kali datang ke Jambi The Hok bermukim di depan kantor Golkar Kota Jambi. Waktu itu di sana ada sebuah gudang asap (pengasapan karet, Red).
Ia dikenal sebagai pedagang karet, dan punya perkebunan karet. Masih dalam lingkungan rumahnya yang sekarang disebut daerah The Hok, dia membangun sebuah gudang pengasapan karet. Dia pedagang yang gigih, getah hasil sadapan warga Jambi di antaranya dijual kepada The Hok. Siapa saja warga Tionghoa yang datang ke Jambi, pasti menumpang nginap di rumahnya yang konon luas.
Tjoa The Hok, dikaruniai delapan orang anak. Tiga di antaranya laki-laki dan lima perempuan. Dari data yang didapat, The Hok punya dua istri. Keturunan The Hok bermukim di Singapura dan Cina. Sedangkan dari istri keduanya, lebih banyak tinggal di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Tjoa The Hok wafat pada usia 90 tahun yang dimakamkan di Singapura sekitar tahun 1960 ( bulan 3, tanggal 2 imlek).
http://jambi.tribunnews.com/2012/01/02/keluarga-the-hok-mau-temui-walikota-jambi