Siti Aisyah Pulungan (9 tahun) salah satu anak yang paling berbakti kepada orangtua, ia rela berhenti sekolah demi merawat sang ayah yang menderita komplikasi paru. Ayah-nya dulu seorang sopir mobil boxs dan mengontrak rumah.
Semenjak Ayah Aisyah menderita sakit paru kehidupan mereka berubah 100 derajat, diperparah ibu mereka kabur entah kemana rimbanya. Uang habis untuk berobat dan akhirnya tak mampu bayar rumah kontrakan, Aisyah dan Ayah-nya memilih tinggal disebuah becak. Rumah mereka pilihan terakhir beratap langit.
Dilansir dari okezone.com, Aisyah mengaku, meski hidupnya cukup berat, namun ia belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Padahal aparat kelurahan sudah sejak lama mengetahui keberadaan mereka.
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 boleh saja mengamanatkan jika fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
“Kalau ada pejabat yang mau datang, kita sering diusir. Katanya mengganggu pemandangan. Kalau diusir ya kita pindah. Nanti pejabatnya udah pergi kita balik lagi,”ujar Aisyah, Rabu (19/3/2014) malam.
Berita Potret Aisyah Hidup merawat sang Ayah yang sekarat diatas becak akhirnya sampai juga ditelinga pemeritah kota Medan dan merasa lalai.
Pemerintah Kota Medan akan mengembalikan Aisyah ke sekolah, sekaligus juga merawat Muhammad Nawawi Pulungan (56), yang kini telah kurus layu dan nyaris tak mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya.
“Dia harus sekolah, kita yang akan membiayai. Nanti akan ada jajaran kita yang menangani ini secara khusus, termasuk perawatan Aisyah. Begitu juga ayahnya. Dia akan kita rujuk ke rumah sakit untuk segera diobati sampai sembuh. Biayanya juga sepenuhnya kita yang akan menanggung,” kata Plt Walikota Medan, Dzulmi Eldin, saat mengunjungi Aisyah, Rabu (19/3/2014) malam.
Eldin juga meminta maaf atas kelalaian pemerintah terhadap nasib Aisyah. Karena meski bukan tercatat sebagai warga Medan, namun Aisyah dan ayahnya yang sudah lama menetap di Medan, tetap merupakan tanggungjawab pemerintah.
http://www.rinagu.com/2014/03/potret-aisyah-dan-sang-yang-sekarat.html
Dilansir dari okezone.com, Aisyah mengaku, meski hidupnya cukup berat, namun ia belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Padahal aparat kelurahan sudah sejak lama mengetahui keberadaan mereka.
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 boleh saja mengamanatkan jika fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
“Kalau ada pejabat yang mau datang, kita sering diusir. Katanya mengganggu pemandangan. Kalau diusir ya kita pindah. Nanti pejabatnya udah pergi kita balik lagi,”ujar Aisyah, Rabu (19/3/2014) malam.
Berita Potret Aisyah Hidup merawat sang Ayah yang sekarat diatas becak akhirnya sampai juga ditelinga pemeritah kota Medan dan merasa lalai.
Pemerintah Kota Medan akan mengembalikan Aisyah ke sekolah, sekaligus juga merawat Muhammad Nawawi Pulungan (56), yang kini telah kurus layu dan nyaris tak mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya.
“Dia harus sekolah, kita yang akan membiayai. Nanti akan ada jajaran kita yang menangani ini secara khusus, termasuk perawatan Aisyah. Begitu juga ayahnya. Dia akan kita rujuk ke rumah sakit untuk segera diobati sampai sembuh. Biayanya juga sepenuhnya kita yang akan menanggung,” kata Plt Walikota Medan, Dzulmi Eldin, saat mengunjungi Aisyah, Rabu (19/3/2014) malam.
Eldin juga meminta maaf atas kelalaian pemerintah terhadap nasib Aisyah. Karena meski bukan tercatat sebagai warga Medan, namun Aisyah dan ayahnya yang sudah lama menetap di Medan, tetap merupakan tanggungjawab pemerintah.
http://www.rinagu.com/2014/03/potret-aisyah-dan-sang-yang-sekarat.html
* www.ayojambi.com/