MERDEKA.COM. Malang benar nasib keluarga Ginem, warga Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Karena miskin, nenek janda berumur lebih dari 70 tahun itu harus makan bangkai ayam untuk bertahan hidup bersama tiga anaknya.
Di rumah petak kecil hasil bantuan Kodim, Ginem tinggal bersama tiga anaknya; Sadinah (60), Suparman (40) dan Suparti (35). Untuk makan sehari-hari, selain makan bangkai ayam mereka juga mengandalkan sumbangan beras dan makanan dari tetangga.
Mbok Ginem hanya pensiunan buruh tani, bukan pegawai swasta atau negeri. Otomatis dia tidak memiliki penghasilan tetap. Dia juga tidak memiliki sawah yang bisa ditanami, seperti orang-orang desa pada umumnya.
"Ancen ora due opo-opo blas (tidak punya apa-apa sama sekali)," kata Tumini, tetangga Ginem saat dihubungi merdeka.com, Senin (16/6).
Harta Ginem, nenek yang ditinggal mati suaminya sejak beberapa tahun lalu itu, hanya tiga anak yang disayanginya di rumah, satu anak masih waras bernama Sadinah, sementara dua lagi gila, yakni Suparman dan Suparti.
"Yang bisa diajak bicara, ditanyai, itu cuma Mbok Ginem sama Sadinah. Kalau yang dua lagi (Suparman dan Suparti) sudah tidak bisa. Suparman stres, kalau Suparti sudah setengah tahun nggelendang ga iso opo-opo (terlentang tidak bisa apa-apa), tak bisa diajak bicara," kata Tumini.
Sedangkan Suparti, setelah setahun setengah lalu menjadi korban tabrak lari, dia sakit. Awalnya mungkin dia stres, trus keluyuran tidak punya tujuan ke jalan-jalan raya. Sampai akhirnya petaka menimpa, ketika sebuah truk menabraknya hingga mengalami patah tulang dan luka-luka serius.
"Sempat diobati ke rumah sakit, dibawa Pak Camat, tapi tetep ga iso opo-opo (tidak bisa apa-apa)."
Di sisi lain, Sadinah juga telah menjanda karena dicerai suaminya. Praktis, cuma Sadinah bersama Ginem ini yang setiap hari mengais rizki untuk kehidupan keluarganya dengan cara meminta sumbangan di kanan-kiri rumah.
"Jadi keluarga ini makan seadanya, dikasih tetangga. Biasanya Sadinah yang meminta beras ke tetangga kanan kiri," ujar Tumini.
Kalau makanan mepet, sesekali Suparman, jejaka tua yang gila itu giliran mencari bangkai-bangkai ayam di pinggir kali. "Suparman biasanya nyari di pinggir-pinggir kali, kemudian dimasak Sadinah buat makan sekeluarga," kata Tumini.
https://id.berita.yahoo.com/miskinnya-keluarga-ginem-sampai-makan-bangkai-ayam-044610100.html* www.ayojambi.com/
Mbok Ginem hanya pensiunan buruh tani, bukan pegawai swasta atau negeri. Otomatis dia tidak memiliki penghasilan tetap. Dia juga tidak memiliki sawah yang bisa ditanami, seperti orang-orang desa pada umumnya.
"Ancen ora due opo-opo blas (tidak punya apa-apa sama sekali)," kata Tumini, tetangga Ginem saat dihubungi merdeka.com, Senin (16/6).
Harta Ginem, nenek yang ditinggal mati suaminya sejak beberapa tahun lalu itu, hanya tiga anak yang disayanginya di rumah, satu anak masih waras bernama Sadinah, sementara dua lagi gila, yakni Suparman dan Suparti.
"Yang bisa diajak bicara, ditanyai, itu cuma Mbok Ginem sama Sadinah. Kalau yang dua lagi (Suparman dan Suparti) sudah tidak bisa. Suparman stres, kalau Suparti sudah setengah tahun nggelendang ga iso opo-opo (terlentang tidak bisa apa-apa), tak bisa diajak bicara," kata Tumini.
Sedangkan Suparti, setelah setahun setengah lalu menjadi korban tabrak lari, dia sakit. Awalnya mungkin dia stres, trus keluyuran tidak punya tujuan ke jalan-jalan raya. Sampai akhirnya petaka menimpa, ketika sebuah truk menabraknya hingga mengalami patah tulang dan luka-luka serius.
"Sempat diobati ke rumah sakit, dibawa Pak Camat, tapi tetep ga iso opo-opo (tidak bisa apa-apa)."
Di sisi lain, Sadinah juga telah menjanda karena dicerai suaminya. Praktis, cuma Sadinah bersama Ginem ini yang setiap hari mengais rizki untuk kehidupan keluarganya dengan cara meminta sumbangan di kanan-kiri rumah.
"Jadi keluarga ini makan seadanya, dikasih tetangga. Biasanya Sadinah yang meminta beras ke tetangga kanan kiri," ujar Tumini.
Kalau makanan mepet, sesekali Suparman, jejaka tua yang gila itu giliran mencari bangkai-bangkai ayam di pinggir kali. "Suparman biasanya nyari di pinggir-pinggir kali, kemudian dimasak Sadinah buat makan sekeluarga," kata Tumini.
https://id.berita.yahoo.com/miskinnya-keluarga-ginem-sampai-makan-bangkai-ayam-044610100.html* www.ayojambi.com/