Keluarga Tahu Anaknya Dianiaya Setelah Video Beredar
Perilaku anak SD di Bukittinggi tidak pantas ditiru oleh
pelajar lainnya.!
TEMPO.CO, Bukittinggi - Keluarga siswi korban penganiayaan di Sekolah Dasar Trisula Perwari Bukittinggi, Sumatera Barat, baru mengetahui kejadian yang menimpa anaknya setelah beredarnya video kekerasan tersebut. "Kita mengetahui setelah hebohnya video itu di televisi," ujar ibu korban, Nurmeli, 55 tahun.
Awalnya, sepekan setelah kejadian, Nurmeli hanya diberi tahu pihak sekolah ada pertengkaran biasa antara anaknya dan rekan sekelasnya. "Saya kira hanya kenakalan anak SD biasa. Saling ejek dan ditonjok sekali," ujarnya.
Lalu, Nurmeli meminta sekolah untuk menyelesaikan masalah ini dengan mempertemukan dirinya dan orang tua pelaku. "Saat itu saya dipertemukan hanya dengan satu orang tua pelaku. Saya minta bertemu dengan semua orang tua. Tapi hingga sekarang belum ada," ujarnya.
Namun, setelah video itu beredar, Nurmeli melihat anaknya, DAN, 12 tahun, dipukuli dan ditendang bertubi-tubi. "Setelah saya lihat videonya, saya nangis, enggak bisa ngomong. Enggak dikira seperti ini kejadiannya," ujarnya.
Kata Nurmeli, anaknya tidak pernah melaporkan kejadian ini sehingga keluarga tidak mengetahui. Pihak keluarga belum menerima perdamaiannya. Sebab, mereka tak menduga kejadiannya seperti itu. "Kita enggak bisa ambil sendiri keputusan. Ada keluarga besar," ujarnya.
Nurmeli berharap kesehatan anaknya bisa diperiksa. "Pokoknya disembuhkan seperti semula," ujarnya. Nurmeli menduga ini bukan kejadian pertama. Sebab, sebelum kejadian ini, anaknya pernah trauma bersekolah di sana. Namun siswi kelas V ini tidak pernah terbuka kepada orang tua.