Darman Wijaya selain Ketua Umum Marga Huang Indonesia, juga sebagai ketua MATAKIN Provinsi Jambi dan Ketua Pengpro Pexi Jambi, kali ini kunjungan Darman Wijaya ke korban Erupsi Gunung Sinabung didampingi sejumlah pengurus perkumpulan Marga Huang. Di antaranya, Samuel Sahabu (Sekretaris Jenderal), John Darma, Niki Mirinda. Hadir juga sejumlah tokoh FKPS seperti Heri Ketaren (Programmer Rumah Belajar), Johan Chandra, Adut, Vera, Kepala Dinas Perhubungan Tanah Karo Lesta Karo-karo, KBO Satlantas Polres, IPTU Hambali dan lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Marga Huang Indonesia juga mengunjungan berapa titik posko pengungsi dan desa-desa yang terdapat rumah belajar. Selain memberikan bantuan, sebelumnya diadakan Training for Trainer yaitu pembekalan untuk relawan rumah belajar dalam membantu masyarakat, khususnya untuk anak-anak dampak erupsi,” kata Hansen.
“Kunjungan Marga Huang ke Tanah Karo, bukan sekadar memberikan bantuan kemanusian, tapi pendidikan anak dampak erupsi juga diperhatikan. “Anak-anak harus giat belajar dan jangan sampai putus sekolah. Sebab, sekolah itu penting membantu mereka mendapatkan pekerjaan dan hidup lebih baik ke depan, juga membantu orang tua agar tidak prihatin atas keberadaan anaknya. Ini merupakan bentuk kepedulian dan keprihatinan kami demi masa depan mereka,” tutur Darman Wijaya.
Sebanyak sembilan lokasi yang mendapatkan bantuan sandang pangan dan sarana rumah belajar yang tengah digalakkan. Kesembilan lokasi itu, yakni, Posko KNPI, Posko UKA Kabanjahe, Posko Zentrum, Gereja GBKP di Desa Ndrokum Siroga, Desa Susuk, Desa Mardingding, Desa Perbaji, Desa Rimo Kayu dan Desa Nang Belawan.
Di Gereja GBKP di Desa Ndrokum Siroga, Mardingding, Perbaji, Rimo Kayu, selain
memberikan bantuan juga melakukan pembukaan Rumah Belajar. Sementara di Desa Susuk dan Desa Nang Belawan digandengkan dengan Pencanangan Rumah Belajar. “Sebelumnya, di Posko UKA Kabanjahe relawan melakukan pencanangan Rumah Belajar dan di Posko KNPI menggelar pembukaan Rumah Belajar. Khusus di Posko Zentrum, kita menyerahkan sandang pangan dan televisi untuk para relawan di sana,” ujar Hansen.
“Pada intinya, kegiatan kita dalam dua hari ini, dalam rangka mendukung berjalannya
program rumah belajar di posko pengungsian dan daerah terimbas erupsi, karena rumah belajar merupakan sarana interaksi membangun karakter dan memotivasi diri anak. Kepada seluruh anak-anak dampak erupsi, supaya tetap semangat, jangan pernah putus asa, berdoalah agar Tuhan selalu tetap menyertai kita,” kata Hansen.
Masyarakat di delapan desa yang dikunjungi cukup antusias menyambut kedatangan Marga Huang dan FKPS. Di antara mereka ada yang mengaku terharu, karena tim ini sangat peduli dengan nasib dan masa depan anak-anak terdampak erupsi. Bahkan warga Desa Susuk memberikan buah tangan berupa beberapa sisir pisang sebagai ungkapan terima kasihnya.
“Kami sangat berterima kasih kepada Tuhan yang mempertemukan kami dengan para
komunitas yang baik dan peduli dengan nasib kami di sini,” ucap Fitri br Ginting, seorang anak pengungsi dalam doa yang diucapkannya di hadapan seluruh tim relawan.
Sementara itu, pengelola Gereja GBKP Desa Rimo Kayu, Pdt. Jesiska br Barus mengatakan, pihaknya sangat senang dan bangga dengan atensi dan kepedulian para komunitas. Ia menilai, anak-anak yang terdampak erupsi sangat membutuhkan rumah belajar. “Mereka saat ini hanya bermain tidak tentu arahnya. Kami akan maksimalkan tempat ini sekaligus program ini agar anak-anak di sini bisa memiliki masa depan yang lebih baik sehingga bisa mewujudkan mimpinya. (Romy)