Asap kebakaran juga menimbulkan infeksi, mulai dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga pneumonia atau radang paru.
"Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi juga berkurang sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi," jelas Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P Senin (7/9/2015).
Asap memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru kronis, seperti bronkitis atau paru obstruktif kronik.
Menurut Tjandra, kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
"Berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati, ginjal juga dapat saja memburuk. Sebab, dampak tidak langsung kabut asap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stres," ungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan ini.
Untuk mengurangi dampak buruk kabut asap, khususnya pada bayi, ibu hamil, orang lanjut usia, anak-anak, dan pengidap penyakit kronis, Menteri Kesehatan Nila F Moelok meminta pemerintah daerah menyediakan rumah singgah (shelter).
Dalam shelter tersebut, kondisi udara diatur dengan adanya penjernih udara. Kementrian Kesehatan juga mengirimkan tenda isolasi ke Palangkaraya, Kalimantan.
Rumah singgah dan tenda isolasi tersebut menjadi lokasi evakuasi bagi warga yang tidak bisa berlindung di rumah mereka sendiri dari kabut asap.
http://jambi.tribunnews.com/2015/10/26/kebanyakan-hirup-asap-bisa-bikin-stres
* www.ayojambi.com/