Kelenteng Siau San Teng Jambi Gelar Sejit Hok Tek Tjen Shen “福德正神”
Ayojambi.com - Ratusan warga Tionghoa Jambi, Kamis (5/5-2015) pagi memadati Kelenteng Siu San Teng yang beralamat di kawasan Kampung Manggis, Kelurahan Cempaka Putih, Kota Jambi, mereka silih berganti untuk sembahyang memperingati sejit Hok Tek Tjen Shen yang dilaksanakan pada setiap Sa Gwee Jie Kao (kongzeli) atau 5 Mei 2016, mereka memegang hio sambil berdoa pada hari ulang tahun “Hok Tek C-Tjen Sen” 福德正神 atau yang lazim dipanggil Tua Pek Kong (dalam bahasa Hokkien) yang artinya datuk tertua, “Hok Tek Tjen Sen” juga dikenal sebagai “Thouw Te Kong” 土地公 atau dewa bumi [Album : Melirik Perayaan HUT Hok Tek Tjen Shen Di Jambi].
Boleh dibilang dalam dua tahun ini warga Tionghoa Jambi yang datang sembahyang di kelenteng Siu San Teng cukup ramai, pasalnya sejak kelenteng Siu San Teng dipegang oleh Tanoto Kusumah, setiap ulang tahun Hok Tek Tjen Shen dirayai besar-besaran.
“Hok Tek Tjen Sen” dikenal sebagai dewa keberuntungan (baca dewa Rejeki). Dewa ini sebenarnya termasuk dalam jajaran dewa tanah, sebab setiap tanah/ daerah, merupakan kekuasaan beliau.
kelenteng Siu San Teng sebelumnya berada di sekitar Sungai Maram, Jalan Husni Tamrin, Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar Jambi, kini kelenteng Hok Tek sudah dijadikan Cagar Budaya, maka pada tahun 1982 secara resmi kelenteng Siu San Teng pindah ke kawasan Kampung Manggis
Menurut legenda “Hok Tek Tjen Sen” 福德正神 : Asal muasalnya, sebelum beliau menjelma jadi shen ming (dewa), beliau adalah seorang pejabat negara bidang perpajakan yang bernama Hok Tek 福德, Ia adalah seorang pejabat yang bijaksana dan arif bagi rakyat yang hidup dari kekurangan, bahkan ia rela mengeluarkan uang pribadi untuk membantu rakyat yang kurang mampu membayar pajak bumi, kadang kala ia memberikan bantuan kekayaannya kepada rakyat miskin, sehingga ia sangat dicintai rakyatnya.
Suatu ketika beliau sakit dan wafat, jabatan beliau digantikan oleh Wei Chao. Sepak terjang Wei Chao sangat bertolak belakang dengan Hok Tek, Wei Chao sering menekan rakyat, dan tidak segan-segan menghukum mereka, hanya karena mereka terlambat atau tidak mampu membayar pajak karena gagal panen.
Sehingga salah satu petani pada pagi hari memasang gaharu (hio) di sebuah bongkahan batu dibawah pohon besar, petani tersebut sambil berdoa, petani itu menyatakan saat Hok Tek masih hidup dan bertugas sebagai petugas pajak tidaklah sekejam pejabat yang baru. Didalam doanya “Jika engkau dapat mendengar doa saya, mohon bantu agar usaha pertaniannya bisa sukses, tanahnya subur” ternyata apa yang didoakan sang petani, terkabuli, sejak saat itu setiap pagi sebelum memulai kerja disawah, si petani selalu sembahyang dibawah batang pohon, kebetulan petani lain yang liwat merasa heran, mengapa petani itu bicara dengan batu dibawah pohon, orang pada menganggap dia sudah gila. Ternyata usaha petani tersebut semakin hari semakin maju hingga petani lain juga pada mengikutinya.
Akhirnya berita kesuksesan para petani tersebut tersebar ketelinga sang raja, maka raja mengutus seorang menteri untuk mencari tahu apa sebabnya rakyat di desa itu tiba-tiba jadi makmur, setelah mendapatkan kabar dari sang menteri, rajapun langsung mengunjungi desa itu untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya berkat bantuan arwah Hok Tek, akhirnya raja meminta rakyat membuatkan altar yang lebih tinggi, karena sang dewa tidak mungkin diletakan ditanah dan raja juga meminta dibuatkan sebuah miao, sebagai tempat pemujaan, selain itu raja juga memberikan gelar tambahan kepada Hok Tek menjadi Hok Tek Tjen Sen 福德正神 yang artinya Hok Tek benar-benar Dewa.
Maka setiap warga Tionghoa yang beragama Khonghucu disetiap pelosok dunia pada memuja Hok Tek Tjen Sen (dewa bumi), bahwa di setiap kelenteng juga terdapat kim sin (patung) Hok Tek Tjen Sen yang paling banyak jumlahnya, bahkan kini banyak pihak yang memanfaatkan nama besar Hok Ten Tjen Shen untuk tujuan pribadi atau untuk kepentingan segolongan orang. (Romy). * www.ayojambi.com/