Keluarga Besar Sukirman Johon Ziarah Makam Leluhur
JAMBI – Hari ini ratusan warga Tionghoa sejak pagi hari telah memadati pekuburan di kilometer 7 yang berlokasi di Jalan Kapten Pattimura, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, mereka datang bersama keluarga untuk sembahyang Cheng Beng yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2017, mereka datang dengan membawa berbagai perlengkapan sembahyang maupun aneka sesajian kesukaan orangtua (leluhur).
Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng (bahasa Hokkien) adalah agenda tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang atau ziarah ke kuburan orangtua maupun leluhur sesuai dengan agama masing.
Seperti keluarga besar Sukirman Johan, sejak pagi hari telah datang bersama ibundanya, istri dan saudara-saudaranya, mereka datang ke makam orangtuanya untuk melakukan sembahyang Ceng Beng (Ziarah), sebelum prosesi Ceng Beng dilakukan, terlebih dahulu mereka bersih-bersihkan nisan dan pelataran makam, ada yang diatas makam diletakkan kertas sembahyang jenis perak (gin cua) dan emas (kim cua) maupun kertas kuning kecil memanjang, selanjutnya disekeliling makam dikasih bunga-bunga segar yang sengaja di bawa oleh ibunda Sukirman Johan.
Sebelum Sukirman Johan sembahyangi orangtuanya, terlebih dahulu ibunda Sukirman melakukan sembahyang di depan nisan suaminya (ayah Sukirman Johan, Tju Bun Cheng), sehabis itu, baru Sukirman Johan bersama istri dan kakak-kakanya lakukan sembahyang bersama. Diatas meja nisan tersedia berbagai sesajian kesukaan almarhum Tju Bun Cheng (orangtua Sukirman Johan).
Menurut Sukirman Johon, sembahyang kubur merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur. “Setiap tahun, kita sekeluarga melakukan sembahyang di makam orangtua”, ungkapnya, Selasa (4/4).
Selanjutnya tambah Sukirman Johan, “Sebagai seorang anak, kita mempunyai kewajiban untuk memberikan penghormatan kepada orangtua (leluhur) kita yang telah mendahului kita,” bagaimanapun tanpa adanya mereka (orangtua) mustahir kita bisa ada di dunia ini, maka kita pergunakan waktu Ceng Beng untuk berziarah.
Ceng Beng bagi masyarakat Tionghoa, adalah penghormatan kepada orangtua, baik kepada yang masih hidup maupun kepada yang sudah meninggal dunia, ini merupakan sebuah kebudayaan sejak jaman dahulu kala. Relasi antar manusia dalam tradisi Tionghoa tidak akan hilang begitu saja, meskipun kematian telah memisahkan orang dari kehidupan di dunia ini. Karena itu tidak heran kalau dalam setiap keluarga penghormatan kepada leluhur menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama.
Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi