JAMBI - Meskipun Waisak 2561/BE sudah berlalu beberapa waktu yang lalu, namun tidak mengurangi kemeriahan dan kekhusukan dalam perayaan Waisak di Maha Cetiya Oenang Hermawan yang dihadiri ratusan umat Buddha Kota Jambi di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, minggu malam (14/5). Sejak pukul 18.00 WIB, umat sudah mulai berdatangan dengan membawa perlengkapan sembahyang.
Menurut Darma Pawarta Oenang (Hasan), ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan bahwa pada puncak Waisak kali ini, pihaknya sengaja mengundang 8 Bhikku dari Thailand. Tentunya ini menjadi moment berharga yang harus dimanfaatkan oleh setiap umat Buddha kota Jambi untuk hadir dalam ritual puncak Waisak. “Salah satu alasan mengapa baru hari ini kita gelar puncak Waisak karena kita harus memastikan jadwal semua Bhikku yang kita undang bisa hadir dalam satu waktu. Hanya saja, dengan kehadiran mereka, tentunya membawa semangat Waisak tersendiri bagi umat yang hadir,” bebernya.
Menurut Darma Pawarta Oenang (Hasan), ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan bahwa pada puncak Waisak kali ini, pihaknya sengaja mengundang 8 Bhikku dari Thailand. Tentunya ini menjadi moment berharga yang harus dimanfaatkan oleh setiap umat Buddha kota Jambi untuk hadir dalam ritual puncak Waisak. “Salah satu alasan mengapa baru hari ini kita gelar puncak Waisak karena kita harus memastikan jadwal semua Bhikku yang kita undang bisa hadir dalam satu waktu. Hanya saja, dengan kehadiran mereka, tentunya membawa semangat Waisak tersendiri bagi umat yang hadir,” bebernya.
Acara yang dihadiri oleh ratusan umat tersebut diawali dengan pujabakti. Dimulai dengan bunyi genta yang mengiringi para Bhikku sangha memasuki dharmasala. Dilanjutkan dengan penyalaan lilin dan dupa dan pembacaan paritta. Penyalaan lilin merupakan lambang penerangan hidup bagi setiap umat dan pembacaan paritta membuat jiwa menjadi lebih tenang.
Selain itu acara juga diisi dengan meditasi dan Aradana Dhamma Desana serta persembahan dana waisak kepada Bhikku Sangha. Meditasi bermanfaat untuk menenangkan jiwa dan melatih kesabaran. Sedangkan daha Waisak sebagai tanda syukur atas setiap rezeki yang mengalir setiap tahun. “Dengan berdana, kita akan memperoleh kebahagiaan hidup didunia.”
Selanjutnya pemercikan air suci (blessing) oleh Bhikku Sangha kepada seluruh umat Buddha yang hadir. Air suci sebagai symbol penyucian diri. Membersihkan diri dari setiap kesalahan yang telah dilakukan baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. “Sehingga tubuh kita menjadi bersih lahir dan bathin.”
Seusai prosesi perayaan Waisak ratusan umat lakukan ramah tamah di aula cetiya yang terletak dilantai dasar. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi