JAMBI – Ratusan umat Khonghucu Jambi, Senin (14/5-2018) memadati Klenteng Siu San Teng yang beralamat di Kampung Manggis, Kelurahan Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi, mereka silih berganti mendatangi klenteng Siu San Teng untuk sembahyang sejet Hok Tek Tjen Sen yang jatuh pada Sa Gwee Ji Kao atau 14 Mei 2018, mereka memegang hio sambil berdoa pada hari ulang tahun “Hok Tek Tjen Sen” 福德正神 atau yang lazim dipanggil Tua Pek Kong (dalam bahasa Kokkien) yang artinya datuk tertua, “Hok Tek Chen Sen” juga dikenal sebagai “Thouw Te Kong” 土地公 atau dewa bumi.
Pada umumnya “Hok Tek Tjen Sen” dikenal sebagai dewa keberuntungan. Dewa ini sebenarnya termasuk dalam jajaran dewa tanah, sebab di setiap tanah/ daerah, merupakan kekuasaan beliau.
Menurut Tanoto Kusumah selaku ketua Klenteng Siu San Teng, perayaan sejit ada yang lakukan pada Ji Gwee Jiu Ji kongzili (penanggalan lunar) dan kita adakan pada Sa Gwee Ji Kao berdasarkan kesepakatan para pengurus yang mayolitas adalah pengusaha.
Menurut legenda “Hok Tek Tjen Sen” 福德正神 :
Asal muasalnya, sebelum beliau mencapai kesempurnaan menjadi sen ren (dewa), beliau adalah seorang pejabat negara bidang perpajakan yang bernama Hok Tek 福德, Ia adalah seorang pejabat yang bijaksana dan arif bagi rakyat yang hidup dari kekurangan, bahkan ia rela mengeluarkan uang pribadi untuk membantu rakyat yang kuran mampu membayar pajak bumi, kadang kala ia memberikan bantuan kekayaannya kepada rakyat miskin, sehingga ia sangat dicintai rakyatnya.
Suatu ketika beliau sakit dan wafat, jabatan beliau digantikan oleh Wei Chao. Sepak terjang Wei Chao sangat bertolak belakang dengan Hok Tek, Wei Chao sering menekan rakyat, dan tidak segan-segan menghukum mereka, hanya karena mereka terlambat atau tidak mampu membayar pajak karena gagal panen.
Sehingga salah satu petani pada pagi hari memasang gaharu (hio) di sebuah bongkahan batu dibawah pohon besar, petani tersebut sambil berdoa, petani itu menyatakan saat Hok Tek masih hidup dan bertugas sebagai petugas pajak tidaklah sekejam pejabat yang baru. Didalam doanya “Jika engkau dapat mendengar doa saya, mohon bantu agar usaha pertaniannya bisa sukses, tanahnya subur” ternyata apa yang didoakan sang petani, terkabuli, sejak saat itu setiap pagi sebelum memulai kerja disawah, si petani selalu sembahyang dibawah batang pohon, kebetulan petani lain yang liwat merasa heran, mengapa petani itu bicara dengan batu dibawah pohon, orang pada mengangkap dia sudah gila. Ternyata usaha petani tersebut semakin hari semakin maju hingga petani lain juga pada mengikutinya.
Akhirnya berita kesuksesan para petani tersebut tersebar ketelinga sang raja, maka raja mengutus seorang menteri untuk mencari tahu apa sebabnya rakyat di desa itu tiba-tiba jadi makmur, setelah mendapatkan kabar dari sang menteri, rajapun langsung mengunjungi desa itu untuk melihat langsung kehidupan rakyatnya berkat bantuan arwah Hok Tek, akhirnya raja meminta rakyat membuatkan altar yang lebih tinggi, karena sang dewa tidak mungkin diletakan ditanah dan raja juga meminta dibuatkan sebuah miao, sebagai tempat pemujaan, selain itu raja juga memberikan gelar tambahan kepada Hok Tek menjadi Hok Tek Tjen Sen 福德正神 yang artinya Hok Tek Benar-benar Dewa.
Maka para umat Khonghucu disetiap pelosok pada memuja Hok Tek Tjen Sen, dewa bumi bahwa di setiap klenteng terdapat kim sin (patung) Hok Tek Tjen Sen-lah yang paling banyak jumlahnya, bahkan banyak pihak yang memanfaatkan nama besar Hok Ten Tjen Sen untuk tujuan pribadi/ golongan. (Romy).