Leluhur Kong Zi adalah bangsawan dari negeri Song, Kong Shu Fang, yang karena kekalutan dalam negerinya, lalu kabur ke negeri Lu. Kong He adalah ayah Kong Zi, ia pernah menjadi pejabat rendah di negari Lu.
Kelahiran Kong Zi ditandai dengan gejala – gejala alam yang luar biasa, seperti munculnya seekor binatang gaib, qi lin, dan 2 ekor naga menari-nari mengitari atap rumah,yang menandakan bahwa kemudian hari sang anak menjadi orang besar.
Pada usia 3 tahun, Kong Zi kehilangan ayah dan ibunya menyusul pada waktu ia berumur 17 tahun. Karena sejak kecil hidup dalam kemiskinan, semangatnya untuk mencapai kehidupan lebih baik sangat besar. Pada usia 15 tahun ia telah menjadi orang yang berpengetahuan luas dan gemar belajar. Dalam segala kerendahan hatinya ia tak malu bertanya pada orang yang dianggap lebih tahu, tak lelah menyelidiki sesuatu masalah, sehingga ia memperoleh pengetahuan yang luas.
Dia telah menjadi orang yang dihormati di negerinya karena ilmunya, pada usia 30 tahun. Banyak orang datang berguru kepadanya. Sebab itu ia kemudian mendirikan sebuah sekolah semacam institute sekarang,yang menampung para peminat yang akan belajar, tanpa membedakan asal - usul dan derajat mereka. Kong Zi lah yang pertama kali memperkenalkan sistem sekolah dan universitas moderen. Berdasarkan sistem pengajaran yang diterapkan di sekolah yang didirikannya. Hal ini sekaligus mendobrak monopoli pendidikan oleh kaum bangsawan dan memperluas kesempatan kalangan masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.
Pada usia 50 tahun Kong Zi memangku jabatan Si-kong 9 (Menteri Urusan Proyek Pembangunan) dan kemudian Si-kong (Menteri Urusan Peradilan dan hukum). Ia pernah juga menjadi Pejabat Perdana Menteri di negeri Lu tersebut. Konon, berkat bimbingan Kong Zi, negeri Lu menjadi sebuah negeri yang tertib dan aman di mana “rakyat tidak perlu menutup pintu diwaktu malam dan barang tercecer di jalan tidak ada yang memungut”.
Demi mengembangkan ajaran-ajaran moralnya, Kong Zi pada tahun 497 SM melakukan perjalanan ke negeri-negeri selama 14 tahun untuk memberi ceramah. Ia menjelajahi negeri-negeri Wei, Chen, Song, Zheng, Chai dan Chu, tapi karena ajaran – ajarannya dianggap tidak berguna bagi negeri – negeri yang selalu ingin berperang itu, ia menjadi kecewa.
Ia kembali ke negeri Lu pada usia 68 tahun, meskipun tetap dihargai sebagai sesepuh,ajaran-ajarannya tidak lagi mendapat tempat di situ. Karena politik yang dianjurkan tidak mendapat perhatian, Kong Zi akhirnya memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Seluruhnya ada 3.000 orang murid yang berguru kepadanya, diantara mereka yang terkemuka ada 72 orang, yang seringkali dijuluki “72 orang bijak”. Di antara murid-murid itu ada yang memangku jabatan tinggi, tapi mereka tak henti-hentinya minta petunjuk dari guru mereka. Golongan terpelajar ajaran Kong Zi ini membentuk suatu aliran intelektual yang dikenal sebagai “Ru-jia” yang arti harfiahnya adalah Golongan Terpelajar.
Pada usia senja, Kong Zi mulai menyusun buku - buku klasik. Di antara buku – buku yang dosusun itu, antara lain Zhi-jing (kitab Syair), Li-ji (kitab upacara), yi-jing (kitab Perubahan), Chun-Qiu (kitab Catatan Tentang Kejadian Seputar Negeri Li Dari Tahun 722 – 481 SM) dan Shi-ji (Kitab Sejarah). Buku – buku ini merupakan mahakarya klasik Tiongkok dan warisan tak ternilai bagi generasi seterusnya untuk mempelajari sejarah, kebudayaan dan filsafat Tiongkok.
Kong Zi adalah seorang ilmuwan yang pengaruhnya dalam sejarah Tiongkok sangat besar. Inti pokok ajarannya adalah filsafat yang berdasarkan asas “ren” yang bias diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai “kebajikan”. Orang selalu mendahulukan kepentingan orang lain, hidup saling hormat-menghormati dan saling mengasihi adalah inti-sari dari ajaran “ren” ini. “ren” adalah standar moral tertinggi bagi seseorang yang dicerminkan dalam tingkah laku yang bersusila atau “li”. ”Ren” tercermin dari watak, sedangkan “li” dari tingkah laku.
Dalam masalah politik, Kong Zi menentang penarikan pajak yang memberatkan rakyat. Ia menekankan kesederhaan dan pengamatan. Dalam menjalankan pemerintahan, dia menekankan perlunya moral yang baik dan kebajikan dalam mendidik. Dia tak menyutujui penggunaan kekerasan dan ancama hukuman berat yang sewenang – wenang.
Pemujaan terhadap Kong Zi, dimulai pada jaman kaisar Han Wu Di (Han Bu Te – Hokkian) dari dinasti Han(206 SM – n220 SM). kaisar – kaisar pada jaman berikutnya mengikuti teladannya. Kelenteng Kong Zi sejak jaman itu didirikan dimana-mana, sekaligus sebagai tempat pendidikan sastra dan pendidikan kebudayaan. Sebab itu kelenteng Kong Miao (Kuil Pemujaan Kong Zi) disebut juga Wen Miao (Bun Bio – Hokkian) yang berarti kelenteng kesusastraan. Kong Miao terbesar sekarang ini terdapat di Qufu, propinsi Shandong, yang didirikan dekat tempat kelahiran Kong Zi dan juga makamnya. Kecuali di Taiwan, di Malaysia dan Singapura ada juga pemujaan terhadap Konfusius meskipun hanya sebagai pelengkap di kelenteng lain. Satu – satunya kelenteng di Indonesia yang khusus memuja Kong Zi ada di Surabaya, yang didirikan atas anjuran Kang You Wei, yang pada waktu itu sempat singgah di Indonesia dalam pelariannya.
Tiap tahun di kelenteng Wen Miao, baik di Qufu ataupun dimana saja di seluruh Tiongkok (termasuk Taiwan), pada tanggal 28 bulan 9 Imlik, diadakan upacara peringatan hari ulang tahun Kong Zi secara besar-besaran.
Upacara peringatan ini dilakukan dengan pakaian klasik, diiringi musik kuno yang berasal dari jaman Chun-qiu. Hal ini biasanya diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan yang memimpin upacara biasanya para pejabat daerah. Di daratan Tiongkok, dengan berkuasanya kaum komunis, upacara ini mengalami kemunduran besar, baru diijinkan lagi untuk beberapa tahun terakhir ini.
Di Taiwan, karena dijajah oleh Jepang selama 50 tahun, banyak acara-acara dalam rangkaian upacara peringatan hari kelahiran Kong Zi yang telah hilang, seperti beberapa acara tarian kuno yang semestinya khusus diadakan. Seperti yang terjadi di Taipeh pada waktu diadakan peringatan hari kelahiran Kong Zi di kelenteng Kong Miao, tarian klasik untuk mengiringi upacara di situ biasanya dibawakan oleh pelajar – pelajar sekolah negeri Da Tong. Acara ini merupakan hal yang sangat dibanggakan oleh mereka. Tapi, ketika Taiwan pulih kembali kedaulatannya, setelah Jepang menyerah, didapati bahwa para pelajar itu, pada saat membawakan tarian klasik yang pernah menjadi kebanggan, mengenakan jubah ma-kwa ala dinasti Qing, memakai sepatu plah raga berwarna putih dan berkepala botak seperti Bikkhu. Semua ini menjadi suatu kombinasi yang acak – acakan mengundang tawa. Hal ini sekarang mulai diperbaiki untuk memperbaiki keasliannya.
Kelenteng Kong Zi atau Kong Miao biasanya memiliki suasana yang hening, tidak terlihat banyak asap Hio yang mengepul dan juga saji-sajian yang diatur di atas meja sembahyang. Di atas altar hanya tampak sejumlah papan pemujaan yan gbertuliskan sebutan orang besar itu, yaitu Zhi-sheng-xian-shi (Ji Seng Sian Su – Hokkian) yang berarti Guru Teladan Sepanjang Masa, seperti yang terdapat di Wen – Miao di Surabaya. Tapi di Qufu, di kelenteng utama Kong Miao di Shandong terdapat petung Kong Ziyang besar dengan pakaian kebesaran, bersama dengan nabi – nabi sebelumnya. Pada jaman Tang bahkan semua wanita pergi ke altar Kong Zi untuk memohon anak. Kebiasaan ini hilang pada jaman dinasti Song.
Pada masa yang lalu, keluarga terpelajar tentu mempunyai altar pemujaan Kong Zi, dengan sebuah papan yang bertuliskan Tian-di-jun-qin-shi yang berarti Junjungan guru langit dan bumi yang tercinta. Kemudian huruf “Jun” yang berarti junjungan atau raja diganti diganti dengan huruf “Guo” yang berarti Negara. Pada waktu anak mencapai usi untuk masuk sekolah, kepala keluarga biasanya membawa sang anak ke Kelenteng Kong Miao untuk membakar Hio dan bersembahyang. Hal ini dilakukan setelah memiliki hari baik untuk upacara itu.
Kong Zi adalah ilmuwan besar yang juga politikus, seorang ahlipendidikan, disamping seorang rohaniawan yang tangguh. Beliau tidak hanya seorang tokoh besar yang jarang ditemukan bandingannya di Tiongkok maupun di dunia luar dan tidak hanya Nabi dari Tiongkok, tapi merupakan Nabi Dunia. Perilakunya menjadi suritauladan bagi umat manusia, semangatnya dikenang oleh generasi seterusnya. Karena itulah, pengaruhnya di dunia internasional sangat besar.
Ajaran – ajaran Kong Zi seperti juga tokoh – tokoh besar dunia yang lain, tersebar ke Negara-negara di luar Tiongkok, bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudayaan mereka.
Pengaruh – pengaruh ajaran Kong Zi berkembang pesat di Eropa dan mempengaruhi pikiran para pujangga di benua itu. Begitu tinggi penghargaan mereka, bahkan ada yang menganjurkan agar Kong Zi diangkat menjadi Santo dan ditambahkan dalam jajaran Santo Kaltholik. Diantara para pemuja Kong Zi di Eropa ini yang paling terkenal adalah seorang tokoh ilmuwan Perancis, Voltaire (1694 – 1778). Filsuf Perancis pada masa revolusi, Condorce, mengatakan bahwa kaidah politik yang pertama adalah adil, yang kedua adalah juga adil dan yang ketiga adalah tetap adil. Pandangan ini jelas sekali berasal dari ajaran Kong Zi yang mengatakan bahwa politik adalah keadilan.
Semboyan revolusi Perancis terkenal yaitu Liberty (kebebasan), Equality (persamaan) dan Fraternity (persaudaraan) berasala dari ajaran humanisme Kong Zi. Seorang ahli filsafat bangsa Jerman, Chritian Wolff, sangat tertarik akan ajaran yang mengatakan bahwa politik dan ajaran kebajikkan harus bercampur jadi satu. Pandangan dan penghormatan Wolff pada filsuf dari timur ini mengakibatkan kegemparan di Universitas Halle.
Kita semua tahu bahwa bangsa Amerika sangat bangga akan Piagam Kemerdekaannya (declaration of Independence) yang menjadi dasar Negara Amerika Serikat. Sesungguhnya piagam yang terkenal ini sangat terpengaruh oleh ajaran Kong Zi. Pembuat naskah piagam kemerdekaan tersebut, Thomas Jefferson, pernah berkata “Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai hal paling hakiki yang tidak dapat ditiadakan. Hak yang paling hakiki adalah hak untuk memperoleh kehidupan yang layak, hak untuk bekerja dan bertempat tinggal yang layak……….”
Dalam diskusi pembuatan naskah tersebut ada orang yang mengusulkan agar hak untuk mendapat pekerjaan dan memperoleh tempat tinggal yang layak diganti dengan hak untuk menjadi kaya. Mendengar ini Jefferson berkata “Apa yang aku katakana tadi berasal dari seorang Nabi Tiongkok, Kong Zi. Kong Zi berkata bahwa seorang cendekiawan mendambakan kebajikan, sedangkan orang yang pengetahuannya rendah lebih mementingkan bagaimana menikmati hidup. Perkataan Kong Zi ini mencakup arti yang sangat dalam sekali,karena pikirannya begitu luas …”. Ketika mereka mendengar Jefferson menyebut nama Kong Zi, semua tertunduk. Dengan pernyataan Jefferson ini, jelas bahwa piagam kemerdekaan ini dipengaruhi pikiran-pikiran Kong Zi. Negara-negara Asia yang paling banyak menerima pengaruh ajaran Kong Zi adalah Korea, Jepang dan Singapura. Meskipun tidak disebut secara terang-terangan sebagai dasar Negara,tapi dalam tutur katanya para pemimpin Negara- Negara tersebut sering kali menyitir ayat – ayat suci Kong Zi.
Terbukti negara – Negara tersebut sekarang ini menjadi Negara maju terkemuka di Asia dan Dunia. RRC yang sudah sekian lama mencampakkan ajaran Nabi Besar ini, karena menganggapnya sebagai racun feodal, sekarang mulai berpaling kembali menerapkan ajarannya setelah komunisme ternyata terbukti tidak sesuai dengan negeri Tiongkok dan rakyat Tionghoa. Di negeri asalnya sekarang ini ajaran Kong Zi mulai di hargai kembali dan diyakini kebenarannya.
Pada bulan September 1987, tepatnya tanggal 31 Agustus sampai 9 September, yayasan Konfusianisme seluruh Tiongkok berkerja samadengan Lembaga Penelitian Filsafat Timur dari Singapura menyelenggarakan sebuah simposium tentang Konfusianisme. Sipropinsi ini diadakan di kota tempat kelahiran Kong Zi yaitu di Qufu, propinsi Shandong, dengan dihadiri oleh para ahli Konfusianisme dari 12 negara termasuk Amerika dan Eropa. Rupanya Konfusianisme mengalami kebangkitannya di negeri asalnya.
http://www.confucian.me/group/parasucishenming/forum/topics/kong-fu-zi-kong-fu-zi
Kelahiran Kong Zi ditandai dengan gejala – gejala alam yang luar biasa, seperti munculnya seekor binatang gaib, qi lin, dan 2 ekor naga menari-nari mengitari atap rumah,yang menandakan bahwa kemudian hari sang anak menjadi orang besar.
Pada usia 3 tahun, Kong Zi kehilangan ayah dan ibunya menyusul pada waktu ia berumur 17 tahun. Karena sejak kecil hidup dalam kemiskinan, semangatnya untuk mencapai kehidupan lebih baik sangat besar. Pada usia 15 tahun ia telah menjadi orang yang berpengetahuan luas dan gemar belajar. Dalam segala kerendahan hatinya ia tak malu bertanya pada orang yang dianggap lebih tahu, tak lelah menyelidiki sesuatu masalah, sehingga ia memperoleh pengetahuan yang luas.
Dia telah menjadi orang yang dihormati di negerinya karena ilmunya, pada usia 30 tahun. Banyak orang datang berguru kepadanya. Sebab itu ia kemudian mendirikan sebuah sekolah semacam institute sekarang,yang menampung para peminat yang akan belajar, tanpa membedakan asal - usul dan derajat mereka. Kong Zi lah yang pertama kali memperkenalkan sistem sekolah dan universitas moderen. Berdasarkan sistem pengajaran yang diterapkan di sekolah yang didirikannya. Hal ini sekaligus mendobrak monopoli pendidikan oleh kaum bangsawan dan memperluas kesempatan kalangan masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.
Pada usia 50 tahun Kong Zi memangku jabatan Si-kong 9 (Menteri Urusan Proyek Pembangunan) dan kemudian Si-kong (Menteri Urusan Peradilan dan hukum). Ia pernah juga menjadi Pejabat Perdana Menteri di negeri Lu tersebut. Konon, berkat bimbingan Kong Zi, negeri Lu menjadi sebuah negeri yang tertib dan aman di mana “rakyat tidak perlu menutup pintu diwaktu malam dan barang tercecer di jalan tidak ada yang memungut”.
Demi mengembangkan ajaran-ajaran moralnya, Kong Zi pada tahun 497 SM melakukan perjalanan ke negeri-negeri selama 14 tahun untuk memberi ceramah. Ia menjelajahi negeri-negeri Wei, Chen, Song, Zheng, Chai dan Chu, tapi karena ajaran – ajarannya dianggap tidak berguna bagi negeri – negeri yang selalu ingin berperang itu, ia menjadi kecewa.
Ia kembali ke negeri Lu pada usia 68 tahun, meskipun tetap dihargai sebagai sesepuh,ajaran-ajarannya tidak lagi mendapat tempat di situ. Karena politik yang dianjurkan tidak mendapat perhatian, Kong Zi akhirnya memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Seluruhnya ada 3.000 orang murid yang berguru kepadanya, diantara mereka yang terkemuka ada 72 orang, yang seringkali dijuluki “72 orang bijak”. Di antara murid-murid itu ada yang memangku jabatan tinggi, tapi mereka tak henti-hentinya minta petunjuk dari guru mereka. Golongan terpelajar ajaran Kong Zi ini membentuk suatu aliran intelektual yang dikenal sebagai “Ru-jia” yang arti harfiahnya adalah Golongan Terpelajar.
Pada usia senja, Kong Zi mulai menyusun buku - buku klasik. Di antara buku – buku yang dosusun itu, antara lain Zhi-jing (kitab Syair), Li-ji (kitab upacara), yi-jing (kitab Perubahan), Chun-Qiu (kitab Catatan Tentang Kejadian Seputar Negeri Li Dari Tahun 722 – 481 SM) dan Shi-ji (Kitab Sejarah). Buku – buku ini merupakan mahakarya klasik Tiongkok dan warisan tak ternilai bagi generasi seterusnya untuk mempelajari sejarah, kebudayaan dan filsafat Tiongkok.
Kong Zi adalah seorang ilmuwan yang pengaruhnya dalam sejarah Tiongkok sangat besar. Inti pokok ajarannya adalah filsafat yang berdasarkan asas “ren” yang bias diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai “kebajikan”. Orang selalu mendahulukan kepentingan orang lain, hidup saling hormat-menghormati dan saling mengasihi adalah inti-sari dari ajaran “ren” ini. “ren” adalah standar moral tertinggi bagi seseorang yang dicerminkan dalam tingkah laku yang bersusila atau “li”. ”Ren” tercermin dari watak, sedangkan “li” dari tingkah laku.
Dalam masalah politik, Kong Zi menentang penarikan pajak yang memberatkan rakyat. Ia menekankan kesederhaan dan pengamatan. Dalam menjalankan pemerintahan, dia menekankan perlunya moral yang baik dan kebajikan dalam mendidik. Dia tak menyutujui penggunaan kekerasan dan ancama hukuman berat yang sewenang – wenang.
Pemujaan terhadap Kong Zi, dimulai pada jaman kaisar Han Wu Di (Han Bu Te – Hokkian) dari dinasti Han(206 SM – n220 SM). kaisar – kaisar pada jaman berikutnya mengikuti teladannya. Kelenteng Kong Zi sejak jaman itu didirikan dimana-mana, sekaligus sebagai tempat pendidikan sastra dan pendidikan kebudayaan. Sebab itu kelenteng Kong Miao (Kuil Pemujaan Kong Zi) disebut juga Wen Miao (Bun Bio – Hokkian) yang berarti kelenteng kesusastraan. Kong Miao terbesar sekarang ini terdapat di Qufu, propinsi Shandong, yang didirikan dekat tempat kelahiran Kong Zi dan juga makamnya. Kecuali di Taiwan, di Malaysia dan Singapura ada juga pemujaan terhadap Konfusius meskipun hanya sebagai pelengkap di kelenteng lain. Satu – satunya kelenteng di Indonesia yang khusus memuja Kong Zi ada di Surabaya, yang didirikan atas anjuran Kang You Wei, yang pada waktu itu sempat singgah di Indonesia dalam pelariannya.
Tiap tahun di kelenteng Wen Miao, baik di Qufu ataupun dimana saja di seluruh Tiongkok (termasuk Taiwan), pada tanggal 28 bulan 9 Imlik, diadakan upacara peringatan hari ulang tahun Kong Zi secara besar-besaran.
Upacara peringatan ini dilakukan dengan pakaian klasik, diiringi musik kuno yang berasal dari jaman Chun-qiu. Hal ini biasanya diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan yang memimpin upacara biasanya para pejabat daerah. Di daratan Tiongkok, dengan berkuasanya kaum komunis, upacara ini mengalami kemunduran besar, baru diijinkan lagi untuk beberapa tahun terakhir ini.
Di Taiwan, karena dijajah oleh Jepang selama 50 tahun, banyak acara-acara dalam rangkaian upacara peringatan hari kelahiran Kong Zi yang telah hilang, seperti beberapa acara tarian kuno yang semestinya khusus diadakan. Seperti yang terjadi di Taipeh pada waktu diadakan peringatan hari kelahiran Kong Zi di kelenteng Kong Miao, tarian klasik untuk mengiringi upacara di situ biasanya dibawakan oleh pelajar – pelajar sekolah negeri Da Tong. Acara ini merupakan hal yang sangat dibanggakan oleh mereka. Tapi, ketika Taiwan pulih kembali kedaulatannya, setelah Jepang menyerah, didapati bahwa para pelajar itu, pada saat membawakan tarian klasik yang pernah menjadi kebanggan, mengenakan jubah ma-kwa ala dinasti Qing, memakai sepatu plah raga berwarna putih dan berkepala botak seperti Bikkhu. Semua ini menjadi suatu kombinasi yang acak – acakan mengundang tawa. Hal ini sekarang mulai diperbaiki untuk memperbaiki keasliannya.
Kelenteng Kong Zi atau Kong Miao biasanya memiliki suasana yang hening, tidak terlihat banyak asap Hio yang mengepul dan juga saji-sajian yang diatur di atas meja sembahyang. Di atas altar hanya tampak sejumlah papan pemujaan yan gbertuliskan sebutan orang besar itu, yaitu Zhi-sheng-xian-shi (Ji Seng Sian Su – Hokkian) yang berarti Guru Teladan Sepanjang Masa, seperti yang terdapat di Wen – Miao di Surabaya. Tapi di Qufu, di kelenteng utama Kong Miao di Shandong terdapat petung Kong Ziyang besar dengan pakaian kebesaran, bersama dengan nabi – nabi sebelumnya. Pada jaman Tang bahkan semua wanita pergi ke altar Kong Zi untuk memohon anak. Kebiasaan ini hilang pada jaman dinasti Song.
Pada masa yang lalu, keluarga terpelajar tentu mempunyai altar pemujaan Kong Zi, dengan sebuah papan yang bertuliskan Tian-di-jun-qin-shi yang berarti Junjungan guru langit dan bumi yang tercinta. Kemudian huruf “Jun” yang berarti junjungan atau raja diganti diganti dengan huruf “Guo” yang berarti Negara. Pada waktu anak mencapai usi untuk masuk sekolah, kepala keluarga biasanya membawa sang anak ke Kelenteng Kong Miao untuk membakar Hio dan bersembahyang. Hal ini dilakukan setelah memiliki hari baik untuk upacara itu.
Kong Zi adalah ilmuwan besar yang juga politikus, seorang ahlipendidikan, disamping seorang rohaniawan yang tangguh. Beliau tidak hanya seorang tokoh besar yang jarang ditemukan bandingannya di Tiongkok maupun di dunia luar dan tidak hanya Nabi dari Tiongkok, tapi merupakan Nabi Dunia. Perilakunya menjadi suritauladan bagi umat manusia, semangatnya dikenang oleh generasi seterusnya. Karena itulah, pengaruhnya di dunia internasional sangat besar.
Ajaran – ajaran Kong Zi seperti juga tokoh – tokoh besar dunia yang lain, tersebar ke Negara-negara di luar Tiongkok, bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudayaan mereka.
Pengaruh – pengaruh ajaran Kong Zi berkembang pesat di Eropa dan mempengaruhi pikiran para pujangga di benua itu. Begitu tinggi penghargaan mereka, bahkan ada yang menganjurkan agar Kong Zi diangkat menjadi Santo dan ditambahkan dalam jajaran Santo Kaltholik. Diantara para pemuja Kong Zi di Eropa ini yang paling terkenal adalah seorang tokoh ilmuwan Perancis, Voltaire (1694 – 1778). Filsuf Perancis pada masa revolusi, Condorce, mengatakan bahwa kaidah politik yang pertama adalah adil, yang kedua adalah juga adil dan yang ketiga adalah tetap adil. Pandangan ini jelas sekali berasal dari ajaran Kong Zi yang mengatakan bahwa politik adalah keadilan.
Semboyan revolusi Perancis terkenal yaitu Liberty (kebebasan), Equality (persamaan) dan Fraternity (persaudaraan) berasala dari ajaran humanisme Kong Zi. Seorang ahli filsafat bangsa Jerman, Chritian Wolff, sangat tertarik akan ajaran yang mengatakan bahwa politik dan ajaran kebajikkan harus bercampur jadi satu. Pandangan dan penghormatan Wolff pada filsuf dari timur ini mengakibatkan kegemparan di Universitas Halle.
Kita semua tahu bahwa bangsa Amerika sangat bangga akan Piagam Kemerdekaannya (declaration of Independence) yang menjadi dasar Negara Amerika Serikat. Sesungguhnya piagam yang terkenal ini sangat terpengaruh oleh ajaran Kong Zi. Pembuat naskah piagam kemerdekaan tersebut, Thomas Jefferson, pernah berkata “Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai hal paling hakiki yang tidak dapat ditiadakan. Hak yang paling hakiki adalah hak untuk memperoleh kehidupan yang layak, hak untuk bekerja dan bertempat tinggal yang layak……….”
Dalam diskusi pembuatan naskah tersebut ada orang yang mengusulkan agar hak untuk mendapat pekerjaan dan memperoleh tempat tinggal yang layak diganti dengan hak untuk menjadi kaya. Mendengar ini Jefferson berkata “Apa yang aku katakana tadi berasal dari seorang Nabi Tiongkok, Kong Zi. Kong Zi berkata bahwa seorang cendekiawan mendambakan kebajikan, sedangkan orang yang pengetahuannya rendah lebih mementingkan bagaimana menikmati hidup. Perkataan Kong Zi ini mencakup arti yang sangat dalam sekali,karena pikirannya begitu luas …”. Ketika mereka mendengar Jefferson menyebut nama Kong Zi, semua tertunduk. Dengan pernyataan Jefferson ini, jelas bahwa piagam kemerdekaan ini dipengaruhi pikiran-pikiran Kong Zi. Negara-negara Asia yang paling banyak menerima pengaruh ajaran Kong Zi adalah Korea, Jepang dan Singapura. Meskipun tidak disebut secara terang-terangan sebagai dasar Negara,tapi dalam tutur katanya para pemimpin Negara- Negara tersebut sering kali menyitir ayat – ayat suci Kong Zi.
Terbukti negara – Negara tersebut sekarang ini menjadi Negara maju terkemuka di Asia dan Dunia. RRC yang sudah sekian lama mencampakkan ajaran Nabi Besar ini, karena menganggapnya sebagai racun feodal, sekarang mulai berpaling kembali menerapkan ajarannya setelah komunisme ternyata terbukti tidak sesuai dengan negeri Tiongkok dan rakyat Tionghoa. Di negeri asalnya sekarang ini ajaran Kong Zi mulai di hargai kembali dan diyakini kebenarannya.
Pada bulan September 1987, tepatnya tanggal 31 Agustus sampai 9 September, yayasan Konfusianisme seluruh Tiongkok berkerja samadengan Lembaga Penelitian Filsafat Timur dari Singapura menyelenggarakan sebuah simposium tentang Konfusianisme. Sipropinsi ini diadakan di kota tempat kelahiran Kong Zi yaitu di Qufu, propinsi Shandong, dengan dihadiri oleh para ahli Konfusianisme dari 12 negara termasuk Amerika dan Eropa. Rupanya Konfusianisme mengalami kebangkitannya di negeri asalnya.
http://www.confucian.me/group/parasucishenming/forum/topics/kong-fu-zi-kong-fu-zi