Di luar daratan Tiongkok, Tahun Baru Tionghoa lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (Im artinya Bulan, Lek maknanya penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau dalam bahasa Mandari; Yin Li yang berarti kalender bulan.
Mengutip sumber dari China Radio Internasional (CRI) khusus siaran berbahasa Indonesia, perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 (puncaknya disebut Cap Go Meh) pada bulan ke-1 penanggalan kalender Tionghoa yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, dua energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan lima unsur.
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang Tionghoa, maka Tahun Baru Tionghoa hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia di mana terdapat orang Tionghoa, keturunan Tionghoa atau Pecinan.
Khusus di daratan Tionghoa, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara yang memiliki penduduk beretnis Tionghoa, Tahun Baru Tionghoa dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat.
Pengaruh kemajuan kebudayaan Sungai Huang Ho (Kuning) dan Yang Tze di daratan Tionghoa tempo dulu, memberi pengaruh besar terhadap aspek kehidupan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Tionghoa. Negara-negara Korea, Jepang dan Vietnam mengadopsi sistem penanggalan Tionghoa, kultur serta aksara negaranya.
Dalam 1 Tahun Tionghoa terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika Tahun Kabisat. Dalam 1 bulan terdiri 29 atau 30 hari. Sehingga dalam setahun terdiri dari 355 hari atau 385 hari (Tahun Kabisat). Secara sistem penanggalan Masehi (Gregorian), Tahun Baru Tionghoa pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap tahunnya. Ini berarti hari raya biasanya jatuh pada bulan kedua setelah musim dingin.
Seperti sistem penanggalan Gregorian, Kalender Tionghoa menggunakan referensi revolusi bumi terhadap matahari yakni 1 tahun terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika tahun kabisat. Secara resmi, tahun Tionghoa telah berusia 2562 tahun pada 3 Februari 2011 ini.
Seperti sistem penanggalan di India tempo dulu, kalender Tionghoa menggunakan referensi revolusi bulan terhadap bumi. Dalam 1 bulan Tionghoa terdiri 29 atau 30 hari. Dimana tanggal 1 jatuh pada bulan mati (tilem) dan tanggal 15 jatuh pada bulan purnama. Elemen bulan ini sangat penting, karena memengaruhi aspek psikologis manusia serta pengaruh alam (pasang-surut).
Orang Tionghoa mempercayai tanggal 1 dan 15 lunar merupakan tanggal ‘sakral’ di mana pada saat itu, emosi manusia dan energi di bumi lagi naik/hangat. Nafsu, emosi, akan lebih mudah muncul pada bulan tidur dan purnama. Sehingga jika seseorang berlatih untuk berbuat dan berpikir baik, maka hal itu akan mendatangkan berkah. Fenomena yang serupa tapi tidak sama juga dapat dijumpai pada perilaku banyak hewan yang cenderung melakukan perkawinan pada periode tersebut ,tanggal 28, 29, 30, 1, 2, 3 dan 13, 14, 15, 17 lunar. (Veronica)
Mengutip sumber dari China Radio Internasional (CRI) khusus siaran berbahasa Indonesia, perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 (puncaknya disebut Cap Go Meh) pada bulan ke-1 penanggalan kalender Tionghoa yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, dua energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan lima unsur.
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang Tionghoa, maka Tahun Baru Tionghoa hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia di mana terdapat orang Tionghoa, keturunan Tionghoa atau Pecinan.
Khusus di daratan Tionghoa, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara yang memiliki penduduk beretnis Tionghoa, Tahun Baru Tionghoa dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat.
Pengaruh kemajuan kebudayaan Sungai Huang Ho (Kuning) dan Yang Tze di daratan Tionghoa tempo dulu, memberi pengaruh besar terhadap aspek kehidupan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Tionghoa. Negara-negara Korea, Jepang dan Vietnam mengadopsi sistem penanggalan Tionghoa, kultur serta aksara negaranya.
Dalam 1 Tahun Tionghoa terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika Tahun Kabisat. Dalam 1 bulan terdiri 29 atau 30 hari. Sehingga dalam setahun terdiri dari 355 hari atau 385 hari (Tahun Kabisat). Secara sistem penanggalan Masehi (Gregorian), Tahun Baru Tionghoa pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap tahunnya. Ini berarti hari raya biasanya jatuh pada bulan kedua setelah musim dingin.
Seperti sistem penanggalan Gregorian, Kalender Tionghoa menggunakan referensi revolusi bumi terhadap matahari yakni 1 tahun terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika tahun kabisat. Secara resmi, tahun Tionghoa telah berusia 2562 tahun pada 3 Februari 2011 ini.
Seperti sistem penanggalan di India tempo dulu, kalender Tionghoa menggunakan referensi revolusi bulan terhadap bumi. Dalam 1 bulan Tionghoa terdiri 29 atau 30 hari. Dimana tanggal 1 jatuh pada bulan mati (tilem) dan tanggal 15 jatuh pada bulan purnama. Elemen bulan ini sangat penting, karena memengaruhi aspek psikologis manusia serta pengaruh alam (pasang-surut).
Orang Tionghoa mempercayai tanggal 1 dan 15 lunar merupakan tanggal ‘sakral’ di mana pada saat itu, emosi manusia dan energi di bumi lagi naik/hangat. Nafsu, emosi, akan lebih mudah muncul pada bulan tidur dan purnama. Sehingga jika seseorang berlatih untuk berbuat dan berpikir baik, maka hal itu akan mendatangkan berkah. Fenomena yang serupa tapi tidak sama juga dapat dijumpai pada perilaku banyak hewan yang cenderung melakukan perkawinan pada periode tersebut ,tanggal 28, 29, 30, 1, 2, 3 dan 13, 14, 15, 17 lunar. (Veronica)