wartawan Tabloid Pelangi, di Pulau Kisar, Maluku Barat Daya, Maluku, pertengahan Desember lalu.
Direktur Reserse Kriminal Polda Maluku Komisaris Besar Jhonny Siahaan dalam jumpa pers yang digelar di markas Polda Maluku, di Ambon, Jumat (12/1/2011), mengatakan, MS menjadi satu dari tiga tersangka lain yang terlibat menganiaya Alfrets. Tiga tersangka lainnya adalah RS, IB, dan TR. Keempat tersangka tersebut, sudah ditahan di Ambon.
Sedangkan pria berinisial RA yang sebelumnya sempat disebutkan sebagai salah satu tersangka, menurut Jhonny, akhirnya hanya ditetapkan sebagai saksi. Jhoni menilai, RA tidak terlibat dalam pembunuhan itu.
Dikatakan Jhonny, MS dan RS menganiaya Alfrets di gudang yang pernah digunakan untuk menyimpan lobster, yang lokasinya berada di sebelah timur Dermaga Pantai Nama. RS bahkan sempat memukul bagian belakang kepala Alfrets dengan pipa besi.
Setelah Alfrets tidak sadar, MS dan RS dibantu IB dan TR mengangkat tubuh Alfrets dan menyembunyikannya di sebuah bak yang tidak lagi digunakan, di gudang itu. Selanjutnya IB mencari perahu dan membuang tubuh Alfrets di laut.
Peristiwa penganiayaan dan pembuangan jenasah Alfrets ini diperkirakan terjadi tanggal 16 Desember 2010. Baru pada tanggal 17 Desember, tubuh Alfrets ditemukan terapung di perairan, di dekat Dermaga Pantai Nama.
MS adalah petugas satuan Polisi Air Polda Maluku yang ditugaskan di Kisar. Sedangkan RS adalah menantu agen premium dan minyak solar (APMS) di Kisar, Titus Tilukay. Adapun IB dan TR adalah petugas APMS.
Ada kemungkinan, MS ikut terlibat penganiayaan itu karena memiliki hubungan dekat dengan RS. Bisa jadi dia berempati dengan masalah yang dihadapi RS, sehingga ikut menganiaya Alfrets. Saat ini, dia masih diperiksa oleh Provos Polda Maluku untuk memastikan motif dia ikut terlibat, kata Jhonny.
Meski pembunuhan itu terjadi ketika Alfrets sedang menginvestigasi distribusi bahan bakar, Jhony belum bersedia mengungkap apa motiv pembunuah itu.
Seperto diberitakan, sebelum Alfrets menghilang pada Rabu (15/12/2010), Alfrets sempat mengikuti bongkar muat bahan bakar di dermaga dan mengikuti pendistribusiannya. Ini dilakukannya karena curiga bahan bakar sengaja ditimbun yang menyebabkan bahan bakar langka dan harganya melambung, di Kisar, sejak November 2010.
http://regional.kompas.com/read/2011/01/21/1542325/
Direktur Reserse Kriminal Polda Maluku Komisaris Besar Jhonny Siahaan dalam jumpa pers yang digelar di markas Polda Maluku, di Ambon, Jumat (12/1/2011), mengatakan, MS menjadi satu dari tiga tersangka lain yang terlibat menganiaya Alfrets. Tiga tersangka lainnya adalah RS, IB, dan TR. Keempat tersangka tersebut, sudah ditahan di Ambon.
Sedangkan pria berinisial RA yang sebelumnya sempat disebutkan sebagai salah satu tersangka, menurut Jhonny, akhirnya hanya ditetapkan sebagai saksi. Jhoni menilai, RA tidak terlibat dalam pembunuhan itu.
Dikatakan Jhonny, MS dan RS menganiaya Alfrets di gudang yang pernah digunakan untuk menyimpan lobster, yang lokasinya berada di sebelah timur Dermaga Pantai Nama. RS bahkan sempat memukul bagian belakang kepala Alfrets dengan pipa besi.
Setelah Alfrets tidak sadar, MS dan RS dibantu IB dan TR mengangkat tubuh Alfrets dan menyembunyikannya di sebuah bak yang tidak lagi digunakan, di gudang itu. Selanjutnya IB mencari perahu dan membuang tubuh Alfrets di laut.
Peristiwa penganiayaan dan pembuangan jenasah Alfrets ini diperkirakan terjadi tanggal 16 Desember 2010. Baru pada tanggal 17 Desember, tubuh Alfrets ditemukan terapung di perairan, di dekat Dermaga Pantai Nama.
MS adalah petugas satuan Polisi Air Polda Maluku yang ditugaskan di Kisar. Sedangkan RS adalah menantu agen premium dan minyak solar (APMS) di Kisar, Titus Tilukay. Adapun IB dan TR adalah petugas APMS.
Ada kemungkinan, MS ikut terlibat penganiayaan itu karena memiliki hubungan dekat dengan RS. Bisa jadi dia berempati dengan masalah yang dihadapi RS, sehingga ikut menganiaya Alfrets. Saat ini, dia masih diperiksa oleh Provos Polda Maluku untuk memastikan motif dia ikut terlibat, kata Jhonny.
Meski pembunuhan itu terjadi ketika Alfrets sedang menginvestigasi distribusi bahan bakar, Jhony belum bersedia mengungkap apa motiv pembunuah itu.
Seperto diberitakan, sebelum Alfrets menghilang pada Rabu (15/12/2010), Alfrets sempat mengikuti bongkar muat bahan bakar di dermaga dan mengikuti pendistribusiannya. Ini dilakukannya karena curiga bahan bakar sengaja ditimbun yang menyebabkan bahan bakar langka dan harganya melambung, di Kisar, sejak November 2010.
http://regional.kompas.com/read/2011/01/21/1542325/