Rabu, 02 Februari 2011

Hujan Deras, Jodoh dan Imlek

Tahu tidak hubungan hujan deras dengan tahun baru Cina atau Imlek? Jika tak tahu tanyalah Olivia Kristie atau Christian Haryono atau siapa saja yang merayakan Imlek.
Sedikit jawaban dari mereka akan membuat Anda memahami mengapa hujan selalu menyertai perayaan Imlek. Tentu saja korelasi ini bukan jawaban yang bisa masuk logika Anda, apalagi ilmiah.

Namun setidaknya Anda dan siapapun yang belum mendapatkan jawaban mengapa selalu ada hujan besar di tahun baru Imlek, memperoleh sedikit "pencerahan" dari mereka yang meyakini hikmah-hikmah di balik Imlek.

"Hujan itu pertanda rejeki. Jadi kalau pas Imlek hujan deras, itu melambangkan tahun depan banyak rejeki. Dan, memang biasanya setiap Imlek hampir selalu hujan sih, karena pasti musim hujan," kata Olivia Kristie (27).

Christiani Haryono, warga Semarang yang seumur dengan Olivia menimpali, "Semakin deras hujannya, semakin banyak rejeki."

Banyak yang memiliki pendapat seperti Olivia dan Cristiani, sehingga bolehlah kita tarik kesimpulan bahwa hujan besar dan malam tahun baru itu memang selalu berkaitan, bagai Anda dengan pasangan Anda.

Dan tentu saja ada maknanya, yaitu simbol rejeki. Semakin deras hujan turun, semakin besar rejeki yang bakal Anda peroleh.

Tetapi, prinsip ini mungkin tak berlaku untuk orang-orang di daerah langganan banjir seperti Kampung Melayu dan Cipulir di Jakarta.

Sudah pasti hujan deras malah membuat warga di daerah-daerah seperti ini was-was, jangan-jangan setelah itu banjir. Oleh karena itu, tak semua yang merayakan Imlek setuju dengan pendapat Olivia dan Christiani.

Salah satu yang tidak sependapat dengan kaitan hujan, rejeki dan Imlek itu adalah Mayasari Oey.

Perempuan jurnalis yang tinggal di daerah Kota, Jakarta Barat ini mengatakan tak ada makna apa-apa di balik derasnya hujan di malam tahun baru Imlek.

"Hujan hanya sebagai proses alam saja. Imlek itu tahun baru sistem kalender cina, tidak berbeda dengan tahun baru 1 Januari," kata Mayasari.

Jodoh

Sementara Olivia, Christiani dan banyak orang keturunan Tiongkok merelasikan nasib dan peruntungan dengan shio dan jenis tahun, Mayasari juga tak mempercayai shio dan makna Tahun Kelinci pada Imlek kali ini.

"Setiap hari adalah hari baru. Harus lebih baik lagi setiap saat," katanya.

Tahun Baru China yang jatuh pada Kamis esok (15/2) adalah tahun kelinci emas. Banyak yang bilang, tahun kelinci itu akan lebih tenang dari Tahun Macan alias tahun lalu.

Tak seperti Mayasari, Christiani Haryono, mempercayai makna setiap tahun. Dia bahkan memperingatkan mereka yang sudah berkeluarga untuk berhati-hati akan adanya orang ketiga.

Selain itu, Christiani mengabarkan hal bagi mereka yang lagi jomlo dan menunggu dipersunting atau mempersunting seseorang. Mengapa? Karena tahu ini, sebut Christiani, adalah tahun yang baik untuk mencari jodoh.

"Bagi yang cari jodoh inilah saatnya. Bagi yang berkeluarga hati-hati pria idaman lain atau wanita idaman lain," kata karyawati perusahaan leasing mobil di Semarang itu.

Dia juga membedah apa arti kelinci dalam bingkai tahun baru cina. "Kelinci juga hewan cerdik sehingga selalu ada solusi terbaik dari segala masalah. Tahun kelinci lebih tenang dari tahun macan," katanya. Dia sendiri berharap tahun ini dia mendapat banyak rejeki, pekerjaan baru yang mapan dan hubungan asmara.

Mudik

Sepeti juga lebaran dan natalan, imlek adalah juga menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga.

"Yang selau dilakukan saat Imlek adalah berkumpul dengan keluarga. Saya sendiri selalu mengusahakan mudik ke Pemalang," kata Alfi Holiang.

Dara berusia 25 tahun itu bekerja di Yogyakarta. Tapi setiap Imlek tiba, dia pasti menyempatkan diri mudik ke kampung halamannya di Pemalang, Jawa Tengah.

Tak hanya Alfi, Mayasari dan hampir semua orang yang merayakan Imlek juga mudik untuk pulang kampung.

Mayasari mengatakan, imlek ini dia akan mengunjungi keluarga dari pihak ayah demi memberikan ucapan salam tahun baru Imlek atau "kiong hie" (dialek hokian yang kurang lebih berarti "gong xi" dalam dialek Mandarin).

Mayasari rupanya juga seorang yang saleh. Buktinya, dia mengkritik tradisi sembahyang kepada leluhur yang dilakukan saat Imlek saja.

"Banyak yang berpikir Imlek itu dari persepsi yang kurang pas, seperti sembahyang leluhur hanya menjelang Imlek saja. Harusnya setiap hari sembahyang," katanya.

Dia mengungkapkan Imlek adalah budaya dari Tiongkok yang biasanya dipertahankan oleh generasi awal keturunan Tiongkok. "Seperti kakek saya yang masih sangat menjiwai kampung halamannya di sana," tambah Maya.

Olivia malah hampir tidak mengenal acara khusus selama Imlek, hanya tradisi makan malam bersama yang ada.

Olivia mengatakan neneknya sudah menganut Kristen sejak Olivia belum lahir, sehingga dia hanya mendengar kisah perayaan imlek keluarganya di masa lalu dari orang tuanya.

"Ketika dulu emak (nenek) belum masuk Kristen, setiap Imlek pasti diadakan sembahyang untuk para leluhur, lengkap dengan sesajian berbagai masakan kegemaran para leluhur," kata perempuan bernama cina, Djwa Lie Fang itu.

Angpau

Imlek juga identik dengan angpau, yaitu uang yang dimasukan ke amplop merah dan dibagi-bagikan sebagai hadiah Imlek.

Mereka yang menerima angpau adalah anak-anak dan orang yang belum menikah, karena dalam tradisi cina mereka yang sudah menikah saja yang boleh memberi angpau, sementara yang lajang dilarang memberi angpau.

Sementara, meski sudah bekerja, orang yang belum menikah tetap berhak memperoleh angpau.

"Yang muda dapat angpau dari yang lebih tua dan sudah menikah," kata Maya. Ah dia juga masih lajang lho.

Christiani dan Alfi juga mengaku masih mendapat angpau karena mereka berdua memang belum menikah. Tapi Olivia sudah tidak lagi berhak mendapatkan angpau. Gara-garanya dia sudah bekerja.

"Dulu waktu masih kecil selalu dapat angpau, tapi begitu sudah besar dan kerja, sudah tidak dikasih lagi," kata perempuan pemilik toko mebel di Temanggung itu.

Omong-omong soal berkumpul dengan keluarga, seperti pada tradisi besar lainnya, tidak lengkap rasanya bila tidak ada hidangan untuk disantap bersama.

Nah waktu Imlek, kue keranjang, manisan, jeruk, kue kura, moho, dan sambel goreng, hampir selalu ada di setiap meja makan keluarga-keluarga yang merayakan Imlek.

"Rebung cah, hoisem (teripang), berbagai jenis daging babi kecap, ada belasan sayur biasanya di keluarga saya," kata Mayasari.

Biasanya semua makanan yang disajikan berbahan dasar ikan.

Nah mengenai mengapa unsur ikan pada hampir setiap makanan yang disajikan saat merayakan Imlek, Olivia punya penjelasan menarik.

"Dalam bahasa Mandarin ikan itu disebut 'yu' yang bunyinya hampir sama dengan kata Mandarin untuk 'giok' dan 'berlebih. Jadi disajikannya ikan dalam hidangan imlek merupakan bentuk pengharapan agar di tahun depan rejeki tidak akan kekurangan, bahkan berlebih," demikian Olivia. Gong Xi Fa Chai (*)

http://oase.kompas.com/read/2011/02/02/1530579/