Tradisi Tionghoa kuno dikenal dengan sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong.
Sejak pagi hari, puluhan kepala keluarga (KK) telah hadir untuk mengikuti prosesi Po Un yang dipimpin Lim Tek Chong Tau She, satu persatu umat mengikuti Tao She (rohaniawan) dari belakang, sambil membaw keranjang yang berisi sesajian, pakaian, kim cua, ditangan kanan membawa hio (gaharu), mereka mengitari sebuah reflika jembatan sebanyak 12 kali, sebagai simbol menghorbati masing-masing shio.
Menurut Ketua Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, Darmadi Tekun (The Kien Peng), saat upacara Po Un di lokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Tujuan Po Un ini, adalah untuk meminta perlindungan dan menjaga keselamatan dari para sin beng (dewa-dewi), syarat-syarat peserta Po Un adalah membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat bersangkutan, serta beberapa sajian dan tak kalah penting pemohon wajib ikut dalam ritual po un”.
Tambah Darmadi, Po Un kali ini tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi Po Un dipimpin langsung oleh rohaniwan Makin Sai Che Tien, Lim Tek Chong Tau She di klenteng Makin Sai Che Tien selama seminggu, yakni dari tanggal 6 sampai 12 Februari 2011.
“Po Un merupakan salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat yang beragama Khonghucu. Jadi, tidak heran bila warga Tionghoa yang beragama Khonghucu selalu mengikuti ritual tersebut di klenteng-klenteng setiap tahunnya”. katanya.
Dari beberapa ritual yang dilakukan di klenteng, hanya perbedaan pelaksanaan dari tata cara masing-masing klenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Kerinci yang jatuh tepat pada 2011 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut mesti ikut ritual Po Un,” katanya.
Bahwa po un tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai kini warga Tionghoa di Jambi, tetap menggelar upacara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir di atas muka bumi tentu memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah shio Kerinci chiong dengan shio Ayam.
Tradisi Tionghoa kuno dikenal dengan sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong.
Sejak pagi hari, puluhan kepala keluarga (KK) telah hadir untuk mengikuti prosesi Po Un yang dipimpin Lim Tek Chong Tau She, satu persatu umat mengikuti Tao She (rohaniawan) dari belakang, sambil membaw keranjang yang berisi sesajian, pakaian, kim cua, ditangan kanan membawa hio (gaharu), mereka mengitari sebuah reflika jembatan sebanyak 12 kali, sebagai simbol menghorbati masing-masing shio.
Menurut Ketua Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, Darmadi Tekun (The Kien Peng), saat upacara Po Un di lokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Tujuan Po Un ini, adalah untuk meminta perlindungan dan menjaga keselamatan dari para sin beng (dewa-dewi), syarat-syarat peserta Po Un adalah membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat bersangkutan, serta beberapa sajian dan tak kalah penting pemohon wajib ikut dalam ritual po un”.
Tambah Darmadi, Po Un kali ini tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi Po Un dipimpin langsung oleh rohaniwan Makin Sai Che Tien, Lim Tek Chong Tau She di klenteng Makin Sai Che Tien selama seminggu, yakni dari tanggal 6 sampai 12 Februari 2011.
“Po Un merupakan salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat yang beragama Khonghucu. Jadi, tidak heran bila warga Tionghoa yang beragama Khonghucu selalu mengikuti ritual tersebut di klenteng-klenteng setiap tahunnya”. katanya.
Dari beberapa ritual yang dilakukan di klenteng, hanya perbedaan pelaksanaan dari tata cara masing-masing klenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Kerinci yang jatuh tepat pada 2011 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut mesti ikut ritual Po Un,” katanya.
Bahwa po un tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai kini warga Tionghoa di Jambi, tetap menggelar upacara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir di atas muka bumi tentu memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah shio Kerinci chiong dengan shio Ayam.
Tradisi Tionghoa kuno dikenal dengan sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong.