TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Puluhan tahun berada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Palembang, Sumatera Selatan, empat peninggalan purbakala asal Percandian Muaro Jambi akhirnya bisa dikembalikan ke Jambi. Jika tidak ada halangan, keempat peninggalan tersebut akan tiba di Jambi Sabtu (2/2).
PROVINSI Jambi baru berusia 56 tahun. Jauh sebelum terbentuk, pada zaman kolonial Belanda, Jambi merupakan bagian dari Keresidenan Sumatera Bagian Selatan dengan ibukotanya Palembang.
"Pada masa kolonial Belanda, Keresidenan Sumatera Bagian Selatan termasuk Jambi, ibukotanya di Palembang. Oleh karena itu mereka membawa makara-makara tersebut ke sana untuk dimuseumkan. Tapi sekarang bisa dikatakan perjuangan kita berhasil. Hari ini (Jumat, 1/2) sedang berlangsung serah terima benda tersebut di Palembang," kata Darmawati Syar'i, Staf Dokumentasi dan Publikasi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Wilayah Kerja Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung kepada Tribun, Jumat (1/2).
Empat peninggalan purbakala yang dimaksud adalah satu berbentuk Makara, satu berbentuk Arca Gajah dan dua benda berbentuk Padmasana. Semuanya berasal dari kawasan percandian Muaro Jambi.
Menyadari bahwa sudah seharusnya keempat benda tersebut kembali ke Jambi setelah lahirnya Provinsi Jambi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi mulai melakukan pengkajian dan mencari berbagai referensi yang menguatkan bahwa itu adalah milik Provinsi Jambi. Perjuangan untuk mengembalikan ini semakin menguat pada 1990-an.
"Saat itu Palembang masih bersekukuh karena mereka merasa di sana pusat Sriwijaya. Lalu kita lakukan advokasi hingga akhirnya mereka menyetujui untuk mengembalikan itu ke Jambi," kata Darmawati.
Tapi kembalinya empat benda cagar budaya ini ke Jambi bukan tanpa syarat. Pihak TPKS meminta Pemerintah Provinsi Jambi untuk meninggalkan replikanya di sana. Tentu saja dengan biaya yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Disebutkan Darmawati, sebanyak tujuh orang pembuat replika asal Jambi diberangkatkan ke TPKS untuk membuat replika itu.
"Ini keinginan Disbudpar Provinsi Jambi. Tugas kami hanya memberi referensi dan memfasilitasinya. Namun bagi kami sendiri, sudah seharusnya itu dikembalikan ke Provinsi Jambi bahkan kalau bisa dikembalikan ke Percandian Muaro Jambi karena disitulah tempatnya. Bukan di TPKS," terangnya.
Terperinci dijelaskan Darmawati bahwa keempat benda cagar budaya yang berasal dari batu andesit tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Namun asalnya sama yakni di kawasan percandian Muaro Jambi.
"Makara semestinya ada di gerbang Candi Gumpung. Kalau Arca Gajah itu sebagai panteon sedangkan Padmasana itu sebagai tempat pemasangan tiang kayu. Keempat benda ini bukan berasal dari Jambi karena bahannya terbuat dari batu andesit. Kemungkinan pada masa itu didatangkan," ungkapnya.
Lantas, setelah keempat benda purbakala ini kembali ke Jambi apa yang akan dilakukan?
Darmawati belum bisa memastikannya. Namun pihaknya berharap itu bisa dikembalikan ke asalnya di Kawasan Percandian Muaro Jambi. Kalaupun ditempatkan di museum baginya tidak mengapa, asalkan keempat benda bersejarah itu bisa dirawat semestinya.
"Yang penting mereka sudah kembali ke Jambi. Rasanya sudah tidak ada peninggalan kita yang ada di Palembang. Tapi kalau di Belanda kemungkinan banyak," katanya.
Penjemputan kembali makara ini dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Jambi setelah melalui proses serah terima yang dilakukan di kantor Disbudpar Provinsi Sumatera Selatan.
"Kedatangan kita memang untuk menjemput kembali makara dan artefak lainnya miliki Jambi yang disimpan di Palembang, " Jelas M Toni, Kepala Disbudpar Provinsi Sumsel usai melakukan serah terima penjemputan artefak Jambi di Kantor Dinas Budpar Sumsel, kemarin.
Penjemputan kembali artefak Jambi ini disambut baik Toni karena dinilai bisa menjadi kajian kebudayaan dan memudahkan arkeolog untuk melakukan penelitian.
http://jambi.tribunnews.com/2013/02/02/empat-peninggalan-purbakala-kembali-ke-jambi
"Pada masa kolonial Belanda, Keresidenan Sumatera Bagian Selatan termasuk Jambi, ibukotanya di Palembang. Oleh karena itu mereka membawa makara-makara tersebut ke sana untuk dimuseumkan. Tapi sekarang bisa dikatakan perjuangan kita berhasil. Hari ini (Jumat, 1/2) sedang berlangsung serah terima benda tersebut di Palembang," kata Darmawati Syar'i, Staf Dokumentasi dan Publikasi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Wilayah Kerja Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung kepada Tribun, Jumat (1/2).
Empat peninggalan purbakala yang dimaksud adalah satu berbentuk Makara, satu berbentuk Arca Gajah dan dua benda berbentuk Padmasana. Semuanya berasal dari kawasan percandian Muaro Jambi.
Menyadari bahwa sudah seharusnya keempat benda tersebut kembali ke Jambi setelah lahirnya Provinsi Jambi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi mulai melakukan pengkajian dan mencari berbagai referensi yang menguatkan bahwa itu adalah milik Provinsi Jambi. Perjuangan untuk mengembalikan ini semakin menguat pada 1990-an.
"Saat itu Palembang masih bersekukuh karena mereka merasa di sana pusat Sriwijaya. Lalu kita lakukan advokasi hingga akhirnya mereka menyetujui untuk mengembalikan itu ke Jambi," kata Darmawati.
Tapi kembalinya empat benda cagar budaya ini ke Jambi bukan tanpa syarat. Pihak TPKS meminta Pemerintah Provinsi Jambi untuk meninggalkan replikanya di sana. Tentu saja dengan biaya yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Disebutkan Darmawati, sebanyak tujuh orang pembuat replika asal Jambi diberangkatkan ke TPKS untuk membuat replika itu.
"Ini keinginan Disbudpar Provinsi Jambi. Tugas kami hanya memberi referensi dan memfasilitasinya. Namun bagi kami sendiri, sudah seharusnya itu dikembalikan ke Provinsi Jambi bahkan kalau bisa dikembalikan ke Percandian Muaro Jambi karena disitulah tempatnya. Bukan di TPKS," terangnya.
Terperinci dijelaskan Darmawati bahwa keempat benda cagar budaya yang berasal dari batu andesit tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Namun asalnya sama yakni di kawasan percandian Muaro Jambi.
"Makara semestinya ada di gerbang Candi Gumpung. Kalau Arca Gajah itu sebagai panteon sedangkan Padmasana itu sebagai tempat pemasangan tiang kayu. Keempat benda ini bukan berasal dari Jambi karena bahannya terbuat dari batu andesit. Kemungkinan pada masa itu didatangkan," ungkapnya.
Lantas, setelah keempat benda purbakala ini kembali ke Jambi apa yang akan dilakukan?
Darmawati belum bisa memastikannya. Namun pihaknya berharap itu bisa dikembalikan ke asalnya di Kawasan Percandian Muaro Jambi. Kalaupun ditempatkan di museum baginya tidak mengapa, asalkan keempat benda bersejarah itu bisa dirawat semestinya.
"Yang penting mereka sudah kembali ke Jambi. Rasanya sudah tidak ada peninggalan kita yang ada di Palembang. Tapi kalau di Belanda kemungkinan banyak," katanya.
Penjemputan kembali makara ini dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Jambi setelah melalui proses serah terima yang dilakukan di kantor Disbudpar Provinsi Sumatera Selatan.
"Kedatangan kita memang untuk menjemput kembali makara dan artefak lainnya miliki Jambi yang disimpan di Palembang, " Jelas M Toni, Kepala Disbudpar Provinsi Sumsel usai melakukan serah terima penjemputan artefak Jambi di Kantor Dinas Budpar Sumsel, kemarin.
Penjemputan kembali artefak Jambi ini disambut baik Toni karena dinilai bisa menjadi kajian kebudayaan dan memudahkan arkeolog untuk melakukan penelitian.
http://jambi.tribunnews.com/2013/02/02/empat-peninggalan-purbakala-kembali-ke-jambi