JAMBI - Minggu (10/02) suasana perayaan tahun baru Imlek 2564, atau yang lebih dikenal dengan tahun baru Imlek bagi umat Khonghucu berlangsung berlangsung meriah. Nampak sejumlah kegiatan dipusatkan di kelenteng (bio-bio), yang juga diwarnai dengan pembagian angpao.
Sesuai dengan inti ajaran Khonghucu adalah cinta kasih dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui momen ini umat diajak untuk mengembangkan rasa cinta kasih terhadap sesama. Begitu juga dengan cinta kasih kepada lingkungan hidup. “Untuk itu ciptakan suasana kehidupan yang harmonis kepada saudara-saudara dan tetangga-tetangga kita agar tercipta susana yang rukun dan damai.”
Cinta kasih menurutnya tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ungkapan saja. Tetapi juga dalam perbuatan kita, yaitu saling memberi pertolongan kepada orang lain, membantu sudara-sudara kita yang susah serta menghindari sifat kekerasan dan selalu menonjolkan kekuasaan.
Dimana menjelang satu hari tahun baru Imlek, pada Minggu (10/02) di berbagai kelenteng dan rumah-rumah, Umat Khonghucu melaksanakan sembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Tien), dan juga melaksanakan sembahyang terhadap leluhur.
Untuk sembahyang leluhur dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan di rumah masing-masing, tetapi ada juga yang di rumah abu. Adapun makna sembahyang ini adalah sebagai kelanjutan laku bakti dari anak-anak dan cucu-cucu keturunanya kepada orang tua mereka yang telah tiada.
“Sebab budi orang tua tidak mampu dibalas selama beliau-beliau masih hidup. Maka dilanjutkan dengan upacara sembahyang leluhur pada saat-saat hari raya atau pada hari-hari peringatan.”
Selanjutnya pada malam hari saat-saat menjelang hari tahun baru ada sembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), untuk mengucap syukur atas rahmat perlindunganNya sepanjang tahun. Dan juga bermohon rahmat dan perlindunganNya sepanjang tahun yad yang tinggal beberapa saat akan kita masuki.
Dimana permohonan tersebut untuk pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. “Dan Secara umum sembahyang malam tersebut dilaksanakan di kelenteng-kelenteng maupun lithang serta secara pribadi dapat dilaksanakan di rumah masing-masing.”
Cinta kasih menurutnya tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ungkapan saja. Tetapi juga dalam perbuatan kita, yaitu saling memberi pertolongan kepada orang lain, membantu sudara-sudara kita yang susah serta menghindari sifat kekerasan dan selalu menonjolkan kekuasaan.
Dimana menjelang satu hari tahun baru Imlek, pada Minggu (10/02) di berbagai kelenteng dan rumah-rumah, Umat Khonghucu melaksanakan sembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Tien), dan juga melaksanakan sembahyang terhadap leluhur.
Untuk sembahyang leluhur dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan di rumah masing-masing, tetapi ada juga yang di rumah abu. Adapun makna sembahyang ini adalah sebagai kelanjutan laku bakti dari anak-anak dan cucu-cucu keturunanya kepada orang tua mereka yang telah tiada.
“Sebab budi orang tua tidak mampu dibalas selama beliau-beliau masih hidup. Maka dilanjutkan dengan upacara sembahyang leluhur pada saat-saat hari raya atau pada hari-hari peringatan.”
Selanjutnya pada malam hari saat-saat menjelang hari tahun baru ada sembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), untuk mengucap syukur atas rahmat perlindunganNya sepanjang tahun. Dan juga bermohon rahmat dan perlindunganNya sepanjang tahun yad yang tinggal beberapa saat akan kita masuki.
Dimana permohonan tersebut untuk pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. “Dan Secara umum sembahyang malam tersebut dilaksanakan di kelenteng-kelenteng maupun lithang serta secara pribadi dapat dilaksanakan di rumah masing-masing.”