MUARA BULIAN, KOMPAS.com — Muhammad Kadir (52) tak menyangka bakal bertemu harimau dalam jarak hanya 10 meter. Saking takutnya, Kadir pingsan. Rasa trauma yang mendekapnya membuat ia berjanji tidak akan menyadap karet selama seminggu.
Muhammad Kadir adalah penyadap karet. Warga RT 01, Kampung 5, Desa Petajen, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi, ini bertemu seekor harimau pada pukul 05.30 WIB saat hendak pergi ke kebun karet miliknya, Senin (4/3/2013).
Jarak antara rumah Kadir dan kebun miliknya hanya 200 meter. Saat melihat harimau, Kadir baru setengah perjalanan menuju kebun. Saat itu, Kadir berangkat naik sepeda.
Begitu melihat harimau, tanpa pikir panjang, Kadir langsung melompat dari sepeda dan meninggalkannya begitu saja. Kadir terus berlari ke rumahnya sambil berteriak. Begitu sampai, Kadir langsung jatuh pingsan akibat rasa takut yang menghantuinya.
"Aku melihat harimau itu sedang mengais-ngais tanah. Begitu tahu itu harimau, aku langsung lari sambil berteriak," kata Kadir.
Kadir biasa pergi ke kebun pada pukul 03.00 WIB. Tapi, karena mendapatkan kabar ada harimau berkeliaran di Desa Muhajirin dan Ness, maka jadwal ke kebun ia tunda menunggu matahari lebih terang.
"Mungkin dalam seminggu ini tidak dulu pergi ke kebun. Masih takut dan trauma dengan kejadian tadi," ujarnya.
Kabar mengenai keberadaan harimau di sekitar perumahan warga sebenarnya sudah beredar beberapa saat. Omrizal, Sekretaris Desa Petajen, mengatakan, setelah mendengar ada warga yang melihat harimau di kebun, ia segera memberi tahu pihak terkait untuk mengecek.
"Mendengar ada harimau, saya langsung menelepon sekcam dan pihak BKSDA," ujarnya.
Untuk menghindari konflik dengan harimau itu, Omrizal berharap masyarakat Petajen tidak beraktivitas di luar rumah saat malam hari. Para petani juga diimbau tidak pergi ke kebun bila hari masih gelap. Warga yang masih ingin menyadap karet diimbau berangkat ketika hari sudah terang.
Sebelumnya, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Minggu (3/2/2013) malam, menembak harimau dengan bius di daerah Lubuk Landai, Mestong. Menurut Kepala BKSDA Jambi Tri Siswo, tembak bius itu belum mampu melumpuhkan harimau yang ditengarai berjenis kelamin jantan. Harimau dengan panjang sekitar 1,5 meter tersebut diperkirakan berumur 15 tahun.
Dikatakan Tri, penembakan "sang datuk" pada malam hari sebenarnya tidak efektif. Pasca-terkena bius, obat hanya bekerja 30 menit, dan di malam hari sulit mencari harimau yang tertembak.
Perilaku menyimpang
Berdasarkan pengamatan tim BKSDA, harimau yang terlihat itu punya penyimpangan perilaku. "Sepertinya harimau ini sudah biasa melihat manusia atau hewan peliharaan. Harimau liar biasanya memakan korbannya. Tapi ini tidak. Korban hanya dilukai," ujar Tri.
Selain itu, lanjut Tri, korban yang lari juga tidak terus dikejar harimau. Padahal, biasanya si belang tidak kenal kompromi mengejar korbannya. "Reflek harimau liar kalau ketemu manusia langsung menerkam. Hewan peliharaan warga pun tidak habis dimakan," ungkap Tri.
Menurutnya, hutan yang menjadi habitat hidup harimau semakin sempit karena alih fungsi. Banjir di Jambi beberapa pekan kemarin juga menjadi penyebab harimau sumatera berpindah tempat, dan mengakibatkan konflik dengan masyarakat.
BKSDA Jambi mensinyalir, harimau yang membuat resah warga dalam beberapa pekan terakhir sama dan hanya berjumlah satu ekor. BKSDA menampik kabar yang menyebutkan jumlah harimau ada 16 ekor. "Harimau hewan soliter, beda dengan gajah yang bergerombol. Harimau paling banyak ada empat ekor, satu induk dan sisanya anaknya," kata Tri.
Beberapa pekan terakhir, masyarakat Jambi digegerkan dengan berkeliarannya harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), yang mengakibatkan konflik dengan masyarakat. Bahkan, konflik antara harimau dan manusia mengakibatkan jatuh korban. "Korban tewas ada satu, dan lima luka-luka," imbuh Tri.
Dari data yang dilansir BKSDA, korban tewas bernama Sutardi (21) alias Kancil, asal Pacitan, Jawa Timur, yang tewas di lokasi Distrik V PT WKS di Desa Suban, Kecamatan Batang Asam, pada 24 Januari 2013.
Pada 8 Februari 2013, Fajar (37), karyawan PT Dasa Anugerah Sejati, diserang di Desa Lubuk Bernai, Batang Asam. Beruntung, Fajar berhasil lolos meski mendapat luka cakaran di kaki dan gigitan di pundak.
Di hari yang sama, warga yang juga sempat dikejar harimau adalah Kasdan (60), di Desa Tanjung Tayas. Korban dikejar harimau saat membersihkan kebun sawit. Tinggal berjarak lima meter dari Kasdan, harimau berhenti mengejar Kasdan, yang lari mengamankan diri di pos satpam.
Korban lain adalah Legino Murdianto (22), yang mendapat luka di kaki, saat berada di PT CKT Desa Dusun Mudo, 11 Februari 2013. Pada 28 Februari 2013, harimau juga melukai warga Desa Muaro Sebo bernama Sutrisno (37), yang saat kejadian berada di kebun karet. Sutrisno luka di kaki dan dada.
Terakhir, si belang juga menyerang Wahyudi (23) di kebun karet, di belakang Pasar Sungai Landai, Desa Sri Mulyo, Kelurahan Tempino, Mestong, Kabupaten Muaro Jambi.
Osmantri, Koordinator Tiger Patrol Unit dan Pemantauan Satwa WWF Indonesia, yang dihubungi Tribun Jambi mengatakan, tim BKSDA harus segera melakukan langkah penyelamatan, bukan hanya kepada masyarakat, melainkan juga terhadap harimau itu.
Menurut perkiraan Osmantri, melihat pergerakan dan pola serangannya, jumlah harimau tidak hanya satu ekor. "Bisa jadi jumlahnya lebih dari satu. Itu asumsi saya kalau dilihat pergerakannya yang melingkupi empat kabupaten. Pola serangannya juga berbeda," tuturnya.
http://regional.kompas.com/read/2013/03/05/02581782/
Jarak antara rumah Kadir dan kebun miliknya hanya 200 meter. Saat melihat harimau, Kadir baru setengah perjalanan menuju kebun. Saat itu, Kadir berangkat naik sepeda.
Begitu melihat harimau, tanpa pikir panjang, Kadir langsung melompat dari sepeda dan meninggalkannya begitu saja. Kadir terus berlari ke rumahnya sambil berteriak. Begitu sampai, Kadir langsung jatuh pingsan akibat rasa takut yang menghantuinya.
"Aku melihat harimau itu sedang mengais-ngais tanah. Begitu tahu itu harimau, aku langsung lari sambil berteriak," kata Kadir.
Kadir biasa pergi ke kebun pada pukul 03.00 WIB. Tapi, karena mendapatkan kabar ada harimau berkeliaran di Desa Muhajirin dan Ness, maka jadwal ke kebun ia tunda menunggu matahari lebih terang.
"Mungkin dalam seminggu ini tidak dulu pergi ke kebun. Masih takut dan trauma dengan kejadian tadi," ujarnya.
Kabar mengenai keberadaan harimau di sekitar perumahan warga sebenarnya sudah beredar beberapa saat. Omrizal, Sekretaris Desa Petajen, mengatakan, setelah mendengar ada warga yang melihat harimau di kebun, ia segera memberi tahu pihak terkait untuk mengecek.
"Mendengar ada harimau, saya langsung menelepon sekcam dan pihak BKSDA," ujarnya.
Untuk menghindari konflik dengan harimau itu, Omrizal berharap masyarakat Petajen tidak beraktivitas di luar rumah saat malam hari. Para petani juga diimbau tidak pergi ke kebun bila hari masih gelap. Warga yang masih ingin menyadap karet diimbau berangkat ketika hari sudah terang.
Sebelumnya, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Minggu (3/2/2013) malam, menembak harimau dengan bius di daerah Lubuk Landai, Mestong. Menurut Kepala BKSDA Jambi Tri Siswo, tembak bius itu belum mampu melumpuhkan harimau yang ditengarai berjenis kelamin jantan. Harimau dengan panjang sekitar 1,5 meter tersebut diperkirakan berumur 15 tahun.
Dikatakan Tri, penembakan "sang datuk" pada malam hari sebenarnya tidak efektif. Pasca-terkena bius, obat hanya bekerja 30 menit, dan di malam hari sulit mencari harimau yang tertembak.
Perilaku menyimpang
Berdasarkan pengamatan tim BKSDA, harimau yang terlihat itu punya penyimpangan perilaku. "Sepertinya harimau ini sudah biasa melihat manusia atau hewan peliharaan. Harimau liar biasanya memakan korbannya. Tapi ini tidak. Korban hanya dilukai," ujar Tri.
Selain itu, lanjut Tri, korban yang lari juga tidak terus dikejar harimau. Padahal, biasanya si belang tidak kenal kompromi mengejar korbannya. "Reflek harimau liar kalau ketemu manusia langsung menerkam. Hewan peliharaan warga pun tidak habis dimakan," ungkap Tri.
Menurutnya, hutan yang menjadi habitat hidup harimau semakin sempit karena alih fungsi. Banjir di Jambi beberapa pekan kemarin juga menjadi penyebab harimau sumatera berpindah tempat, dan mengakibatkan konflik dengan masyarakat.
BKSDA Jambi mensinyalir, harimau yang membuat resah warga dalam beberapa pekan terakhir sama dan hanya berjumlah satu ekor. BKSDA menampik kabar yang menyebutkan jumlah harimau ada 16 ekor. "Harimau hewan soliter, beda dengan gajah yang bergerombol. Harimau paling banyak ada empat ekor, satu induk dan sisanya anaknya," kata Tri.
Beberapa pekan terakhir, masyarakat Jambi digegerkan dengan berkeliarannya harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), yang mengakibatkan konflik dengan masyarakat. Bahkan, konflik antara harimau dan manusia mengakibatkan jatuh korban. "Korban tewas ada satu, dan lima luka-luka," imbuh Tri.
Dari data yang dilansir BKSDA, korban tewas bernama Sutardi (21) alias Kancil, asal Pacitan, Jawa Timur, yang tewas di lokasi Distrik V PT WKS di Desa Suban, Kecamatan Batang Asam, pada 24 Januari 2013.
Pada 8 Februari 2013, Fajar (37), karyawan PT Dasa Anugerah Sejati, diserang di Desa Lubuk Bernai, Batang Asam. Beruntung, Fajar berhasil lolos meski mendapat luka cakaran di kaki dan gigitan di pundak.
Di hari yang sama, warga yang juga sempat dikejar harimau adalah Kasdan (60), di Desa Tanjung Tayas. Korban dikejar harimau saat membersihkan kebun sawit. Tinggal berjarak lima meter dari Kasdan, harimau berhenti mengejar Kasdan, yang lari mengamankan diri di pos satpam.
Korban lain adalah Legino Murdianto (22), yang mendapat luka di kaki, saat berada di PT CKT Desa Dusun Mudo, 11 Februari 2013. Pada 28 Februari 2013, harimau juga melukai warga Desa Muaro Sebo bernama Sutrisno (37), yang saat kejadian berada di kebun karet. Sutrisno luka di kaki dan dada.
Terakhir, si belang juga menyerang Wahyudi (23) di kebun karet, di belakang Pasar Sungai Landai, Desa Sri Mulyo, Kelurahan Tempino, Mestong, Kabupaten Muaro Jambi.
Osmantri, Koordinator Tiger Patrol Unit dan Pemantauan Satwa WWF Indonesia, yang dihubungi Tribun Jambi mengatakan, tim BKSDA harus segera melakukan langkah penyelamatan, bukan hanya kepada masyarakat, melainkan juga terhadap harimau itu.
Menurut perkiraan Osmantri, melihat pergerakan dan pola serangannya, jumlah harimau tidak hanya satu ekor. "Bisa jadi jumlahnya lebih dari satu. Itu asumsi saya kalau dilihat pergerakannya yang melingkupi empat kabupaten. Pola serangannya juga berbeda," tuturnya.
http://regional.kompas.com/read/2013/03/05/02581782/