Kisah Anak Daun Simpur Pendobrak Film Laskar Pelangi
TANJUNG PANDAN, ayojambi.com - Tidak banyak yang mengetahui kisah nyata masa kecil Tellie Gozelie anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI 2009-2014 yang unik, Tellie Gozelie lahir di Belitung pada tanggal 10 Desember 1070, dari pasangan ayah Lie Nyuk Kui (Gozelie) dan ibu Cung Man Li (Asian) ini merupakan putra ketiga dari delapan bersaudara. Dengan jumlah saudara yang begitu banyak tentu saja mempengaruhi masa kecilnya.
Jika di lihat Tellie Gozelie, tidak terlihat dimasa kecilnya seperti anak-anak lain di sekitar rumahnya yang terletak di Pilang Tanjung Pandan. Menurut penuturan Tellie Gozelie. Masa kecil adalah masa yang penuh kenangan buat saya, kehidupan keluarga yang sederhana membuat saya hidup dalam kesederhanaan sikap seperti dulu, tidak ada yang berbeda, hanya saja mungkin hari ini kami diberikan rezeki sedikit lebih dari yang lain, itu saja, selebihnya tetap sama, tutur Tellie Gozelie yang juga seorang vegetarian.
Saya dulu suka sekali makan daun iding-iding yang banyak tumbuh liar di Belitung, untuk mencari jajanan tambahan, saya mencari daun simpor untuk di jual, yang digunakan pedagang sebagai pembungkus ikan dan belanjaan lainnya, bahkan sampai sekarang daun simpor masih di pakai. Hasil penjualan daun simpor itu kami gunakan untuk membeli permen. Maklum saja ibu hanya memberikan kami jatah permen 2 buah untuk seminggu, untuk menghemat kadang permen hanya kita kecup sedikit lalu di bungkus kembali.
Orang tua memang membuka warung, jadi kami kadang mengumpulkan daun simpor untuk di tukar dengan permen, lebihnya kami jual ke warung sebelah, uangnya itu kami gunakan tambahan uang jajan. Lucu juga memang tapi itulah kesederhanaan pikiran anak-anak. Ibu tidak ingin termakan modal usaha dari warung, jadi kami diberi penjelasan kenapa jatah permen masing-masing hanya 2 buah, supaya kami tidak merengek. Tapi itu pula yang mengajarkan kami selalu giat berusaha demi untuk maa depan.
Situasi ekonomi dulu memang sulit, kita baru mendapatkan baju dan celana baru setelah setahun. Sering sekali celana kita bolong di sebelah, kadang sama besar. Kita malu tetapi mau bagaimana lagi, situasi mengharuskan begitu. Semua memori masa anak- anak itu terekam dengan baik dan kadang seperti melintas di depan mata saya jika di tengah kesendirian di Belitung ini.
Dimusim langsat kita mencari langsat, musim buah karet, peletikan pakai buah karet, mencari karet sampai ke hutan-hutan. Kenangan yang begitu indah. Hingga saya seperti yang sekarang, saya hanya berharap bisa berbuat lebih untuk tanah kelahiran saya ini. Belitung adalah saya tempat untuk mengabdikan diri.
Sekolah saya dulu di SD Negeri 12 Tanjung pandan, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Tanjung Pandan,Pendidikan menengah di SMEA Negeri 1 Tanjung Pandan, Hanya kuliah saya keluar dari Belitung, kebetulan saya kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta. Itupun saya kuliah sambil bekerja, keadaan ekonomi orang tua saat itu sebetulnya sudah cukup baik tetapi beliau mendidik kami dengan keras, termasuk di dalamnya soal keuangan, karenanya saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan lain selama kuliah.
Selepas kuliah, saya bekerja, menikah dan sekarang di karuniai 3 orang putri. Semua berjalan seperti layaknya manusia biasa. Saya hanya ingin berusaha dan mengabdikan diri untuk kebaikan semua. Tidak banyak yang berubah dalam diri saya, meskipun orang lain mengatakan saya sudah cukup sukses di dunia usaha.
Keberhasilan di dunia usaha, tanpa memaksimalkan fungsi sosial kita untuk lebih bermanfaat bagi sesama, buat saya rasanya belumlah lengkap jika kita telah berhasil, maka kita juga berkewajiban membuat sekeliling kita berhasil. Itu akan lebih baik, sehingga kebaikan untuk semua dapat kita rasakan dan nikmati bersama.
Dari pandangan Reporter China Town, Tellie Gozelie anggota Komitte I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI 2009-2014 merupakan sang juga sebagai pendobrak film Laskar Pelangi mudah bergaul dengan siapa saja, juga sangat akrab dengan masyarakat lapisan bawah, bahkan dengan anak-anak kecilpun Tellie Gozelie sangat akrab Bagi Tellie Gozelie, yang dibutuhkan di era konsolidasi demokrasi seperti sekarang adalah pencerahan dari kerja nyata seorang pemimpin; bukan saling menyalahkan dan saling mencaci. (Romy)
* www.ayojambi.com/