JAMBI, ayojambi.com – Perayaan Sejit Shen Ming Penjaga Hutan ramai dihadiri kaum hawa, walaupun lokasi ibadah terletak sembilan kilo meter dari kota Jambi. Mereka ada yang datang berombongan, ada juga yang datang dengan mengunakan jasa tukang ojek.
Kehadiran umat Khonghucu kota Jambi (foto) di Kelenteng Sam Leng Keng yang berlokasi arah menuju Tangkit, Rt. 19, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, kota Jambi untuk ikut sembahyang Sejit Ong Seng Kong. Ong Seng Kong merupakan sosok yang sangat penyayang hutan rimba, Ong Seng Kong juga pernah bermukim dikawasan Sembagsel (Jambi-Palembang) masa lalu.
Hasil pantauan dilapangan, Jumat (7/3) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun, umumnya kaum hawa pada membawa sertakan putra-putri mereka.
Terlihat Rudy Lidra selaku ketua Kelenteng Sam Leng Keng dari pagi sibuk melayani umat yang silih berganti datangi kelenteng, terlihat juga Ketua Yayasan Kesejahteraan Sentosa Ronny Attan.
Menurut Rudy Lidra (foto) yang dikenal sebagai ketua Perkumpulan Hakka Jambi, sesibuk apapun, jika waktunya sembahyang, maka segala pekerjaan mesti ditinggalkan, “Kita jangan tau hanya bekerja setiap hari, kalau waktunya sembahyang, semua pekerjaan sementara ditinggalkan”. Ujar Rudy Lidra.
Menurut legenda asal muasal Sejit Ong Seng Kong yang sebelum dititis menjadi Sen Ming adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan belantara yang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia bermukimss didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan, agar bisa merawat hutan yang tidak terawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ming.
Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dengan persembahan sesajen kepada Kun Ciong (pengawal para shen ming) dan roh-roh yang tidak terurus oleh pihak keluarga, upacara dipimpin oleh rohaniwan dari Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Hok Sin Tong Jambi dengan membaca So Bun (sejenis mantera pemberitahuan/ undangan red).
Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati she jit Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan). (Romy/ Yuliawati)
Hasil pantauan dilapangan, Jumat (7/3) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun, umumnya kaum hawa pada membawa sertakan putra-putri mereka.
Terlihat Rudy Lidra selaku ketua Kelenteng Sam Leng Keng dari pagi sibuk melayani umat yang silih berganti datangi kelenteng, terlihat juga Ketua Yayasan Kesejahteraan Sentosa Ronny Attan.
Menurut Rudy Lidra (foto) yang dikenal sebagai ketua Perkumpulan Hakka Jambi, sesibuk apapun, jika waktunya sembahyang, maka segala pekerjaan mesti ditinggalkan, “Kita jangan tau hanya bekerja setiap hari, kalau waktunya sembahyang, semua pekerjaan sementara ditinggalkan”. Ujar Rudy Lidra.
Menurut legenda asal muasal Sejit Ong Seng Kong yang sebelum dititis menjadi Sen Ming adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan belantara yang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia bermukimss didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan, agar bisa merawat hutan yang tidak terawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ming.
Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dengan persembahan sesajen kepada Kun Ciong (pengawal para shen ming) dan roh-roh yang tidak terurus oleh pihak keluarga, upacara dipimpin oleh rohaniwan dari Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Hok Sin Tong Jambi dengan membaca So Bun (sejenis mantera pemberitahuan/ undangan red).
Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati she jit Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan). (Romy/ Yuliawati)