Tampilkan postingan dengan label Ong Seng Kong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ong Seng Kong. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Maret 2019

Perayaan Sejit Shenren (dewa) Penjaga Hutan “Ong Seng Kong”

JAMBI – Perayaan Sejit Shen Ren (Dewa) Penjaga Hutan ramai dihadiri kaum hawa, walaupun lokasi ibadah terletak sembilan kilo meter dari kota Jambi. Mereka ada yang datang berombongan, ada juga yang datang dengan mengunakan jasa tukang ojek.

Kehadiran umat kota Jambi di Kelenteng Sam Leng Keng yang berlokasi arah menuju Tangkit, Rt. 19, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, kota Jambi untuk ikut sembahyang Sejit Ong Seng Kong. Ong Seng Kong merupakan sosok yang sangat penyayang hutan rimba, Ong Seng Kong juga pernah bermukim dikawasan Sembagsel (Jambi-Palembang) masa lalu.

Hasil pantauan dilapangan, Rabu (13/3) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun, umumnya kaum hawa pada membawa berbagai sesajian.

Terlihat Rudy Lidra selaku ketua Klenteng Sam Leng Keng dari pagi sibuk melayani umat yang silih berganti datangi kelenteng.

Menurut Rudy Lidra yang dikenal sebagai ketua Perkumpulan Hakka Jambi, sesibuk apapun, jika waktunya sembahyang, maka segala pekerjaan mesti ditinggalkan, “Kita jangan tau hanya bekerja setiap hari, kalau waktunya sembahyang, semua pekerjaan sementara ditinggalkan”. Ujar Rudy Lidra.

Menurut legenda asal muasal Sejit Ong Seng Kong yang sebelum dititis menjadi Sen Ming adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan belantara yang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia bermukimss didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan, agar bisa merawat hutan yang tidak terawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ren.

Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dengan persembahan sesajen kepada Kun Ciong (pengawal para shen ren).

Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati she jit Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan). (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

Selasa, 15 Maret 2016

Perayaan HUT Penjaga Hutan Ong Seng Kong

JAMBI,ayojambi.com – Perayaan Sejit Shen Ming Penjaga Hutan ramai dihadiri kaum hawa, walaupun lokasi ibadah terletak sembilan kilo meter dari kota Jambi. Mereka ada yang datang berombongan, ada juga yang datang dengan mengunakan jasa tukang ojek.

Kehadiran umat kota Jambi di Kelenteng Sam Leng Keng yang berlokasi arah menuju Tangkit, Rt. 19, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, kota Jambi untuk ikut sembahyang Sejit Ong Seng Kong. Ong Seng Kong merupakan sosok yang sangat penyayang hutan rimba, Ong Seng Kong juga pernah bermukim dikawasan Sembagsel (Jambi-Palembang) masa lalu.
H
asil pantauan dilapangan, Senin (15/3) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun, umumnya kaum hawa pada membawa sertakan putra-putri mereka.

Terlihat Rudy Lidra selaku ketua Kelenteng Sam Leng Keng dari pagi sibuk melayani umat yang silih berganti datangi kelenteng.

Menurut Rudy Lidra yang dikenal sebagai ketua Perkumpulan Sosial Hakka Jambi, sesibuk apapun, jika waktunya sembahyang, maka segala pekerjaan mesti ditinggalkan, “Kita jangan tau hanya bekerja setiap hari, kalau waktunya sembahyang, semua pekerjaanpun sementara ditinggalkan”. Ujar Rudy Lidra.

Menurut legenda asal muasal Sejit Ong Seng Kong yang sebelum dititis menjadi Sen Ming adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan belantara yang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia bermukimss didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan, agar bisa merawat hutan yang tidak terawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ming.

Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dengan persembahan sesajen kepada Kun Ciong (pengawal para shen ming) dan roh-roh yang tidak terurus oleh pihak keluarga dengan membaca So Bun (sejenis mantera pemberitahuan/ undangan red).

Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati she jit Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan). (Romy)
* www.ayojambi.com/

Jumat, 07 Maret 2014

Perayaan Haul Penjaga Hutan Ong Seng Kong

JAMBI, ayojambi.com – Perayaan Sejit Shen Ming Penjaga Hutan ramai dihadiri kaum hawa, walaupun lokasi ibadah terletak sembilan kilo meter dari kota Jambi. Mereka ada yang datang berombongan, ada juga yang datang dengan mengunakan jasa tukang ojek.
Kehadiran umat Khonghucu kota Jambi (foto) di Kelenteng Sam Leng Keng yang berlokasi arah menuju Tangkit, Rt. 19, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, kota Jambi untuk ikut sembahyang Sejit Ong Seng Kong. Ong Seng Kong merupakan sosok yang sangat penyayang hutan rimba, Ong Seng Kong juga pernah bermukim dikawasan Sembagsel (Jambi-Palembang) masa lalu.

Hasil pantauan dilapangan, Jumat (7/3) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun, umumnya kaum hawa pada membawa sertakan putra-putri mereka.

Terlihat Rudy Lidra selaku ketua Kelenteng Sam Leng Keng dari pagi sibuk melayani umat yang silih berganti datangi kelenteng, terlihat juga Ketua Yayasan Kesejahteraan Sentosa Ronny Attan.

Menurut Rudy Lidra (foto) yang dikenal sebagai ketua Perkumpulan Hakka Jambi, sesibuk apapun, jika waktunya sembahyang, maka segala pekerjaan mesti ditinggalkan, “Kita jangan tau hanya bekerja setiap hari, kalau waktunya sembahyang, semua pekerjaan sementara ditinggalkan”. Ujar Rudy Lidra.

Menurut legenda asal muasal Sejit Ong Seng Kong yang sebelum dititis menjadi Sen Ming adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan belantara yang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia bermukimss didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan, agar bisa merawat hutan yang tidak terawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ming.

Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dengan persembahan sesajen kepada Kun Ciong (pengawal para shen ming) dan roh-roh yang tidak terurus oleh pihak keluarga, upacara dipimpin oleh rohaniwan dari Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Hok Sin Tong Jambi dengan membaca So Bun (sejenis mantera pemberitahuan/ undangan red).

Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati she jit Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan). (Romy/ Yuliawati)

Selasa, 28 Februari 2012

Kaum Hawa Ramaikan Sejit Shen Ming “Ong Seng Kong”

JAMBI – Ratusan kaum hawa menghadiri sejit shen ming (dewa) Ong Seng Kong di Klenteng Kuang Leng Miau dibilangan Jalan Brigjen Katamso, Lorong Sriwijaya Rt. 12 Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur dan sekaligus melakukan Kho Kun (sedekah sesajian) yang dipersembahkan kepada para khun ciong (pengawal dewa) dan mahluk  (roh) penasaran/ gentayangan.
Menurut penuturan Liang Yu pengurus Klenteng , bahwa Klenteng Kuang Leng Miau adalah warisan dari Almarhum Apek Macan yang awalnya hanya sebuah rumah ibadah pribadi milik Almarhum Apek macan yang didirikan pada tahun 1952 dengan atap nipah dan dibangun menjadi permanen oleh masyarakat Tionghoa Jambi pada 2004 silam.

Hasil pantauan dilapangan, Selasa pagi (28/02) sejak pukul 10.00 berbagai kaum hawa mulai berdatangan untuk mengikuti prosesi ritual memperingati hari ulang tahun dan prosesi kho kun, umumnya kaum hawa pada membawa sertakan putra maupun putri mereka.

Prosesi seperti biasanya, diawali dengan memohon izin kepada Tie Kong (Tuhan red) untuk dapat melaksanakan ritual perayaan hari ulang tahun sang dewa Ong Seng Kong dan kho kun persembahan sesajen kepada mahluk/roh yang tidak diurusi oleh pihak keluarga, upacara dipimpin oleh rohaniwan dari Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin) Sai Che Tien Jambi dengan membaca So Bun (sejenis mantera pemberitahuan/undangan red).

Setelah itu baru memasuki tahap kedua yaitu prosesi sembahyang memperingati HUT dewa Ong Seng Kong dengan membacakan Ci Bun (sejenis laporan untuk dewa yang bersangkutan), selanjutnya baru memasuki upacara Kho Kun atau yang dikenal dengan sebutan kho kun dalam dan kho kun luar, yang dimaksud dengan kho kun dalam yaitu mempersembahan berbagai jenis makanan, buah-buahan dan Kim Cua (kertas sembahyang red) kepada para pengawal Sang Dewa yang ada didalam klenteng tersebut, seusai prosesi didalam baru melakukan kho kun diluar untuk para mahluk atau roh yang meninggal tidak tidak diurusi oleh pihak keluarganya, maupun meninggal tidak wajar seperti meninggal dunia gantung diri, kecelakaan, dibunuh orang dan lain sebagainya, maka perlu diadakan kho kun atau sedekahkan makanan dan lain-lain sebagainya kepada mahluk dan roh. (Romy)

Legenda, Asal Muasal Shen Ming “Ong Seng Kong”

JAMBI - Menurut legenda asal muasal Dewa Ong Seng Kong sebelum dititis menjadi dewa adalah sesosok manusia yang dikenal sangat menyayangi hutan berantara yang hijerah dari Tiongkok ke Indonesia bermukin didaerah antara Jambi dan Palembang, beliau rela bermukim didalam hutan untuk merawat hutan yang tidak dirawat oleh manusia bahkan menghabiskan waktu seorang diri didalam rimba yang terdapat di pulau Sumatera, bahkan sampai Ong Seng Kong wafat dan dikebumikan didaerah Bayunglincir (Sumsel) sedangkan rohnya dititis menjadi shen ming.
Mengingat jasa-jasa Ong Seng Kong yang begitu besar terhadap alam semesta maka masyarakat di Tiongkok membuatkan Kim Sin atau patung yang merupakan wajah Ong Seng Kong dan dibuatkan altarnya untuk disembahyangkan masyarakat Tionghoa.

Menurut beberapa sumber, bahwa sangat meragukan keberadaan makam Ong Seng Kong yang kabarnya dikebumikan di Bayung Lincir, karena jika memang ada pastilah warga pada kesana. Namun tidak dapat dipungkiri memang Ong Seng Kong adalah seorang penyayang rimba (hutan) yang pernah bermukim di Jambi masa lalu, legenda tersebut telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. (Romy)