TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Muhammad Jafar, calon anggota legislatif (Caleg) untuk DPRD Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tampaknya tak mau rugi.
Caleg nomor urut 7 tersebut, meminta warga mengembalikan uang yang diberikannya sebelum Pemilu 2014 digelar pada Rabu (9/4/2014).
Pasalnya, Jafar sakit hati lantaran warga yang sudah mendapat uang justru tidak memilih dirinya. Alhasil, perolehan suaranya jeblok dan terancam tak dilantik jadi anggota DPRD.
Kaharuddin, satu warga yang menerima "politik uang" dari Jafar menuturkan, dia dan 22 pemilih di TPS 07, Kampung Nelayan, Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, mendapat uang total Rp 3.450.000.
Tapi, setelah penghitungan suara di TPS 07 selesai, Jafar mengetahui dirinya hanya mendapat dua suara pemilih.
"Dia datang ke rumah, berapa hari sebelum pencoblosan. Dia kasih uang, datang ke rumah mengatakan 'tolonglah cari-carikan suara di sini'. Dia menyerahkan uang untuk 23 suara," tutur Kaharuddin, Kamis (10/4/2014).
Pada 7 April atau dua hari sebelum pencoblosan, J memberikan 23 amplop untuk disebar. Setiap amplop berisi Rp 150.000. "Jumlah keseluruhannya R p3.450.000," ujarnya.
Saat memberikan uang tersebut, tak ada perjanjian antara Kaharuddin dengan J. "Dia cuma ngomong, hanya minta bantu dicarikan suara di perumahan nelayan TPS 07, Mansapa," ujarnya.
Setelah menerima amplop berisi uang, Kaharuddin lalu menyerahkan kepada warga. "Saya menambah uang Rp 600 ribu. Karena ada lagi empat orang warga yang minta. Itu uang saya sendiri, saya ratakan Rp150.000," ujarnya.
Namun, setelah penghitungan, suara yang diperoleh J diketahui hanya dua. "TPS 07 ada dua suara. Ternyata yang diharapkan tidak sesuai," katanya.
Mengetahui jumlah suara tidak sesuai dengan amplop yang dibagikan, J mengirimkan pesan singkat memintai pertanggungjawaban Kaharuddin.
"Jadi saya tanggapi SMS-nya, dia minta surat pertanggungjawaban, berarti dia meminta kembali uangnya," ujarnya.
Kaharuddin lalu menelepon J dan mempertanyakan maksud isi pesan singkat yang diterimanya.
"Dia bilang tolong kembalikan itu uang. Jadi saya bilang iya, Insya Allah saya akan usahakan kalau memang itu maunya. Karena saya bilang harga diri saya juga, saya tidak mau seperti itu," ujarnya.
Kamis pagi, J mengutus seseorang ke rumah Kaharuddin mengambil uang. Namun Kaharuddin menolak menyerahkan uang itu kepada suruhan J.
"Karena saya mau langsung sendiri kepada yang bersangkutan. Saya sudah kasih tadi sekitar jam 09.30. Itu saya serahkan tadi. Saya minta kuitansi tanda bukti bahwa dia sudah terima kembali uangnya," ujarnya.
https://id.berita.yahoo.com/caleg-pks-minta-warga-kembalikan-uang-politik-karena-222613801.html
Pasalnya, Jafar sakit hati lantaran warga yang sudah mendapat uang justru tidak memilih dirinya. Alhasil, perolehan suaranya jeblok dan terancam tak dilantik jadi anggota DPRD.
Kaharuddin, satu warga yang menerima "politik uang" dari Jafar menuturkan, dia dan 22 pemilih di TPS 07, Kampung Nelayan, Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, mendapat uang total Rp 3.450.000.
Tapi, setelah penghitungan suara di TPS 07 selesai, Jafar mengetahui dirinya hanya mendapat dua suara pemilih.
"Dia datang ke rumah, berapa hari sebelum pencoblosan. Dia kasih uang, datang ke rumah mengatakan 'tolonglah cari-carikan suara di sini'. Dia menyerahkan uang untuk 23 suara," tutur Kaharuddin, Kamis (10/4/2014).
Pada 7 April atau dua hari sebelum pencoblosan, J memberikan 23 amplop untuk disebar. Setiap amplop berisi Rp 150.000. "Jumlah keseluruhannya R p3.450.000," ujarnya.
Saat memberikan uang tersebut, tak ada perjanjian antara Kaharuddin dengan J. "Dia cuma ngomong, hanya minta bantu dicarikan suara di perumahan nelayan TPS 07, Mansapa," ujarnya.
Setelah menerima amplop berisi uang, Kaharuddin lalu menyerahkan kepada warga. "Saya menambah uang Rp 600 ribu. Karena ada lagi empat orang warga yang minta. Itu uang saya sendiri, saya ratakan Rp150.000," ujarnya.
Namun, setelah penghitungan, suara yang diperoleh J diketahui hanya dua. "TPS 07 ada dua suara. Ternyata yang diharapkan tidak sesuai," katanya.
Mengetahui jumlah suara tidak sesuai dengan amplop yang dibagikan, J mengirimkan pesan singkat memintai pertanggungjawaban Kaharuddin.
"Jadi saya tanggapi SMS-nya, dia minta surat pertanggungjawaban, berarti dia meminta kembali uangnya," ujarnya.
Kaharuddin lalu menelepon J dan mempertanyakan maksud isi pesan singkat yang diterimanya.
"Dia bilang tolong kembalikan itu uang. Jadi saya bilang iya, Insya Allah saya akan usahakan kalau memang itu maunya. Karena saya bilang harga diri saya juga, saya tidak mau seperti itu," ujarnya.
Kamis pagi, J mengutus seseorang ke rumah Kaharuddin mengambil uang. Namun Kaharuddin menolak menyerahkan uang itu kepada suruhan J.
"Karena saya mau langsung sendiri kepada yang bersangkutan. Saya sudah kasih tadi sekitar jam 09.30. Itu saya serahkan tadi. Saya minta kuitansi tanda bukti bahwa dia sudah terima kembali uangnya," ujarnya.
https://id.berita.yahoo.com/caleg-pks-minta-warga-kembalikan-uang-politik-karena-222613801.html
* www.ayojambi.com/