Jelang Imlek Warga Khonghucu Jambi Bersih Klenteng
JAMBI – Untuk lebih menyemarakan Imlek, setiap tahun pengurus Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) Sai Che Tien yang beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong KONI IV, Rt. 02, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi mengadakan bersih-bersih klenteng mulai dari altar roh suci sen ren (baca dewa), kim sin (baca patung dewa-dewi) hingga memasang lampion di kawasan klenteng (22/1-2017). Setiap tahun menjelang imlek kim sin roh suci di altar Makin klenteng Sai Che Tien dibersihkan dengan mengunakan arak [Lihat Gambar: Jelang Imlek Warga Khonghucu Jambi Bersih Klenteng].
“Membersihan kim sin atau patung dewa-dewa dalam klenteng menggunakan arak, arak selain untuk mengawetkan patung juga dipercaya memberikan kecerahan pada wajah para dewa”.
Sejumlah pengurus klenteng dan warga Tionghoa yang beragama Khonghucu dilingkungan klenteng bergotong royong membersihan seluruh bangunan Klenteng Sai Che Tien di kawasan koni empat Jambi.
"Para roh suka dibersihkan dengan arak putih/ anggur merah. Kami meyakini, mereka menjadi tampak semakin bersinar," tutur The Lien Teng, rohaniwan Makin Klenteng Sai Che Tien.
Roh suci utama dalam klenteng, yaitu Dewa Hook Hi Tee Sien (Fu Xi) berukuran tinggi satu meter, dan sangat berat, sehingga umat membersihkan patung tanpa menurunkannya terlebih dahulu. Sedangkan patung-patung lainnya harus diturunkan, dilepas pakaiannya, lalu dicuci dengan arak. Setelah itu, seluruh atribut dewa dipasang kembali.
Di klenteng terdapat beberapa kim sin, diantaranya Sam Ong Hu Tua Lang, Lam Hai Kwan Im, Hian Thien Siong Tee, Go Hu Tua Lang, dan Kwan Seng Tai Tee.
Setelah dibersihkan, seluruh bagian klenteng pun dihias dengan berbagai ornamen khas warga Tionghoa seperti lampion berwarna merah menyala.
Dengan membersihkan kim sin (patung dewa-dewi) jelang perayaan imlek 2568 kongzili, umat Khonghucu mengharapkan negara semakin maju, terhindar dari berbagai bencana, usaha lancar, keluarga sejahtera.
Tahun Baru Imlek bagi penganut Khonghucu merupakan hari raya keagamaan yang sangat penting, sakral dan bermakna. Karena jika ditinjau dari aspek sejarah, Imlek distandarisasi pertama kali pada zaman Dinasti Han (202 SM-220).
Ada catatan tidak resmi yang menyatakan bahwa dahulu hampir semua orang Tionghoa di Indonesia adalah Khonghucu, hal ini diperkuat dengan adanya Perpres No 1/1965, Khonghucu diakui sebagai salah satu agama besar yang berperan pada sejarah perkembangan Indonesia sehingga mendapatkan perlakuan yang sama dengan agama yang lainnya.
Di Indonesia, Imlek secara nasional pertama kali diprakarsai oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) dan diklaim sebagai hari raya agama Khonghucu. Karena memang Indonesia tidak pernah mengenal hari raya suatu golongan etnis tertentu.
Penetapan Imlek sebagai hari raya karena ada pengakuan Khonghucu sebagai satu agama yang diakui di Indonesia (sesuai sikap PBB terhadap agama Khonghucu/Confucianism) dan sejarah membuktikan diantara organisasi Tionghoa yang lain perlu diakui, MATAKIN-lah pionir (dengan bantuan Gus Dur dan beberapa tokoh agama lain) sejak dahulu konsisten memperjuangkan persamaan hak-hak etnis Tionghoa dan agama Khonghucu pada khususnya walau dalam kungkungan dan intimidasi rezim Orde Baru yang sangat diskriminatif itu. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi