Selasa, 24 Mei 2011

Cara Mendidik Anak yang Baik

Fan Zongyan (989-1052) adalah seorang pemikir dan sastrawan terkenal dalam sejarah China selama zaman Dinasti Song Utara dan merupakan seorang yang kental dengan ajaran Konghucu, dia berbakti kepada negara sebagai seorang penasehat politik. Di “Menara Yueyang”nya, dia menuliskan sebuah kalimat yang akhirnya dikenang secara abadi, yang berbunyi, “Seseorang seharusnya memikirkan negaranya terlebih dahulu baru berhak ikut menikmati kebahagiaan yang diperoleh.” Dia mengajarkan anak-anaknya untuk hidup sesuai dengan standar moral yang tinggi.
Dia sangat tekun dalam mendidik anak-anaknya. Dia mengajarkan anak-anaknya bagaimana membawa diri dan melakukan perbuatan-perbuatan yang bajik. Melalui ajarannya ini, keempat putranya semua mendapatkan didikan yang baik dan berintegritas tinggi. Keluarga Fan hidup dalam kondisi sederhana dan sangat suka untuk membantu masyarakat.

"Orang yang paling bodoh bisa menjadi sangat rasional ketika dia melihat kesalahan orang lain, dan orang yang sangat pintar bisa menjadi sangat bodoh ketika dia mencari alasan atas kesalahannya sendiri. Oleh karena itu, jika seseorang dapat menegur diri sendiri seperti dia mencela orang lain dan memaafkan orang lain seperti dia memaafkan dirinya sendiri, maka orang itu dapat dengan mudah menjadi seorang bijak," katanya.
Sebagian orang bertanya pada Fan bagaimana pedoman untuk mematut diri sendiri dan orang lain. Dia menjawab, "Hanya orang yang sederhana dapat memupuk rasa hormat dan malu, dan hanya dengan memaafkan dapat membawa kebajikan dan pahala."

Fan Zhongyan suatu kali memerintah putra keduanya, Fan Chunren, untuk membawakan beberapa keranjang berisikan gandum dari Suzhou menuju Provinsi Sichuan. Dalam perjalanan pulangnya, Chunren bertemu dengan teman lamanya Shi Manqing. Chunren kemudian menyadari bahwa keluarga Shi telah jatuh miskin. Para anggota keluarga Shi telah meninggal dunia, tetapi Shi tidak memiliki uang untuk melakukan upacara pemakaman maupun membeli tanah untuk menguburkan anggota keluarganya. Setelah Chunren mengetahui keadaan susah yang dialami oleh Shi itu, Chunren memberikan keranjang-keranjang yang berisikan gandum itu kepada Shi sebagai bantuan untuk membantunya agar bisa kembali ke kampung halamannya.

Fan Chunren pun pulang ke rumah setelah itu dan karena takut untuk menceritakan hal ini kepada ayahnya, jadi dia hanya tetap berdiri di dekat ayahnya dalam waktu yang lama tanpa menceritakan masalahnya Fan Zhongyan lalu bertanya kepadanya, “ Apakah kamu bertemu dengan teman kamu di Suzhou?” Fan Chunren menjawab, “Iya, ketika saya dalam perjalanan pulang melewati Danyang, saya bertemu dengan Shi Manqing. Dia tidak bisa pulang ke kampung halamannya karena tidak memiliki uang.” Fan Zhongyan berkata, “ Kenapa kamu tidak memberi dia gandumnya?” Fan Chunren berkata, “saya sudah memberinya.” Ketika Fan Zhongyang mendengar apa yang telah dilakukan oleh putranya itu, dia merasa sangat senang dan berulang kali memuji putranya karena telah melakukan sesuatu yang baik dan tepat.

Meskipun Fan Zhongyan menjabat sebuah jabatan yang tinggi di dalam pemerintahan dan memiliki penghasilan yang besar, dia tidak menyimpan semua uangnya itu untuk anak-anaknya, melainkan sering membantu rakyat yang miskin, dan menjadi seorang contoh teladan bagi keturunannya. Ketika putra pertamanya Fan Chunyou berusia 16 tahun, dia mengikuti Fan Zhongyan berperang melawan Xixia dan menerima banyak penghargaan atas keberaniannya itu. Dia adalah asisten yang baik bagi ayahnya.

Putra keduanya, Fan Chunren, kemudian menjabat sebagai perdana menteri. Selama 50 tahun dia bekerja sebagai petinggi pemerintah, dia telah mengerahkan segala kemampuannya untuk memenuhi tanggung jawabnya itu. Si putra ketiga, Fan Chunli, adalah seorang asisten bagi sang perdana menteri. Putra keempatnya, Fan Chundui, adalah wakil menteri dalam negeri. Dengan pengaruh besar dari ayahnya, para putranya semua bersikap luhur dan sangat memedulikan kondisi rakyatnya. Mereka sangat jujur, lurus, dan sederhana. Mereka menghabiskan semua penghasilan mereka untuk membantu desa-desa yang miskin tetapi mereka sendiri tinggal dalam kehidupan yang sangat sederhana.

Filsafat kuno dalam ajaran didikan sebuah keluarga selalu memasukan orientasi etika sebagai nilai moral tertinggi. Para orang tua selalu ingin meninggalkan sesuatu yang terbaik bagi anak-anak mereka. Kenyataannya, tidak peduli berapa uang yang para orang tua tinggalkan buat anak-anak mereka, semua itu adalah harta benda dalam kehidupan duniawi saja. Hanya mendidik para anak bagaimana berbuat baik dan berbuat kebajikanlah yang merupakan rencana jangka panjang yang paling bagus buat anak-anak, karena kebajikan merupakan asas yang paling fundamental dan atribut yang paling baik. Ia merupakan sumber dari segala pemberkatan. Ia adalah kekayaan yang paling bisa diandalkan untuk ditinggalkan kepada anak-anak anda.

Fan berlatih kultivasi diri dan setiap hari setelah kembali dari kantor pemerintah, dia mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang murah. Dia juga tidak pernah memilih-milih makanan yang dia makan. Dia terus melakukan ini terlepas dari pangkat yang telah dia capai sepanjang hidupnya.
Dalam berhubungan dengan orang lain, orang Tiongkok kuno mendidik anak-anak mereka untuk bersifat keras terhadap diri sendiri dan memaafkan orang lain. Oleh karena itu Fan menasehati anak-anak dan murid-muridnya bahwa kunci moralitas yang tinggi adalah "mengecam diri dengan cara seperti diri sendiri menemukan kesalahan orang lain dan memaafkan orang lain seperti seseorang memaafkan dirinya sendiri."

Dalam prakteknya, ini tidak begitu mudah. Orang cenderung melihat dunia sebagai tidak memuaskan, korup, merasa tidak puas dan tidak nyaman. Jengkel dan terganggu, mereka mulai menyalahkan dan mencela orang lain.

Kita sering membicarakan banyak prinsip-prinsip besar untuk menutupi masalah kita sendiri. Ketika kita melihat kekurangan orang lain, kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Ini bukanlah cara untuk kultivasi tingkah laku seseorang.

Langkah pertama dalam berkultivasi pahala adalah dengan mulai mengidentifikasi kekurangan kita sendiri. Setelah kita mempelajari sebuah prinsip, akan mudah untuk menerapkannya kepada orang lain, tetapi jauh lebih sulit untuk menerapkannya ke diri kita sendiri.

Hanya berbicara tentang prinsip-prinsip itu tidak akan berhasil kecuali kita menerapkannya dalam tindakan nyata. Setiap kali timbul konflik atau kesulitan, kita harus terlebih dahulu memperbaiki diri sendiri daripada mengkritik atau menyalahkan orang lain. Modal moral kita akan bertambah jika kita dapat terus menerus memeriksa diri sendiri dan toleransi dengan kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini, pada gilirannya akan memungkinkan kita untuk mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif.

Masalah yang kita lihat pada orang lain harus berfungsi sebagai pengingat untuk diri kita sendiri untuk tidak membuat kesalahan yang sama. Jika kita dapat sungguh-sungguh memaafkan orang lain dengan cara yang sama kita memaafkan diri sendiri, kesucian akan berada dalam jangkauan

http://www.confucian.me/group/hikayattiongkokkuno/forum/topics/fan-zhongyan-fan-zhong-yan