Secara tidak sengaja, seorang tim pemugaran di Candi Kedaton menemukan makara (arca) pada Rabu (10/8-2011) silam. Makara tersebut saat ditemukan berada dalam timbunan tanah yang biasa disebut menapo. Kondisi dua makara yang ditemukan relatif utuh dan masih berada pada konteks bangunan yang berupa reruntuhan bata.
Sepasang makara berwujud seperti perpaduan antara ikan dan gajah. Hanya saja terdapat perbedaan pada detil-detil ornament di kedua makara tersebut. Dengan ditemukan makara di Candi Kadaton beberapa waktu lalu, kini Candi Kadaton menjadi pusat perhatian warga kota Jambi dan sekitarnya.
Menurut penuturan satu pengunjung yang telah berniat ke Candi Candi kadaton beberapa waktu lalu, namun pada hari ini (14/8) baru ada waktu ke Candi Kadaton untuk melihat langsung bentuk makara, “Kami sekeluarga sangat penasaran dan ingin melihat secara dekat bentuk makara (arca) yang baru-baru ini ditemukan.”
Selain itu, dirinya mengatakan, bila kompleks situs ini sudah diakui sebagai warisan budaya dunia, maka pembangunan di lokasi ini akan menjadi sangat cepat. "Turis asing di seluruh dunia tentu ingin melihat dan belajar kemari. Sebab, ini bukan hanya peninggalan sejarah tetapi juga warisan dunia yang bisa dipelajari," ujarnya.
Situs Candi Muaro Jambi terletak ditepi sungai Batanghari di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 KM dari Kota Jambi atau 30 KM dari Kota Sengeti. Situs kepurbakalaan Muaro Jambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang lebih 12 KM persegi.
Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi sebagian besar berada di daerah aliran sungai Batanghari. Beberapa abad silam daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di nusantara maupun asing seperti China, India, Persia, Arab, Eropa serta negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara. Keberadaan situs Muaro Jambi diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883. (romy)
Sepasang makara berwujud seperti perpaduan antara ikan dan gajah. Hanya saja terdapat perbedaan pada detil-detil ornament di kedua makara tersebut. Dengan ditemukan makara di Candi Kadaton beberapa waktu lalu, kini Candi Kadaton menjadi pusat perhatian warga kota Jambi dan sekitarnya.
Menurut penuturan satu pengunjung yang telah berniat ke Candi Candi kadaton beberapa waktu lalu, namun pada hari ini (14/8) baru ada waktu ke Candi Kadaton untuk melihat langsung bentuk makara, “Kami sekeluarga sangat penasaran dan ingin melihat secara dekat bentuk makara (arca) yang baru-baru ini ditemukan.”
Selain itu, dirinya mengatakan, bila kompleks situs ini sudah diakui sebagai warisan budaya dunia, maka pembangunan di lokasi ini akan menjadi sangat cepat. "Turis asing di seluruh dunia tentu ingin melihat dan belajar kemari. Sebab, ini bukan hanya peninggalan sejarah tetapi juga warisan dunia yang bisa dipelajari," ujarnya.
Situs Candi Muaro Jambi terletak ditepi sungai Batanghari di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 KM dari Kota Jambi atau 30 KM dari Kota Sengeti. Situs kepurbakalaan Muaro Jambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang lebih 12 KM persegi.
Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi sebagian besar berada di daerah aliran sungai Batanghari. Beberapa abad silam daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di nusantara maupun asing seperti China, India, Persia, Arab, Eropa serta negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara. Keberadaan situs Muaro Jambi diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883. (romy)