Tampilkan postingan dengan label Makara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makara. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juni 2013

Mahasiswa FIB Universitas Indonesia Melakukan Penelitian Di Candi Kedaton

JAMBI – Siapa yang tidak kenal Candi Muarojambi peninggalan umat Buddha pada masa Kerajaan Melayu abad VII hingga XIV ini masih menumbuhkan getaran yang dirasakan dunia hingga kini. Di sinilah berdiri monumen kebesaran sebuah bangsa.
Pada masa itu, ratusan biksu dari sejumlah negara berlayar ke Muaro Jambi (video) untuk menimba ilmu. Tidak hanya untuk memperdalam agama, mereka juga mempelajari ilmu kedokteran, logika, filosofi, hingga tata bahasa.

Kemasyhuran nama Muaro Jambi sebagai tempat lahirnya para agamawan kondang mengundang kehadiran tokoh-tokoh agama dari berbagai negara. Tidak ketinggalan Sekumpulan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia melakukan penelitian di Candi Kedaton yang termasuk kompleks percandian Muaro Jambi.

Minggu siang (23/6) rombongan Universitas Indonesia (UI) yang dipimpim oleh Prof. Dr. Bambang Wibawarta (Dekan FIB UI), Prof. Dr. Noerhadi Magatsari, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Dr. Kresno Yulianto (ketua departement Arkeologi UI), dr. Wanny Raharjo, Dr. Cecep Eka Permana, Drs. Agi Ginandjar, M, Drs. Agus Widiatmo, MM, Drs. R.R. Wiwoho mengunjungi komplek Candi Muarojambi.

Kedatangan rombongan disambut oleh tokoh Pencinta Candi Muarojambi, Hidayat, sebelum meluncur ke candi, rombongan diterima Gubernur Jambi Hasan Basri Agus dirumah dinas Gubernur Jambi.

Dari hasil peneliti mahasiswa, menemukan beberapa bangunan penting yang menunjukkan bukti bahwa di masa lampau Candi Muarojambi merupakan pusat pembelajaran agama Buddha paling tidak di Asia Tenggara, diantaranya ialah sumber pentirtaan yaitu bangunan sumur. "Di sini kita menemukan bangunan candi, pentirtaan yang diwakili oleh sumur kolam atau sumber air lainnya dan juga tempat tinggal para pendeta," sebut Prof Dr Agus Aris Munandar dari Universitas Indonesia (UI).

Temuan struktur baru oleh para peneliti UI ini mengundang rasa ingin tahu Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, Minggu (23/6) sore Gubernur yang didampingi Kadis Pariwisata Provinsi Jambi Budidaya dan staf ahli gubernur Junaidi T Noor datang melihat langsung di kompleks Candi Kedaton.

Jika tidak ada alar melintang, besok akan diadakan penandatangan MOU antara Pemerintah Provinsi Jambi dengan Universitas Indonesia tentang penelitian Arkeologi di Kawasan Percandian Muarajambi. (Romy)

Jumat, 02 November 2012

Makara di Candi Muarojambi Selesai Dipugari

MUARO JAMBI - Secara tidak sengaja para pekerja pemugaran di Candi Kedaton, pagi tadi (10/8) kembali menemukan Arca (Makara) di menapo kompleks Candi Kedaton. arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.

Makara ini menghadap selatan ke arah bangunan candi induk Kedaton. Makara yang ada di sebelah barat, di bagian bawah belakang belalai terdapat dua baris tulisan. Makara yang ada di sebelah timur di bagian belakang belalai terdapat dua tulisan singkat yang terpisah. Tidak seperti prasasti pada umumnya yang dipahat kedalam, prasasti pada makara ini dipahat timbul.

Makara pertama ditemukan dalam keadaan insitu dengan pasangannya. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran lebar 65 cm, tinggi 125 cm, dan panjang 130 cm. Pada bagian bawah belakang belalai makara sebelah barat terdapat dua baris tulisan yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno.
Makara ini terlihat berbeda dengan dua makara sebelumnya. Jika makara pertama dan kedua ditemukan merupakan perpaduan wujud ular naga dan gajah, yang diidentikkan sebagai sepasang jantan-betina, maka makara ketiga ini merupakan perwujudan antara monyet dan gajah.

"Boleh dikatakan sejak ditemukannya Makara itu, jumlah pengujung meningkat tajam dari hari-hari sebelumnya, sebagian besar merupakan warga Jambi."

Gapura tempat ketiga makara ditemukan diperkirakan memiliki dua lekukan. Sedangkan tinggi anak tangga belum bisa dipastikan. Hanya saja untuk tinggi bordes (tangga untuk naik ke pintu) pada gapura diperkirakan mencapai satu meter di atas permukaan tanah.

Makara atau Arca yang ditemukan di kawasan situs percandian Muarojambi, Provinsi Jambi, beberapa waktu yang lalu sudah selesai dipugari dan kini menjadi salah satu tempat objek wisata yang banyak dikunjungi warga yang ingin mengetahui benda bersejarah tersebut. (Romy)

Sabtu, 03 September 2011

Candi Kadaton Dikunjungi Bhikkhu Asal Bhutan

JAMBI – Suatu kehormatan dimana salah satu situs purbakala kebanggaan masyarakat Provinsi Jambi, yakni situs Candi Muarojambi kembali mendapatkan kunjungan dari Bhikkhu asal Bhutan, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup beserta rombongan, Sabtu (3/9-2011) siang. Candi Muarojambi merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang cukup terkenal bahkan terbesar di asia tenggara.
Untuk itu, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup mengaku sangat tertarik untuk melihat situs tersebut secara dekat, yang berada di areal Candi Muarojambi luasnya lebih besar dari Candi Borobudur.

“Saya pernah ke sini, makanya keinginan kembali melihat penemuan Makara di Candi Kadaton. baru mendapatkan kesempatan hari ini,” ujarnya saat kegiatannya keliling candi. Keinginanya melihat makara yang ditemukan tim Ekskavasi (Pemugaran) Candi Kedaton.

Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup menjelaskan bahwa keberadaan Candi Muaro Jambi ini merupakan salah satu bukti bahwa, banyak sekali benda peninggalan sejarah yang terdapat di Provinsi Jambi.

Gelar Pradaksina
Selain melihat makara di Candi Kadaton, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup juga melakukan ritual sembahyang. Ritual ini dilakukannya sebagai salah bentuk penghormatan kepada candi yang dianggap sebagai salah satu benda suci dan juga meninjau Gedung Museum Candi Muarojambi, serta melepaskan ratusan ekor burung yang dikenal fang shen. (Romy)

Kamis, 01 September 2011

Prasasti Singkatan pada Makara Gapura Candi Kadaton

Pada tanggal 10 Agustus 2011 di kompleks Candi Kedaton, pada salah satu runtuhan gapura, dilakukan pekerjaan pengupasan untuk pemugaran. Dalam melakukan pengupasan gapura di halaman utara bangunan candi Kedaton, ditemukan sepasang makara yang masih intak di sebelah kiri dan kanan tangga. Sepasang makara ini menghadap selatan ke arah bangunan candi induk Kedaton. Makara yang ada di sebelah barat, di bagian bawah belakang belalai terdapat dua baris tulisan.
Makara yang ada di sebelah timur di bagian belakang belalai terdapat dua tulisan singkat yang terpisah. Tidak seperti prasasti pada umumnya yang dipahat kedalam, prasasti pada makara ini dipahat timbul.

Makara pertama ditemukan dalam keadaan insitu dengan pasangannya. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran lebar 65 cm, tinggi 125 cm, dan panjang 130 cm. Pada bagian bawah belakang belalai makara sebelah barat terdapat dua baris tulisan yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno. Bunyi dari tulisan tersebut adalah: [1] || pamursitanira mpu ku [2] suma || 0 \\ ~. Pada tanda pembuka lebih panjang, mirip “cakra” (pasangan “ra”).

Sepertinya bacaannya (yakin) seperti itu, tapi kalau kita cari maksudnya "pamursita" mungkin dari kata dasar "mursita", bentuk keliru dari "murccita" yang artinya 'tak sadarkan diri; pasrah'. Karena ditambah awalan "pa" (menunjukkan tempat), maka dapat ditafsirkan sebagai "tempat mengheningkan ciptanya (meditasinya) Mpu Kusuma". Boleh jadi, Candi Kedaton dimaksudkan sebagai tempat meditasi dari Mpu Kusuma.


Makara berikutnya terdapat di sebelah timur makara 1. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 125 cm, dan panjang 115 cm. Tepat di bagian belakang belalai terdapat tulisan yang berbunyi @so nga@ (tanda @ maksudnya titik). Kami tidak mengetahui apa maksud “kata” ini, dan mengapa penulisannya terpisah antara bunyi “so” dan bunyi “nga”.

Semua tulisan itu ditulis dalam aksara "Kadiri Kuadrat", mirip dengan tulisan prasasti Saŋ Hyaŋ Tapak (952 Śaka) dan prasasti yang dipahatkan pada tempayan batu koleksi Museum Nasional. Dengan demikian prasasti pada makara tersebut berasal dari sekitar abad ke-11 Masehi. Sepertinya prasasti dengan tulisan "Kadiri Kuadrat" di Sumatra masih terbilang langka, dan baru kali ini prasasti yang ditulis dengan aksara kuadrat ditemukan.

Bambang Budi Utomo dan Trigangga

Rabu, 24 Agustus 2011

Wisata Sepeda di Candi Muaro Jambi

MUARO JAMBI – Disaat mengunjungi Situs Muaro Jambi, jangan hanya sekedar untuk menikmati keindahan alam disekitar candi. Untuk menikmati keindahan Candi Muaro Jambi serta benda bersejarah dari masa lalu denga mengelilingi komplek percandian seluas 12 kilometer dengan sepeda.
Apabila anda berniat untuk mengeliling kompleks percandian seluas 12 kilometer bujur sangkar ini berdiri sejumlah candi. Anda tidak usah membawa sepeda dari rumah, lantaran semua telah tersedia di komplek percandian, biaya sewa menyewa relatif murah, satu jam Rp. 5.000. anda juga bisa keliling candi dengan jasa tukang ojek setempat.

Waktu anda memasuki pintu gerbang candi, sekitar 200 meter saat masuk akan langsung terlihat sebuah pos satpam candi. Persis di depan pos terjejer puluhan sepeda, tingal anda memilih sepeda untuk dinaiki dua orang atau untuk tiga orang. Setelah anda menyewa sepeda, selanjutnya anda bisa keliling candi megah, yaitu candi Gumpung. Di sekitar candi juga akan terlihat beberapa candi-candi kecil lainnya.

Sekitar candi Gumpung, ada sebuah candi yang lebih tinggi, yaitu Candi Tinggi. Percandiain ini juga di kelilingi oleh pagar tembok dari bahan batu bata berukuran besar. ini yang membuat percandian ini menjadi unik.

Selain itu, masih banyak lagi candi-candi lainnya, yang jaraknya lumayan jauh dari percandian utama itu. Seperti candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan II, Candi Kedaton, Candi Koto Mahligai dan candi-candi lainya.

Kawasan Candi Muaro Jambi cukup eksotik. Hamparan rumput, pepohonan besar dan bangunan candi dari bata, baik yag utuh ataupun reruntuhan. Tak heran, lokasi ini cocok untuk tempat wisata keluarga.

Namun jangan lupa membawa kamera foto untuk mengabadikan keindahan candi maupun alam disekitar percandian sebagai kenangan indah anda bersama keluarga maupun sang kekasih tercinta (Romy)

Selasa, 16 Agustus 2011

Heboh, Pekerja Pemugaran Candi Kembali Menemukan Arca

MUARO JAMBI – Secara tidak sengaja para pekerja pemugaran di Candi Kedaton, pagi tadi (16/8) kembali menemukan sebuah Arca (Makara) di menapo kompleks Candi Kedaton. arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.
Proses penggalian dilakukan secara manual oleh para penggali. penggalian terus di dampingi oleh ahli arkeolog dari BP3 Provinsi Jambi.

Jarak makara kedua tersebut ditemukan tepatnya berada dibelakang makara pertama ditemukan. dalam posisi miring kekiri.

Dengan ditemukan makara kedua ini, para pekerja yakin masih ada makara lain sekitar sini yang belum mereka temukan. Bentuk makara kedua tersebut beda dengan makara pertama, makara pertama bentuk ular, sedangkan yang kedua berbentuk monyet. (rom)
Heboh, Pekerja Pemugaran Candi Kembali Menemukan Arca
MUARO JAMBI – Secara tidak sengaja para pekerja pemugaran di Candi Kedaton, pagi tadi (16/8) kembali menemukan sebuah Arca (Makara) di menapo kompleks Candi Kedaton. arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.

Proses penggalian dilakukan secara manual oleh para penggali. penggalian terus di dampingi oleh ahli arkeolog dari BP3 Provinsi Jambi.

Jarak makara kedua tersebut ditemukan tepatnya berada dibelakang makara pertama ditemukan. dalam posisi miring kekiri.

Dengan ditemukan makara kedua ini, para pekerja yakin masih ada makara lain sekitar sini yang belum mereka temukan. Bentuk makara kedua tersebut beda dengan makara pertama, makara pertama bentuk ular, sedangkan yang kedua berbentuk monyet. (Romy)

Minggu, 14 Agustus 2011

Makara Di Candi Kadaton, Ramai Dikunjungi

MUARO JAMBI – Dalam beberapa bulan ini, sejak ditemukan sepasang Arca (makara) di situs kebanggaan masyarakat Jambi mendapatkan kunjungan dari berbagai kalangan masyarakat kota Jambi dan sekitarnya, diantanya Bhikkhu asal Thailand.
Secara tidak sengaja, seorang tim pemugaran di Candi Kedaton menemukan makara (arca) pada Rabu (10/8-2011) silam. Makara tersebut saat ditemukan berada dalam timbunan tanah yang biasa disebut menapo. Kondisi dua makara yang ditemukan relatif utuh dan masih berada pada konteks bangunan yang berupa reruntuhan bata.

Sepasang makara berwujud seperti perpaduan antara ikan dan gajah. Hanya saja terdapat perbedaan pada detil-detil ornament di kedua makara tersebut. Dengan ditemukan makara di Candi Kadaton beberapa waktu lalu, kini Candi Kadaton menjadi pusat perhatian warga kota Jambi dan sekitarnya.

Menurut penuturan satu pengunjung yang telah berniat ke Candi Candi kadaton beberapa waktu lalu, namun pada hari ini (14/8) baru ada waktu ke Candi Kadaton untuk melihat langsung bentuk makara, “Kami sekeluarga sangat penasaran dan ingin melihat secara dekat bentuk makara (arca) yang baru-baru ini ditemukan.”

Selain itu, dirinya mengatakan, bila kompleks situs ini sudah diakui sebagai warisan budaya dunia, maka pembangunan di lokasi ini akan menjadi sangat cepat. "Turis asing di seluruh dunia tentu ingin melihat dan belajar kemari. Sebab, ini bukan hanya peninggalan sejarah tetapi juga warisan dunia yang bisa dipelajari," ujarnya.

Situs Candi Muaro Jambi terletak ditepi sungai Batanghari di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 KM dari Kota Jambi atau 30 KM dari Kota Sengeti. Situs kepurbakalaan Muaro Jambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang lebih 12 KM persegi.

Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi sebagian besar berada di daerah aliran sungai Batanghari. Beberapa abad silam daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di nusantara maupun asing seperti China, India, Persia, Arab, Eropa serta negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara. Keberadaan situs Muaro Jambi diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883. (romy)

Selasa, 09 Agustus 2011

Penemuan Dua Arca di Candi Kadaton

MUARO JAMBI – Pekerja pemugaran Candi Kadaton, pagi tadi (10/8) menemukan dua Arca (Makara) di menapo kompleks Candi Kedaton. Kedua arca masih terbenam dalam tumpukan bebatuan menapo.

Saat ini proses penggalian masih dilakukan secara manual oleh para penggali. Proses penggalian masih terus di dampingi oleh arkeolog dari BP3 Jambi.

"Yang kita temukan ini namanya makara," ungkap Kepala BP3 Jambi, Toni Mampu, kepada `sejumlah wartawan.

Jarak kedua makara yang ditemukan berkisar 4 meter. Ditemukan dalam posisi berdiri sebagaimana mestinya. Dan awal sekali ditemukan pada bagian kepala makara itu sendiri. (rom)

Penemuan Dua Arca di Candi Kadaton

MUARO JAMBI – Pekerja pemugaran Candi Kadaton, pagi tadi (10/8) menemukan dua Arca (Makara) di menapo kompleks Candi Kedaton. Kedua arca masih terbenam dalam tumpukan bebatuan menapo.

Saat ini proses penggalian masih dilakukan secara manual oleh para penggali. Proses penggalian masih terus di dampingi oleh arkeolog dari BP3 Jambi.

"Yang kita temukan ini namanya makara," ungkap Kepala BP3 Jambi, Toni Mampu, kepada `sejumlah wartawan.

Jarak kedua makara yang ditemukan berkisar 4 meter. Ditemukan dalam posisi berdiri sebagaimana mestinya. Dan awal sekali ditemukan pada bagian kepala makara itu sendiri. (rom)