Kamis, 01 September 2011

Prasasti Singkatan pada Makara Gapura Candi Kadaton

Pada tanggal 10 Agustus 2011 di kompleks Candi Kedaton, pada salah satu runtuhan gapura, dilakukan pekerjaan pengupasan untuk pemugaran. Dalam melakukan pengupasan gapura di halaman utara bangunan candi Kedaton, ditemukan sepasang makara yang masih intak di sebelah kiri dan kanan tangga. Sepasang makara ini menghadap selatan ke arah bangunan candi induk Kedaton. Makara yang ada di sebelah barat, di bagian bawah belakang belalai terdapat dua baris tulisan.
Makara yang ada di sebelah timur di bagian belakang belalai terdapat dua tulisan singkat yang terpisah. Tidak seperti prasasti pada umumnya yang dipahat kedalam, prasasti pada makara ini dipahat timbul.

Makara pertama ditemukan dalam keadaan insitu dengan pasangannya. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran lebar 65 cm, tinggi 125 cm, dan panjang 130 cm. Pada bagian bawah belakang belalai makara sebelah barat terdapat dua baris tulisan yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno. Bunyi dari tulisan tersebut adalah: [1] || pamursitanira mpu ku [2] suma || 0 \\ ~. Pada tanda pembuka lebih panjang, mirip “cakra” (pasangan “ra”).

Sepertinya bacaannya (yakin) seperti itu, tapi kalau kita cari maksudnya "pamursita" mungkin dari kata dasar "mursita", bentuk keliru dari "murccita" yang artinya 'tak sadarkan diri; pasrah'. Karena ditambah awalan "pa" (menunjukkan tempat), maka dapat ditafsirkan sebagai "tempat mengheningkan ciptanya (meditasinya) Mpu Kusuma". Boleh jadi, Candi Kedaton dimaksudkan sebagai tempat meditasi dari Mpu Kusuma.


Makara berikutnya terdapat di sebelah timur makara 1. Dibuat dari batu andesit dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 125 cm, dan panjang 115 cm. Tepat di bagian belakang belalai terdapat tulisan yang berbunyi @so nga@ (tanda @ maksudnya titik). Kami tidak mengetahui apa maksud “kata” ini, dan mengapa penulisannya terpisah antara bunyi “so” dan bunyi “nga”.

Semua tulisan itu ditulis dalam aksara "Kadiri Kuadrat", mirip dengan tulisan prasasti Saŋ Hyaŋ Tapak (952 Śaka) dan prasasti yang dipahatkan pada tempayan batu koleksi Museum Nasional. Dengan demikian prasasti pada makara tersebut berasal dari sekitar abad ke-11 Masehi. Sepertinya prasasti dengan tulisan "Kadiri Kuadrat" di Sumatra masih terbilang langka, dan baru kali ini prasasti yang ditulis dengan aksara kuadrat ditemukan.

Bambang Budi Utomo dan Trigangga