JAMBI – Sejak Khonghucu di akui pemerintah sebagai salah satu agama di Indonesia, umat (foto) di Jambi sudah mulai melakukan berbagai aktifitas di kelenteng-kelenteng yang ada di provinsi Jambi. Mereka sudah berani terang-terangan melakukan sembahyang menyambut hari ulang tahun para suci shen ming (dewa-dewi) yang berada di dalam setiap kelenteng.
Seperti Rabu (31/7-2013) pagi, ratusan umat Khonghucu di Jambi mendatangi kelenteng Tiong Gie Thong yang beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, kehadiran mereka adalah untuk mengikuti prosesi sembahyang memperingati sejit (ulang tahun) roh suci (shen ming) yang tidak asing lagi, yaitu yang jatuh pada tanggal 31 Juli 2013 (Lak Gwee Jie Sie imlek).
Sehari sebelumnya para Locu (panitia) yang mayolitas wajah baru terlihat mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara sembahyang yang dipimpin oleh rohaniawan dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) The Lien Teng.
Sejarah kelenteng Tiong Gie Thong, berawal dari sebuah rumah ibadah yang dibangun dari papan Cia dan waktu itu belum memiliki kim sin (para suci), kala itu ada seorang pengusaha menyumbangkan kim sin atas permintaan shen ming untuk melengkapi altar utama kelenteng Tiong Gie Thong, sejak itu kelenteng Tiong Gie Thong yang berada di pemukiman warga Tionghoa di Kelurahan Sulanjana, Kota Jambi mulai ramai dikunjungi umat Khonghucu. Pembangunan kelenteng secara permanen dilakukan pada tahun 1974, namun tidak dapat menampung umat yang datang sembahyang di hari besar Kwan Seng Tee Kun maupun para shen ming pendamping terdiri dari Han Tiong Ong (Liu Pe), Ho Kok Gwan He (Tiu Hui), Cu Kat Liong, Bu He (Kong Min), Sun Ping Sing He (Ce Liong Kong).
Untuk memberikan pelayanan kepada umat Khonghucu Jambi yang datang sembahyang, maka dermawan dan pengurus Kelenteng Tiong Gie Thong merenovasikan kembali kelenteng dalam bentuk gerbang jaman kerajaan dulu.
Ujar Lie Tiong Cia (69), kelenteng Tiong Gie Thong dulu dibangun dari papan, terus dibangun secara permanen serta di isi kim sin oleh para dermawan Jambi. “Tiong Gie Thong dulunya hanya rumah ibadah terbuat dari kayu berdinding papan, atas sumbangi dari pengusaha Jambi, maka dibangunlah kelenteng secara permanen berikut kim sin.” Kata Tiong Cia diselah upacara.
Arsitektur gaya bangunan berbentuk tembok (benteng) pertahanan kerajaan China jaman dahulu, tembok di Kelenteng Tiong Gie Thong terdapat dua buah menara, ornamen warna merah kuning menghiasi dinding-dinding kelenteng dan ragam hiasan lain pun masih bertahan, seperti sepasang Naga menghiasi tiang didalam kelenteng, sedangkan dipintu masuk terdapat sepasang Shen Men (dewa pintu). kelenteng tidak hanya sebagai tempat peribadatan umat tetapi di sisi lain juga menjadi lambang dari agama yang sangat menjunjung tinggi umatnya. Hiasan atau ornamen yang indah dan penuh makna merupakan salah satunya. Hiasan atau ornamen yang terdapat pada kelenteng Tiong Gie Thong adalah 12 patung shio. (Romy)