Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan, disiplin dan iman yang kuat sehingga bisa menjadi panutan bagi umatnya. Bila pemimpin sudah menjadi panutan, maka umatpun pun akan memberikan kepercayaan yang luas kepada pemimpinnya.
"itu harus dimiliki oleh seorang pemimpin, termasuk oleh anggota Matakin/ Makin. Jika tidak, akan berdampak tidak bergeraknya organisasi Matakin dimana-mana."
Untuk kedepan MATAKIN selain mempunyai seorang pemimpin (Ketua Umum) yang bisa blusukan kemana-mana, MATAKIN juga perlu adanya Wakil Ketua sebagai pembantu ketua Umum yang tak kalah gesit seperti ketua umumnya.
Hasil analisa selama lima tahun ini, perkembangan MATAKIN cukup maju, namun ada beberapa bidang yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.!
Sejak saya kenal MATAKIN tahun 2006, kala itu Ketua Umum MATAKIN adalah Budi S. Tanuwibowo, kala itu MATAKIN belum berjalan seperi saat ini, setelah pengantian ketum MATAKIN, suasanapun berbeda dengan adanya gerakan memajukan Organisasi Keagamaan yang dikenal MATAKIN dan pertumbuhan MAKIN-MAKIN di daerah juga bagus, namun kemajuan MATAKIN tidak di dukung oleh sebagian pengurus lainnya (entah apa penyebab, hanya mereka yang tahu).
Sejak saya kenal Ketum MATAKIN, Ws Wawan Wiratma perkembangan MATAKIN sepertinya mulai bersinar, apa lagi Ketunyanya suka lakukan blusukan kedaerag-daerah terpencil demi untuk memajukan Agama Khonghucu, tetapi keseriusan Ws Wawan Wiratma tidak ditunjang oleh pengurus lainnya.
Perlu kita ketahui mengapa agama tetangga lebih maju dari Khonghucu? Karena mereka mempunyai rohaniaswan yang khusus mengililingi daerah-daerah untuk memberikan siraman rohani kepada umat sesuai sesuai wilayah kerja rohaniawan. Terus kita mesti bertanya mengapa MATAKIN tidak bisa lakukan? Apa yang rohaniawan kita kurang tanggap.?
Semoga kedepan Organisasi Keagamaan MATAKIN lebih maju dan bisa setarah dengan agama lain di Indonesia, semua ini hanya ada ditangai calon pengurus baru MATAKIN. (Romy)
Berikut beberapa kutipan dari sumber net sebagai pedoman buat seorang pemimpin:
Kepemimpinan adalah fondasi terpenting suatu organisasi. Teknik kepemimpinan adalah teknik bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain, teknik bagaimana membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas. Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi sebenarnya, kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih, bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya saja.
tiga peran dan sepuluh sifat kepemimpinanDi dalam sebuah organisasi, apakah perusahaan atau keluarga yang kita pimpin, selalu ada masalah tentang pemimpin, dan yang dipimpin. Tanpa adanya pemimpin dalam suatu organisasi, tentu jalannya organisasi tersebut menjadi kacau balau, dalam artian tidak ada arah tertentu.
Di sini peran pemimpin menjadi sangat penting. Ada hal-hal yang sangat mendasar yang harus dipahami oleh seorang pemimpin, ketika dia membawa organisasinya, seberapapun kecilnya organisasinya itu, untuk menuju pada arah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sebagai pemimpin perlu memahami tiga peran sebagai seorang pemimpin, yaitu :
Penerang:
Seorang pemimpin harus mampu menjadi dan memberikan penerangan bagi yang dipimpinnya. Dia harus mampu berperan sebagai inspirator dan motivator. Dengan kemampuan ini, dia akan bisa membuat organisasinya bergerak tanpa harus diperintah lagi, namun tetap dalam koridor nilai-nilai yang benar.
Teladan, Panutan:
Seorang pemimpin akan mampu menjadi panutan karena orang-orang yang dipimpinnya memiliki rasa hormat (respect) pada dirinya sebagai pribadi. Hal ini membuat dia disegani, bukan ditakuti. Dengan demikian perilakunya menjadi acuan dan diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya dengan sukarela dan tulus, karena diyakini sebagai perilaku yang baik, bukan karena adanya motif lainnya baik material ataupun agar mendapat pujian dari orang lain atau dari pemimpinnya. Untuk dapat menjadi panutan, seorang pemimpin harus memiliki nilai-nilai yang jelas yang diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya sebagai sesuatu yang baik / benar. Kualitas yang tinggi sebagai manusia dari sang pemimpin lah yang membuat orang-orang yang berada dalam kepemimpinannya akan menjadikannya sebagi panutan, atau idolanya.
Pelindung:
Seorang pemimpin harus mampu memberikan perlindungan kepada orang-orang yang dipimpinnya, termasuk memberikan rasa aman. Untuk itulah seorang pemimpin harus memiliki kekuatan (power) yang dapat membuatnya mampu berperan sebagai pelindung. Artinya pemimpin bukanlah seorang yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan (walau hanya sekedar sebagai orang baik). Peran sebagai pelindung juga dapat diartikan seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan kopetensi yang dibutuhkan yang dapat membuat dirinya memberikan dan membangun rasa aman pada orang-orang yang dipimpinnya katakanlah terhadap bahaya yang akan datang. Hal ini dapat dilakukannya karena dia memiliki kemampuan antisipatif karena kompetensinya yang memberikan rasa aman dan memberikan perlindungan terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Untuk dapat melakukan tiga peran tersebut dengan baik, setiap pemimpin dituntut memiliki sepuluh sifat kepemimpinan yang efektif / berhasil, yaitu :
Raja:
Sifat yang membuat seorang pemimpin tidak tampil di depan, bukan pula mengekor dibelakang. Tampil di depan dalam arti mengendalikan situasi, bukan sebaliknya. Sifat sebagai raja yang baik yang membuat dirinya disegani oleh rakyatnya dan apa perintahnya akan dilaksanakan dengan baik.
Berwibawa:
Sebagai seorang pemimpin tidak boleh tampil dalam perilaku yang murahan dan tidak juga arogan. Dia tetap rendah hati tetapi tidak harus rendah diri ataupun sombong. Kata-kata yang diucapkannya dapat dijadikan pegangan. Dia tegas dalam bersikap dan tampil dengan penuh keyakinan diri.
Kaya:
Sebagai seorang pemimpin dia tidak mengejar harta atau niat dan tujuannya bukan untuk mengumpulkan harta. Dia tidak memerlukan itu lagi karena dia telah kaya yang tidak harus berupa materi yang melimpah tetapi dia disebut secara mental sudah kaya. Karena dia tidak akan terkena salah satu kelemahan manusia yaitu harta. Secara materi dia berkecukupan yang memang menjadi relatif tetapi bila dia mendengarkan hati nuraninya dia akan tahu batasan berkecukupan tersebut yang membuatnya tidak menjadikan posisinya sebagai pemimpin menjadikan harta / materi sebagai salah satu tujuannya.
Adil:
Ajaksa berarti seorang pemimpin harus memiliki sifat adil. Adil artinya melakukan sesuatu berdasarkan nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Suatu nilai-nilai yang dilandasi kejujuran, bersih dari kepentingan pribadi apapun dan dalam mengambil suatu keputusan benar-benar didasarkan atas kajian yang objektif dengan niat baik (hati nurani). Karenanya semua tindakan ataupun keputusannya akan dapat diterima dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Selaras:
Selaras artinya seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi, apa yang dipikirkannya, selaras dengan apa yang diucapkannya dan selaras juga dengan apa yang dikerjakannya. Di samping itu juga dalam bertindak dia mampu menyelaraskan dengan lingkungan / alam yang artinya tidak merusak lingkungan ataupun merusak apa yang sudah berkembang di lingkungannya.
Tekun:
Sifat ini menggambarkan seorang pemimpin memiliki sifat tekun, daya juang yang tinggi, tidak mudah menyerah dan mampu berjuang untuk mempertahankan cita-cita atau gagasannya yang baik. Sifat seorang pemimpin yang memiliki belief yang kuat dan mampu menjawab pertanyaan kenapa dia melakukan apa yang dilakukannya. Seorang pemimpin bukan orang yang ikut-ikutan atau terbawa mode atau tren.
Pemersatu:
Seorang pemimpin yang mampu sebagai pemersatu diantara perbedaan, selalu ingin adanya kesamaan “bahasa” antara dirinya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan perkataan lain dia memiliki sifat yang membuatnya mampu membangun di atas perbedaan (building on differences) bukan dengan paksaan tetapi dengan kesadaran dari orang-orang yang dipimpinnya.
Pemaaf:
Seorang pemimpin selalu bisa memaafkan perbuatan orang lain yang salah, bukan seorang pendendam. Dia tidak membawa persoalan orang lain menjadi persoalan pribadi dirinya yang menimbulkan kebencian secara pribadi. Pemaaf bukan berarti sebagai orang yang dapat disepelekan, melainkan seorang yang berbudi luhur.
Perkasa:
Seorang pemimpin harus tetap tegar, perkasa memilliki rasa keyakinan diri, dan mampu membangun keyakinan yang dipimpinnya dalam menghadapi segala rintangan, hambatan dan tantangan dalam mewujudkan cita-citanya.
Untuk kedepan MATAKIN selain mempunyai seorang pemimpin (Ketua Umum) yang bisa blusukan kemana-mana, MATAKIN juga perlu adanya Wakil Ketua sebagai pembantu ketua Umum yang tak kalah gesit seperti ketua umumnya.
Hasil analisa selama lima tahun ini, perkembangan MATAKIN cukup maju, namun ada beberapa bidang yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.! (sumber NET)
Untuk kedepan MATAKIN selain mempunyai seorang pemimpin (Ketua Umum) yang bisa blusukan kemana-mana, MATAKIN juga perlu adanya Wakil Ketua sebagai pembantu ketua Umum yang tak kalah gesit seperti ketua umumnya.
Hasil analisa selama lima tahun ini, perkembangan MATAKIN cukup maju, namun ada beberapa bidang yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.!
Sejak saya kenal MATAKIN tahun 2006, kala itu Ketua Umum MATAKIN adalah Budi S. Tanuwibowo, kala itu MATAKIN belum berjalan seperi saat ini, setelah pengantian ketum MATAKIN, suasanapun berbeda dengan adanya gerakan memajukan Organisasi Keagamaan yang dikenal MATAKIN dan pertumbuhan MAKIN-MAKIN di daerah juga bagus, namun kemajuan MATAKIN tidak di dukung oleh sebagian pengurus lainnya (entah apa penyebab, hanya mereka yang tahu).
Sejak saya kenal Ketum MATAKIN, Ws Wawan Wiratma perkembangan MATAKIN sepertinya mulai bersinar, apa lagi Ketunyanya suka lakukan blusukan kedaerag-daerah terpencil demi untuk memajukan Agama Khonghucu, tetapi keseriusan Ws Wawan Wiratma tidak ditunjang oleh pengurus lainnya.
Perlu kita ketahui mengapa agama tetangga lebih maju dari Khonghucu? Karena mereka mempunyai rohaniaswan yang khusus mengililingi daerah-daerah untuk memberikan siraman rohani kepada umat sesuai sesuai wilayah kerja rohaniawan. Terus kita mesti bertanya mengapa MATAKIN tidak bisa lakukan? Apa yang rohaniawan kita kurang tanggap.?
Semoga kedepan Organisasi Keagamaan MATAKIN lebih maju dan bisa setarah dengan agama lain di Indonesia, semua ini hanya ada ditangai calon pengurus baru MATAKIN. (Romy)
Berikut beberapa kutipan dari sumber net sebagai pedoman buat seorang pemimpin:
Kepemimpinan adalah fondasi terpenting suatu organisasi. Teknik kepemimpinan adalah teknik bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain, teknik bagaimana membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas. Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi sebenarnya, kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih, bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya saja.
tiga peran dan sepuluh sifat kepemimpinanDi dalam sebuah organisasi, apakah perusahaan atau keluarga yang kita pimpin, selalu ada masalah tentang pemimpin, dan yang dipimpin. Tanpa adanya pemimpin dalam suatu organisasi, tentu jalannya organisasi tersebut menjadi kacau balau, dalam artian tidak ada arah tertentu.
Di sini peran pemimpin menjadi sangat penting. Ada hal-hal yang sangat mendasar yang harus dipahami oleh seorang pemimpin, ketika dia membawa organisasinya, seberapapun kecilnya organisasinya itu, untuk menuju pada arah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sebagai pemimpin perlu memahami tiga peran sebagai seorang pemimpin, yaitu :
Penerang:
Seorang pemimpin harus mampu menjadi dan memberikan penerangan bagi yang dipimpinnya. Dia harus mampu berperan sebagai inspirator dan motivator. Dengan kemampuan ini, dia akan bisa membuat organisasinya bergerak tanpa harus diperintah lagi, namun tetap dalam koridor nilai-nilai yang benar.
Teladan, Panutan:
Seorang pemimpin akan mampu menjadi panutan karena orang-orang yang dipimpinnya memiliki rasa hormat (respect) pada dirinya sebagai pribadi. Hal ini membuat dia disegani, bukan ditakuti. Dengan demikian perilakunya menjadi acuan dan diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya dengan sukarela dan tulus, karena diyakini sebagai perilaku yang baik, bukan karena adanya motif lainnya baik material ataupun agar mendapat pujian dari orang lain atau dari pemimpinnya. Untuk dapat menjadi panutan, seorang pemimpin harus memiliki nilai-nilai yang jelas yang diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya sebagai sesuatu yang baik / benar. Kualitas yang tinggi sebagai manusia dari sang pemimpin lah yang membuat orang-orang yang berada dalam kepemimpinannya akan menjadikannya sebagi panutan, atau idolanya.
Pelindung:
Seorang pemimpin harus mampu memberikan perlindungan kepada orang-orang yang dipimpinnya, termasuk memberikan rasa aman. Untuk itulah seorang pemimpin harus memiliki kekuatan (power) yang dapat membuatnya mampu berperan sebagai pelindung. Artinya pemimpin bukanlah seorang yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan (walau hanya sekedar sebagai orang baik). Peran sebagai pelindung juga dapat diartikan seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan kopetensi yang dibutuhkan yang dapat membuat dirinya memberikan dan membangun rasa aman pada orang-orang yang dipimpinnya katakanlah terhadap bahaya yang akan datang. Hal ini dapat dilakukannya karena dia memiliki kemampuan antisipatif karena kompetensinya yang memberikan rasa aman dan memberikan perlindungan terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Untuk dapat melakukan tiga peran tersebut dengan baik, setiap pemimpin dituntut memiliki sepuluh sifat kepemimpinan yang efektif / berhasil, yaitu :
Raja:
Sifat yang membuat seorang pemimpin tidak tampil di depan, bukan pula mengekor dibelakang. Tampil di depan dalam arti mengendalikan situasi, bukan sebaliknya. Sifat sebagai raja yang baik yang membuat dirinya disegani oleh rakyatnya dan apa perintahnya akan dilaksanakan dengan baik.
Berwibawa:
Sebagai seorang pemimpin tidak boleh tampil dalam perilaku yang murahan dan tidak juga arogan. Dia tetap rendah hati tetapi tidak harus rendah diri ataupun sombong. Kata-kata yang diucapkannya dapat dijadikan pegangan. Dia tegas dalam bersikap dan tampil dengan penuh keyakinan diri.
Kaya:
Sebagai seorang pemimpin dia tidak mengejar harta atau niat dan tujuannya bukan untuk mengumpulkan harta. Dia tidak memerlukan itu lagi karena dia telah kaya yang tidak harus berupa materi yang melimpah tetapi dia disebut secara mental sudah kaya. Karena dia tidak akan terkena salah satu kelemahan manusia yaitu harta. Secara materi dia berkecukupan yang memang menjadi relatif tetapi bila dia mendengarkan hati nuraninya dia akan tahu batasan berkecukupan tersebut yang membuatnya tidak menjadikan posisinya sebagai pemimpin menjadikan harta / materi sebagai salah satu tujuannya.
Adil:
Ajaksa berarti seorang pemimpin harus memiliki sifat adil. Adil artinya melakukan sesuatu berdasarkan nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Suatu nilai-nilai yang dilandasi kejujuran, bersih dari kepentingan pribadi apapun dan dalam mengambil suatu keputusan benar-benar didasarkan atas kajian yang objektif dengan niat baik (hati nurani). Karenanya semua tindakan ataupun keputusannya akan dapat diterima dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Selaras:
Selaras artinya seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi, apa yang dipikirkannya, selaras dengan apa yang diucapkannya dan selaras juga dengan apa yang dikerjakannya. Di samping itu juga dalam bertindak dia mampu menyelaraskan dengan lingkungan / alam yang artinya tidak merusak lingkungan ataupun merusak apa yang sudah berkembang di lingkungannya.
Tekun:
Sifat ini menggambarkan seorang pemimpin memiliki sifat tekun, daya juang yang tinggi, tidak mudah menyerah dan mampu berjuang untuk mempertahankan cita-cita atau gagasannya yang baik. Sifat seorang pemimpin yang memiliki belief yang kuat dan mampu menjawab pertanyaan kenapa dia melakukan apa yang dilakukannya. Seorang pemimpin bukan orang yang ikut-ikutan atau terbawa mode atau tren.
Pemersatu:
Seorang pemimpin yang mampu sebagai pemersatu diantara perbedaan, selalu ingin adanya kesamaan “bahasa” antara dirinya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan perkataan lain dia memiliki sifat yang membuatnya mampu membangun di atas perbedaan (building on differences) bukan dengan paksaan tetapi dengan kesadaran dari orang-orang yang dipimpinnya.
Pemaaf:
Seorang pemimpin selalu bisa memaafkan perbuatan orang lain yang salah, bukan seorang pendendam. Dia tidak membawa persoalan orang lain menjadi persoalan pribadi dirinya yang menimbulkan kebencian secara pribadi. Pemaaf bukan berarti sebagai orang yang dapat disepelekan, melainkan seorang yang berbudi luhur.
Perkasa:
Seorang pemimpin harus tetap tegar, perkasa memilliki rasa keyakinan diri, dan mampu membangun keyakinan yang dipimpinnya dalam menghadapi segala rintangan, hambatan dan tantangan dalam mewujudkan cita-citanya.
Untuk kedepan MATAKIN selain mempunyai seorang pemimpin (Ketua Umum) yang bisa blusukan kemana-mana, MATAKIN juga perlu adanya Wakil Ketua sebagai pembantu ketua Umum yang tak kalah gesit seperti ketua umumnya.
Hasil analisa selama lima tahun ini, perkembangan MATAKIN cukup maju, namun ada beberapa bidang yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.! (sumber NET)