JAMBI - Ratusan Umat Khonghucu Jambi merayakan pergantian tahun dengan sembahyang di Kelenteng Siu San Teng, Kampung Manggis, Selasa (1/1-2013).
Alunan genderang diikuti bunyi-bunyian dari kenong dan simbal kecil mengiringi umat mengawali tahun baru 2013 Masehi, dengan ucapan doa syukur kepada Tuhan yang maha esa (tie kong), ratusan umat Khonghucu silih berganti doa untuk keberhasilan di tahun yang baru dilalui dan harapan lebih baik di tahun 2013.
Aroma Hio (gaharu) yang harum tergenggam di jari mereka serta berbagai jenis makanan tertata rapi di meja besar di tengah ruangan yang didominasi warna merah ditunjang empat pilar besar dilingkari oleh sang naga emas.
Ucapan syukur kepada Tuhan yang maha esa mengawali sembahyang mereka, selanjutnya umat masuk ke dalam kelenteng dan memberikan penghormatan kepada Hok Tek Chen Sen (yang dikenal dengan panggilan Dewa Bumi). Prosesi upacara dipimpin oleh rohaniwan dari majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi Jambi, The Lien Teng dalam bahasa Hokian.
Lie Tiong Lam, seorang sesepuh di Kelenteng Siu San Teng, mengatakan sembahyang kali ini adalah untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah memberikan karunia kesehatan, rezeki dan juga Jambi tetap aman walaupun beberapa daerah lain di Indonesia rusuh dan juga banyak dilanda bencana. "Kita bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan selama tahun 2013," ujar Tiong Lam.
Menurutnya, rohaniawan The Lien Teng, sembahyang ini juga bertujuan untuk memohon kepada Tuhan dan dewa- dewa agar tahun 2013 ini Jambi diberikan keamanan dan terhindar dari berbagai macam kerusuhan maupun bencana, dan juga diberikan kemakmuran kepada seluruh masyarakatnya Jambi.
Sebagaimana diketahui disetiap awal tahun baru, bagi masyarakat Tionghoa yang khusus pemeluk agama Khonghucu senantiasa mengunjungi tempat-tempat ibadah kelenteng untuk melakukan sembahyang, umat Khonghucu terdiri dari yang tua sampai yang muda dengan kusuk berdoa dihadapan altar Tian (Tuhan YME), selain itu mereka juga puji dan syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta beserta para sen ming (roh suci).
Maka tidak heran apabila sejak pukul 07.00 umat Khonghucu telah mendatangi klenteng Siu San Teng. Sia Kang merupakan salah satu tradisi yang setiap tahun diperingati oleh masyarakat yang beragama Khunghucu di awal tahun, tujuan Sia Kang adalah untuk menyampaikan ungkapan syukur dan terima kasih atas segala berkah yang diberikan Tian (Tuhan YME) kepada mereka.
Inti dari pembacaan So Bun dan Cie Bun adalah memohon izin dari Tuhan Yang Maha Esa untuk melakukan prosesi upacara Sia Kang, dan memohon perlindungan dari sang pencipta alam semesta, selain itu mengundang kehadiran dewa-dewi seperti Sam Kwan Tai Te yang terdiri dari dewa Siong Gwan Tien Kwan (dewa penguasa langit), Yiong Kwan Tue Kwa (dewa penguasa bumi) dan Ha Huan Cui Kwa (dewa penguasa air/laut) serta memohon agar dewa-dewi melindungi bangsa dan negara berikut segala isinya, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, murah rejeki, jauhkan segala malapetaka dan lain sebagainya.
Sedangkan, diatas altar terdapat berbagai sesajian inti seperti 10 jenis ceng cai (sayuran kering), buah-buahan, cien up (permen), tie kue (kue kerancang), ang kue (kue merah) berisi kacang hujau, mie basah, bihun, ikan, ayam, bebek, selain itu terdapat sesajen lainnya seperti hasil bumi diantaranya kopi, teh, gula pasir dan lain sebagainya juga terdapat sesajen dari hasil air seperi limun, air mineral, arak putih, bir putih, terus kim cua (kertas sembahyang), lilin merah dan hio (garu). Seusai pembacaan So Bun atau Cie Bun panitia membakarkan kim cua (kertas sembahyang). (Romy)
Aroma Hio (gaharu) yang harum tergenggam di jari mereka serta berbagai jenis makanan tertata rapi di meja besar di tengah ruangan yang didominasi warna merah ditunjang empat pilar besar dilingkari oleh sang naga emas.
Ucapan syukur kepada Tuhan yang maha esa mengawali sembahyang mereka, selanjutnya umat masuk ke dalam kelenteng dan memberikan penghormatan kepada Hok Tek Chen Sen (yang dikenal dengan panggilan Dewa Bumi). Prosesi upacara dipimpin oleh rohaniwan dari majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi Jambi, The Lien Teng dalam bahasa Hokian.
Lie Tiong Lam, seorang sesepuh di Kelenteng Siu San Teng, mengatakan sembahyang kali ini adalah untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah memberikan karunia kesehatan, rezeki dan juga Jambi tetap aman walaupun beberapa daerah lain di Indonesia rusuh dan juga banyak dilanda bencana. "Kita bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan selama tahun 2013," ujar Tiong Lam.
Menurutnya, rohaniawan The Lien Teng, sembahyang ini juga bertujuan untuk memohon kepada Tuhan dan dewa- dewa agar tahun 2013 ini Jambi diberikan keamanan dan terhindar dari berbagai macam kerusuhan maupun bencana, dan juga diberikan kemakmuran kepada seluruh masyarakatnya Jambi.
Sebagaimana diketahui disetiap awal tahun baru, bagi masyarakat Tionghoa yang khusus pemeluk agama Khonghucu senantiasa mengunjungi tempat-tempat ibadah kelenteng untuk melakukan sembahyang, umat Khonghucu terdiri dari yang tua sampai yang muda dengan kusuk berdoa dihadapan altar Tian (Tuhan YME), selain itu mereka juga puji dan syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta beserta para sen ming (roh suci).
Maka tidak heran apabila sejak pukul 07.00 umat Khonghucu telah mendatangi klenteng Siu San Teng. Sia Kang merupakan salah satu tradisi yang setiap tahun diperingati oleh masyarakat yang beragama Khunghucu di awal tahun, tujuan Sia Kang adalah untuk menyampaikan ungkapan syukur dan terima kasih atas segala berkah yang diberikan Tian (Tuhan YME) kepada mereka.
Inti dari pembacaan So Bun dan Cie Bun adalah memohon izin dari Tuhan Yang Maha Esa untuk melakukan prosesi upacara Sia Kang, dan memohon perlindungan dari sang pencipta alam semesta, selain itu mengundang kehadiran dewa-dewi seperti Sam Kwan Tai Te yang terdiri dari dewa Siong Gwan Tien Kwan (dewa penguasa langit), Yiong Kwan Tue Kwa (dewa penguasa bumi) dan Ha Huan Cui Kwa (dewa penguasa air/laut) serta memohon agar dewa-dewi melindungi bangsa dan negara berikut segala isinya, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, murah rejeki, jauhkan segala malapetaka dan lain sebagainya.
Sedangkan, diatas altar terdapat berbagai sesajian inti seperti 10 jenis ceng cai (sayuran kering), buah-buahan, cien up (permen), tie kue (kue kerancang), ang kue (kue merah) berisi kacang hujau, mie basah, bihun, ikan, ayam, bebek, selain itu terdapat sesajen lainnya seperti hasil bumi diantaranya kopi, teh, gula pasir dan lain sebagainya juga terdapat sesajen dari hasil air seperi limun, air mineral, arak putih, bir putih, terus kim cua (kertas sembahyang), lilin merah dan hio (garu). Seusai pembacaan So Bun atau Cie Bun panitia membakarkan kim cua (kertas sembahyang). (Romy)