Mengenai pengiriman "rumah-rumahan" untuk almarhum merupakan sebuah tradisi sejak jaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien (Lie She Min). Konon tradisi "Bakar Rumah-rumahan dan uang Kertas" ini baru dimulai pada zaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien (Lie She Min) dari Kerajaan Tang di Tiongkok. Lie Sie Bien adalah seorang kaisar yang adil dan yang taat sehingga beliau dicintai oleh rakyatnya.
Ada upacara pengiriman rumah-rumah tersebut berisi daftar barang yang dikirimkan, nama keluarga yang ikut mengirim untuk almarhum serta surat-surat bergaya ekspedisi ditujukan kepada siapa dan dari siapa, dan lain-lain. Semua ini ditempelkan ke rumah-rumahan beserta perlengkapan dan pernak-pernik aksesorisnya.
Ada upacara pengiriman yang mempergunakan Taoshe atau dari rohaniawan yang memimpin upacara ritual tersebut dengan membaca mantera mengundang arwah leluhur serta mengirim rumah dengan cara di bakar.!!!
Bahwa pengiriman rumah untuk arwah keluarganya tidak sampai alias gagal karena orang yang memimpin tidak memiliki kemampuan apapun, maka untuk melakukan pengiriman rumah mesti dengan pertolongan Taoshe atau Rohaniawan yang memiliki keahlian.
Kirimkan rumah-rumahan agar leluhur tidak gentayangan dan memiliki tempat tinggal yang nyaman. Tapi belikan rumah-rumahan yang sederhana saja, jangan yang mewah dan mahal. Tapi orang yang akan memimpin upacara pengiriman / pembakaran rumah-rumahan tersebut? Sebab kalau dia tidak memiliki kemampuan, rumah yang dikirimkan tidak akan sampai ke almarhum.
Untuk keperluan pengiriman rumah ini cari Taoshe atau Rohaniawan dari klenteng (jangan sembarang orang) agar pengiriman rumah tersebut tidak mubasir/sia-sia. (Sumber Net)
* https://www.facebook.com/makinjambi
Siswa-Siswi Sekolah Minggu Khonghucu Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi adakan perayaan Tang Cuek (冬節) pada hari Minggu, 24 Desember 2017.
Setiap bulan Desember pada sekitar tanggal 21 atau 22, masyarakat Tionghoa secara tradisi merayakan hari festival Dongzhi (冬至) / Tang Cuek (冬節) yang berarti Musim Dingin Yang Ekstrem. Dan pada perayaan tersebut mereka memakan makanan yang di masyarakat keturunan etnis Tionghoa di Indonesia. Sebuah jenis makanan yang terbuat dari tepung ketan dibentuk bulat besar atau kecil yang disajikan di dalam kuah yang terbuat dari air dan gula. Makanan Onde.
Secara tradisi, perayaan Dongzhi atau Tang Cuek (bahasa hokkien) merupakan sebuah perayaan untuk berkumpul bersama keluarga di musim dingin di Tiongkok. Kembali berkumpulnya anggota keluarga atau reuni dengan makan onde bersama dengan menggunakan mangkuk di meja bundar menjadi tradisi perayaan tersebut. Reuni dan kebersamaan inilah yang disimbolkan oleh bentuk bulat. (Romy)
Untuk kali kedua Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi 占碑獅仔殿孔教會 Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong KONI IV, Rt. 02, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jalutung, Kota Jambi mengadakan perayaan Hari Ibu “母親節”. Untuk menyambut dan memeriahkan hari ibu yang jatuh pada tanggl 22 Desember, maka MAKIN Sai Che Tien adakan pada hari Minggu (24/12-2017) pagi, acara Hari Ibu kali ini diawali Lagu Indonesia Raya, selanjutnya Lagu Mars Khonghucu dan Lagu Mars Perkhin, terus pambacaan Puisi oleh Siswa Sekolah Minggu Khonghucu, Pemberian Bunga kepada sang ibu tercinta, dilanjukan dengan mencuci kaki sang ibu dan memohon ampun kepada kedua orang tua. Sedangkan sang ibu memberikan angpao kepada sang anak dengan harapan agar anak tersebut pandai mencari uang dikemudian hari, acara ditutup dengan aneka hiburan dan santap siang bersama.
Tahun ini merupakan Hari Ibu yang luar biasa, pasalnya para oma-oma menuangkan air mata ditengah keramaian penonton sambil memeluki putra-putri tercinta mereka mereka, bahkan adminpun ikut bersedih😭😭😭😭.
Namun sangat disayangi acara yang begitu spektakuler, hanya ada dua perwakilan MAKIN yang hadir, sepertinya MAKIN yang ada tidak mendukung acara tersebut, utusan MAKIN yang hadir terdiri dari MAKIN Hok Sin Tong (占碑福神堂孔教會黄汉雄) Hasan Andi Ng, Perwakilan MAKIN Leng Chun Kheng (占碑龍春宮孔教會), Rinto Halim.
Hari ini (22 Desember) adalah hari yang sangat special, karena hari ini merupakan hari dimana insan di seluruh dunia sedang mengenang atau menikmati kebersamaan dengan orang yang melahirkannya di atas dunia. “Pengorbanan Seorang Ibu Yang Tulus Seringkali Kita Lupakan”, Kita jarang sekali melihat atau memperhatikan ibunda kita yang jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah tua, namun mereka tidak pernah mengeluh dan mengemis minta belas kasih dari sang anak-anaknya, apalagi mereka diajak jalan-jalan. Jasa-jasa ibu pada kita sungguh tak terhingga, kita tak akan bahkan tak mungkin kita bisa membalasnya, dan seberapa besar pun kita mencintai ibu kita, jika dibandingkan dengan cinta ibu kepada diri kita, maka kita akan menemukan bahwa cinta kita sebenarnya bukanlah apa-apa dibanding cinta dan kasih sayang ibu pada diri kita.! (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi
KOMPAS.com — Tokoh agama di Papua, Pastor John Djonga, menyebutkan, kebijakan bahan bakar minyak satu harga di Papua belum berjalan dengan baik.
Ia mengatakan, harga BBM hanya turun seperti di Jawa, saat Presiden Joko Widodo melakukan blusukan di Papua.
Akan tetapi, tak lama setelah Jokowi meninggalkan Papua, harga BBM kembali melonjak.
"Beliau pulang, satu-dua minggu, harga kembali 'normal'," kata John saat berbicara dalam Seminar Nasional "Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Papua" di Auditorium LIPI, Jakarta, Senin (18/12/2017).
John mengatakan, ia memantau langsung kondisi ini di Yahukimo, Papua.
Saat Jokowi baru mencanangkan program BBM satu harga di kabupaten itu pada Oktober 2016, John mengakui bahwa harganya sama seperti di Jawa, yakni Rp 6.450 per liter untuk premium dan Rp 5.150 per liter untuk solar.
"Sekarang sudah Rp 30.000 lagi. Bahkan dalam rangka Tahun Baru dan Natal, tahun lalu kami sampai Rp 100.000," ucap John.
John mengatakan, program BBM satu harga ini sebenarnya sangat baik bagi masyarakat Papua. Sayangnya, program ini belum bisa berjalan jika tak ada pengawasan.
"Lalu siapa yang harus monitoring dan harus menangani? Sementara pejabat di Tanah itu, bupatinya banyak di Jayapura atau di Jakarta," kata John.
BBM satu harga
Pencanangan BBM satu harga dilakukan Jokowi di Bandara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Selasa (18/10/2016).
Baca: Jumlah Wilayah BBM Satu Harga Tembus 38 Titik
Dalam sambutannya, Jokowi menegaskan bahwa harga BBM di seluruh wilayah Papua dan Papua Barat harus sama dengan wilayah lain, yakni Rp 6.450 per liter untuk premium.
Jokowi menilai, ada ketidakadilan selama bertahun-tahun karena harga premium di wilayah terpencil di Papua bisa mencapai Rp 100.000 rupiah per liter.
Saat itu, Jokowi mengatakan, Pertamina sudah melakukan sejumlah langkah untuk menurunkan harga BBM di Papua. Pertama adalah dengan mengembangkan sembilan lembaga penyalur BBM.
Kapasitas penyimpanan BBM di penyalur juga diperbesar. Selain itu, Pertamina juga sudah membeli dua pesawat Air Tractor AT-802 yang bisa mengangkut 4.000 liter BBM untuk didistribusikan ke daerah yang sulit dijangkau lewat jalur darat.
Jokowi berharap praktik penyaluran BBM di lapangan berjalan sesuai harapan. Ia mengingatkan jangan sampai BBM yang sudah dijual murah hanya dikuasai kelompok tertentu dan kembali dijual dengan harga yang mahal kepada masyarakat.
Ketika usianya masih tiga hari, Kati Pohler ditinggalkan oleh orang tuanya di sebuah sudut pasar di Hangzhou, Cina.
Tonton Video:
Orang tuanya, Lida dan Fenxiang, hanya meninggalkan catatan pada selembar kertas tentang harapan untuk bertemu kembali dengan sang anak di sebuah jembatan terkenal di kota itu dalam 10 atau 20 tahun kemudian.
Selama puluhan tahun, Cina memberlakukan kebijakan satu anak. Tidak main-main, bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, hukumannya denda uang yang mencekik, aborsi paksa atau disteril.
Dan pada tahun 1994, di luar kehendak, Fenxiang hamil anak kedua. Berusaha merahasiakannya, tetapi Lida dan Fenxiang bingung ketika dihadapkan jalan keluarnya.
"Saya berdosa apabila kami membunuh janinnya," Lida belakangan bersaksi.
Di hadapkan ketakutan dan kebingungan, Lida dan Fenxiang akhirnya berusaha meyakinkan diri sendiri. "Apabila kita tidak mampu membesarkannya, lebih baik kita melepaskannya." Lida mencoba mengingat lagi ucapan yang tidak akan dia lupakan sepanjang hidupnya.
Di sebuah pagi, hari ketiga setelah bayi itu lahir, keluarga miskin ini akhirnya memilih jalan untuk "melepaskan" sang bayi.
"Saya menyiapkan susunya, memeluknya, dan memeluknya. Lalu saya menuju ke pasar," sang ayah mencoba mengingat. "Saya ingat dia tidak menangis. Dia tertidur pulas."
"Saya menciumnya dengan lembut." Lida melakukannya dengan penuh kasih sayang karena dia menyadari itu adalah pertemuan terakhir mereka. Bayi itu kemudian ditinggalkan di atas tumpukan barang di depan sebuah toko.
Saat usianya memasuki 20 tahun, Kati Pohler -nama bayi yang ditinggalkan oleh orang tuanya di pasar- kemudian mencoba mencari orang tuanya, dan pada saat yang sama orang tua kandungnya di Cina masih berharap dan menunggu pertemuan di atas jembatan itu.
'Apakah saya lahir dari perutmu?'
Ibu angkatnya, Ruth Pohler mengaku Kati kecil pernah menanyakan latar belakang keluarga kandungnya dalam sebuah percakapan ringan. Ketika usianya menginjak lima tahun, misalnya, dia menanyakan siapa ibu kandungnya.
"Apakah saya lahir dari perutmu?" Kati mengulang pertanyaan anak angkatnya itu. "Dan saya jawab: tidak, kamu tidak lahir dari perutku."
Dia lantas menjelaskan bahwa dia lahir dari seorang perempuan yang tinggal di Cina. "Tapi percayalah kamu adalah belahan hatiku."
Menurutnya, Kati tidak terus-menerus mengajukan pertanyaan tentang siapa orang tua kandungnya. "Mungkin karena dia disibukkan hal lain."
Namun demikian, yang selalu diingat Ruth, sang anak angkat itu terlihat bahagia setiap mendapatkan jawaban atas apa yang menjadi keingintahuannya.
'Kadang penasaran, tapi tidak saya besar-besarkan'
Berambut hitam, paras agak bulat dan mata agak sipit. Kati -kini berusia 22 tahun- menyadari sepenuhnya bahwa ada perbedaan fisik dirinya dengan kedua orang tua dan dua saudara lelakinya. Tapi sepanjang hidupnya, Kati mengaku tidak pernah dibedakan oleh keluarga angkatnya.
"Kami begitu dekat, dan begitu dekatnya, sehingga saya merasa benar-benar diterima, walaupun fisik kami berbeda," kata Kati.
Tapi, kemudian segalanya mulai menjadi berbeda ketika Kati berhubungan dengan komunitas di luar keluarganya. Di sinilah, saat dirinya bertemu dengan orang-orang yang tidak mengenal siapa dirinya, tidak tahu tentang latar keluarganya, dia seperti dituntun untuk mengetahui sejarah keluarga kandungnya.
"Saya rasa ada kalanya saya penasaran, tapi tidak pernah saya besar-besarkan," ungkapnya.
Suatu saat, ketika didera penasaran luar biasa, dia berusaha mengetahui dokumen tentang sejarah kelahirannya. Arsip-arsip itu diletakkan di bagian rak paling atas di salah-satu ruangan rumahnya.
"Saya ingat ketika kanak-kanak, saya menarik kursi, memanjat, seperti mencoba mencapainya, dan saya ingin membukanya, dan membacanya. Saya ingat, saya beberapa kali melakukannya," Kati mencoba mengingat lagi.
Dokumen penting yang ingin diketahui Kati adalah catatan berbahasa Cina yang ditinggalkan orang tua kandungnya. Kelak dia akhirnya memahami catatan yang berisi harapan orang tuanya yang ingin bertemu dirinya saat dia berusia 10 atau 20 tahun.
'Saya tetap menunggu di jembatan itu'
Sementara itu di Hangzhou, Lida dan Fengxian menjelaskan alasan yang melatari mereka menuliskan catatan yang kemudian diletakkan di atas bayi yang ditinggalkan itu.
"Saya pikir orang tua angkatnya tidak akan mengijinkan kita melihatnya dalam rentang dua, tiga, atau lima tahun," ungkap Lida.
Seperti diketahui, mereka menulis dapat bertemu lagi dengan anaknya 10 atau 20 tahun kemudian. "Pada rentang waktu 10 dan 20 tahun itulah, dia akan mulai tahu bahwa dia diadopsi."
Pada secarik kertas itu, Lida dan istrinya menuliskan bahwa mereka terpaksa meninggalkan bayi itu karena tidak ada pilihan lain. "Karena kemiskinan dan masalah lainnya, kami tidak punya pilihan selain meninggalkan gadis kecil kami di jalan."
"Aparat berwenang mengejar kami," ungkapnya. Itulah sebabnya, mereka memutuskan untuk melahirkan bayinya sendiri. "Saya memotong tali pusarnya dengan gunting."
Dan setelah bayi itu lahir dan diberi nama Jingzhi, "kami tidak dapat menemukan orang yang kami kenal untuk mengadopsinya."
Karena itulah, mereka sangat berharap dapat dipertemukan kembali dengan anaknya di atas jembatan di Huanzhou.
Takut kehilangan Kati
Menanggapi harapan orang tua kandung Kati, seperti yang dituliskan dalam dokumen itu, orang tua angkatnya dapat memahaminya.
"Itu adalah permintaan yang tulus kepada kita. Tapi karena kita tinggal berjauhan, bisakah kita melakukannya?" kata Ruth.
Saat umur Kati memasuki 10 tahun, ada upaya untuk mempertemukannya dengan orang tua kandungnya, tetapi ini tidak berjalan seperti diharapkan.
Utusan dari keluarga Ken Pohler telah dikirim ke Cina, tetapi rencana menjadi berantakan karena kehadiran media. Orang tua angkatnya membatalkan pertemuan itu dengan alasannya Kati belum siap menghadapi "situasi" di negara asalnya.
"Ketakutan saya adalah kemungkinan saya bisa kehilangan anak perempuan saya .... Saya terikat, dia adalah anak perempuan saya, kami telah mengadopsinya," kata Ruth.
Lida tentu saja kesal, namun dia tetap menunggu pertemuan tersebut. Sejak 2004 Lida selalu mengunjungi jembatan tersebut setiap tahun dan hasilnya nihil. "Saya tidak terlalu berharap, tapi saya tetap menunggu."
Kati berangkat ke Cina
Kati kemudian memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Cina untuk menemui orang tua biologisnya. Keinginan ini sulit dia tolak tatkala usianya memasuki 20 tahun.
Dia juga sempat mempertanyakan sikap orang tuanya yang menganggap dirinya "belum siap" untuk bertemu orang tua kandungnya.
"Saya mengerti logika mereka, tapi saya pikir itu logika itu buruk. Mereka mengatakan saya belum siap. Tapi bukankah tidak ada yang disebut betul-betul siap 'kan?"
Pada saat bersamaan, Kati menemukan film dokumenter berjudul Long Wait For Home yang orang tua kandungnya muncul dalam film itu. "Agak sulit dipercaya, mengapa orang tua angkat saya tidak memberitahu saya lebih awal."
"Saya menontonnya di sekolah, di perpustakaan. Itu kesalahan besar, dan saya mulai menangis ..."
Akhirnya, Ken dan Ruth Pohler -orang tua angkatnya- mengizinkannya untuk menemui orang tua kandungnya. Mereka kemudian melakukan kontak ulang dengan orang tua kandungnya di Cina.
Ingin hubungan berlanjut
Pada musim panas lalu, Kati akhirnya terbang ke Cina untuk menemui orang tuanya di jembatan terkenal itu, seperti yang direncanakan ayahnya.
"Cinta itu nyaris luar biasa. Orang tua angkat sangat mencintaiku, dan sekarang saya memiliki cinta seperti ini dari orang tua kandung saya," ungkap Kati.
Dalam perjalanan menuju Cina, Kati tidak bisa menutupi perasaannya yang campur aduk. "Ketakutan terbesar saya adalah bagaimana saya akan menyukainya, apakah saya mengecewakan mereka, tapi saya juga tahu kepedihan yang mereka alami."
Dia juga menyebut faktor bahasa dan budaya sebagai hambatan lainnya. "Idealnya, saya tidak ingin pertemuan ini hanya sekali. Saya ingin semacam hubungan lanjutan."
Perasaan yang nyaris sama juga dirasakan orang tua kandungnya, ketika menunggu kedatangan Kati.
"Apa yang bisa saya katakan kepadanya saat bertemu? Apakah akan membantu kalau saya minta maaf? Tidak. Sepuluh ribu kata maaf tidak akan cukup," ungkap Lida.
'Ibu sangat menyesal'
Akhirnya, Lida, Fenxiang dan kakak kandung Kati tiba di atas jembatan legendaris itu. Sambil berjalan, mereka memandang setiap orang yang lalu-lalang di hadapannya.
"Saya melihatnya!" Lida tak kuasa menahan bahagia. "Di mana?" sang ibu, Fenxiang, tidak kalah penasaran. "Di sana..."
Kanti akhirnya bertemu orang tua kandung dan saudara perempuannya. Tangisan kebahagiaan pun tumpah di atas jembatan. Mereka saling berpelukan. "Akhirnya, aku melihatmu. Ibu sangat menyesal. Maafkan ibumu. Akhirnya, aku bertemu denganmu, nak."
Setelah pertemuan ini, Kati menghabiskan beberapa hari untuk mengenal keluarga kandungnya. Mereka makan, belanja serta menghidupkan petasan secara bersama untuk merayakan kehadiran anaknya yang hilang itu.
"Mereka sangat peduli. Dan yang sangat lucu, ibu kandung saya mengatakan 'oh kasihan, kamu sangat kurus'. Tapi kemudian saya menatap kakak saya: dia jauh lebih kurus."
"Dia sangat peduli. Sepanjang perjalanan, dia trus saja meminta saya makan semuanya. Hal-hal kecil seperti itu ..."
Tidak merasa harus memaafkan
Keesokan harinya, sang ayah menunjukkan lokasi dia meninggalkan Kati saat masih bayi. "Saya tahu ada yang menemukanmu, karena saya mendengar kamu menangis." Lida mencoba mengenang lagi.
Lida mengaku saat itu ingin mengambil kembali bayinya, tetapi dilarang oleh keluarganya.
Terhadap apa yang terjadi saat itu, Kati mengatakan: "Dia (ayahnya) benar-benar hanya ingin agar saya memaafkannya ... Tapi menurut saya, saya tidak merasa harus memaafkan mereka, karena mereka terjebak sistem."
Di hari berikutnya, Kati, kedua orang tua kandungnya dan kakak kandungnya melakukan percakapan melalui video call dengan orang tua angkatnya di Michigan.
"Saya tahu, saya tidak bertanggung jawab sebagai seorang ibu. Kami sangat berterima kasih kepada Anda karena telah merawatnya," Fenxiang membuka pembicaraan.
Ruth kemudian membalas: "Kami juga sangat berterima kasih pada Anda karena telah memberikan kehidupan pada Kati.
Orang tua angkat: 'Kami tidak kehilangan apapun'
Belakangan, Ken mengaku ikut merasakan kebahagiaan anaknya. "Kami sangat mencintainya dan dia tahu itu, dan kami tidak kehilangan apapun hari ini. Kami sama sekali tidak kehilangan apa-apa. Kami hanya senang untuknya."
Sang ayah angkat, Ruth ikut berkata: "Saya senang dia sampai pada titik ini. Dan saya hanya berharap ada perasaan damai dan kepuasan pada dirinya dengan pertemuan itu. Dan jika itu berarti mengembangkan hubungan dengan mereka, maka tidak masalah. Itu bagus."
Beberapa hari kemudian, Kati kembali ke Michigan. Di bandar udara keberangkatan, keharuan kembali muncul saat mereka harus berpisah. Air mata meleleh di pipi ibu kandung Kati, Fenxiang.
Tiba di Michigan, Kati kemudian melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan mulai mendalami bahasa Mandarin. Dia berharap suatu hari bisa mempertemukan semua keluarganya.
"Bagi siapapun yang merupakan anak adopsi, saya pikir penting untuk menyadari perasaan Anda. Dan tidak ada cara yang benar atau salah saat merasakannya."
"Tidak menjadi masalah seberapa jauh Anda tahu tentang adopsi itu, mengapa Anda putus asa, dan seberapa besar perasaan Anda terhadap hal itu, dan betapa menyakitkan, tidak masalah ... Saya rasa tidak baik untuk menekan perasaan yang mungkin terjadi, sesulit apapun untuk mengatasinya."
Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berikut hal-hal yang perlu anda ketahui tentang penyakit difteri:
Disebabkan bakteri menular dan berbahaya
Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jose Rizal Latief Batubara menjelaskan difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae yang menular dan berbahaya.
Penyakit ini bisa mengakibatkan kematian lantaran sumbatan saluran nafas atas a toksinnya yang bersifat patogen, menimbulkan komplikasi miokarditis (peradangan pada lapisan dinding jantung bagian tengah), gagal ginjal, gagal napas dan gagal sirkulasi.
"Difteri itu gejalanya radang saluran nafas, ada selaput putih dan gampang berdarah, dan toksinnya itu yang bahaya, bikin kelainan jantung, meninggal," katanya.
Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38ºC, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck.
Adakalanya disertai sesak napas dan suara mengorok.
Penyakit lama yang muncul kembali
Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Idealnya, vaksin ini diberikan minimal tiga kali seumur hidup sejak berusia dua tahun. Vaksin ini akan efektif jika diberikan setiap 10 tahun.
"Jadi sebenarnya bukan penyakit baru, penyakit lama yang harusnya sudah hilang dengan vaksinasi, tapi karena ada kelompok-kelompok anti vaksinasi yang banyak ini, nggak semua anak lagi yang divaksin jadinya," ujar Jose.
Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi menjelaskan sejak tahun 1990-an, kasus difteri di Indonesia ini sudah hampir tidak ada, baru muncul lagi pada tahun 2009.
- Pemerintah dianggap lemah dalam mewajibkan orang tua memberikan imunisasi - Imunisasi campak dan rubella MR di tengah pro-kontra vaksinasi - 100 Perempuan: Apakah pendidikan ibu meningkatkan imunisasi?
Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/ MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu, apabila ditemukan 1 kasus difteria klinis dinyatakan sebagai KLB.
"Satu kasus difteri, baru suspect saja, itu sudah dianggap kejadian luar biasa, atau KLB, dimana di situ pemerintah harus memastikan dilakukan tindakan-tindakan supaya tidak menyebar karena sangat infectious (menular)," ujar Jane.
Penyebab mewabahnya difteri saat ini, menurut Jane, kurang efektifnya upaya-upaya untuk memastikan penyakit ini tidak menyebar.
"Dari tadinya beberapa kabupaten di Jawa Timur pada tahun 2009, saat ini sudah 20 provinsi dengan 95 kabupaten," jelasnya.
Prosentase meninggal 6%
Dituturkan Jane, sejak tahun 2015, jumlah kematian akibat difteri meningkat hingga 502 kasus. Untuk tahun ini saja, sejak Januari hingga November tercatat lebih dari 590 kasus dengan prosentase kematian sekitar 6%.
"Ada penurunan karena setiap kali ada laporan kasus difteri, maka itu ketentuannya harus segera diperiksa ke laboratorium, apabila dalam tenggorokannya ada selaput yang tebal itu, langsung diberi antibiotik. Sementara orang-orang yang berada di sekitar juga harus diperiksa tanpa menunggu hasil laboratorium dan diberikan imunisasi tetanus difteri," kata dia.
Artinya, orang-orang tersebut divaksinasi ulang tanpa memandang status vaksinasi sebelumnya.
Indonesia sudah melaksanakan program imunisasi -termasuk imunisasi difteri- sejak lebih dari lima dasawarsa. Vaksin untuk imunisasi difteri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda.
Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah sayu tahun) sebanyak tiga dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak satu bulan.
Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan satu dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas 2 diberikan satu dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas 5 diberikan satu dosis vaksin Td.
"Sehingga kita harus memastikan lagi ini semua kita minta masyarakat maupun petugas kesehatan untuk memastikan anak-anak itu status imunisasinya lengkap karena pencegahan satu-satunya difteri itu adalah imunisasi dan kita tahu ada kelompok-kelompok yang menolak dan tidak sadar sehingga anaknya tidak diimunisasi," jelas Jane.
Juga menyerang orang dewasa
Sebelumnya, kasus difteri banyak terjadi terhadap anak-anak. Namun kini Kementerian Kesehatan juga menemukan meningkatnya kasus difteri yang terjadi pada orang dewasa.
"Kita menduga karena imunisasi yang sudah begitu luas, maka kuman difteri di Indonesia itu nampaknya populasinya sudah semakin turun. Sehingga diduga booster alamiah sudah semakin kurang sehingga mulailah ada orang yang sudah dimunisasi dasar, kena," kata dia.
Di Indonesia, demografi usia yang memiliki kekebalan dasar rata-rata berusia dibawah 40 tahun. Untuk usia di atas itu, sayangnya, tidak mendapatkan imunisasi dasar ketika mereka kecil. Mereka lah yang rentan terhadap penyakit ini.
* Peneliti ciptakan ‘vaksin’ untuk tangkal serangan siber global * Dipercepat, pembuatan vaksin untuk tiga virus mematikan * Akibat penolakan dan hoaks, imunisasi massal campak dan rubella MR diperpanjang
"Di negara maju ada imunisasi tetanus difteri setiap 10 tahun sampai seumur hidup. Indonesia sedang mengarah ke sana, kita sedang merancang akan melaksanakan ini,"
Sementara saat ini Indonesia belum memiliki program imunisasi difteri untuk dewasa, yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengatasi KLB difteri saat ini adalah menghimbau orang tua, guru, petugas kesehatan, memastikan status imunisasi lengkap.
"Yang tidak lengkap segera datang untuk melengkapi. Kemudian jika ada satu kasus KLB, itu langsung diberikan imunisasi Td di sekitarnya, itu harus, jangan sampai ada yang menolak. Juga harus ada yang memastikan semua orang meminum antibiotik sampai selesai dengan begitu kita bisa hentikan penyebarannya."
Kelompok penolak vaksin
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi menambahkan munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah. Hak atas foto BBC Indonesia
Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia, muncul penolakan terhadap imunisasi.
"Penolakan ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat menentukan keberhasilan pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk difteri," ungkap Oscar.
Jose Batubara menegaskan pemerintah harus tegas terhadap kelompok-kelompok antivaksin ini.
"Mesti dikasih peringatan. Termasuk ada beberapa artis yang hidup dengan herbal aja, tanpa vaksin. Jadi banyak berkembangnya, tidak hanya di kelompok Islam, tapi kelompok Kristen juga berkembang," kata dia.
JAMBI - Klenteng itu menjadi saksi cinta mereka berdua. Frendy Willyam dan Lenny, warga Koni IV, kota Jambi menyatakan ikrar satu hati satu cinta di hadapan Nabi Kongze Klenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi. “Sesuai dengan UU No 1/ 1974 bahwa syarat sah pernikahan ialah dilakukan cara agama dan dicatatkan di pemerintah, maka kalian berdua telah sah menjadi suami istri,” kata Ketua Rohaniawan MATAKIN Provinsi Jambi JS The Lien Teng disaksikan Ketua MATAKIN Kota Jambi, Darmadi Tekun selepas pemberkatan pernikahan sepasang suami istri baru itu, Sabtu (11/11/2017).
Pernikahan Frendy Willyam dan Lenny memang cukup menyedot perhatian khalayak. Bukan saja lantaran pemberkatan mereka diiringi pelepasan balon ke udara. Namun, perayaan dan lokasi pernikahan mereka dilaksanakan di klenteng.
“Klenteng Sai Che Tien ini, sudah sering dipakai oleh penganut Konfucius, untuk pernikahan ala Khonghucu,” kata Darmadi Tekun selaku Ketua MAKIN Klenteng Sai Che Tien Jambi, Darmadi Tekun juga sebagai Ketua MATAKIN Kota Jambi, dengan
adanya pernikahan tersebut, diharapkan kedepan umat Khonghucu tidak ragu-ragu lagi adakan pemberkatan pernikahan di Klenteng.
Menurut JS The Lien Teng, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan melangsungkan keturunan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. “Perkawinan harus berdasarkan kemauan dan persetujuan kedua calon mempelai, tanpa adanya paksaaan dari pihak manapun.” Ujar The Lien Teng.
Kebebasan beragama dan kesamaan hak warga negara, khususnya warga Khonghucu di Nusantara, telah berkembang pesat. Tak hanya dalam pengakuan agama Khonghucu saja. Namun, dalam hal perkawinan, pengurusan kartu tanda penduduk (KTP), hingga pelajaran agama Khongucu pun juga mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan, sejumlah kegiatan umat Khonghucu pun juga mulai banyak yang didukung pemerintah daerah. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI – Sehari sebelum upacara perayaan Hari Kelahiran Se Mien Fo terlebih dahulu rupang Se Mien Fo/ Dewa empat muka “Phak Phom” dibersihkan. Karena tidak sembarangan orang yang boleh memandikan rupang Se Mien Fo,! Maka sebelum prosesi permandian di mulai, terlebih dahulu, Mama Ai Rin melakukan sembahyang di depan altar Phak Phom “Se Mien Fo” untuk meminta ijin dan restu siapa yang akan ditujuk Phak Phom “Se Mien Fo” untuk memandikan rupangnya, bahwa Mama Ai Rin yang langsung lakukan pemandian rupang Se Mien Fo (Dewa empat muka), dibantu oleh salah satu asistennya dari dibawa dari kuil Nam Hai Kwan Se Im (10/11-2017).
Di dalam catatan sutra Buddha alam Pathana Jhana Bhumi terdapat 3 alam yaitu alam Brahma Parisajja, Brahma Purohita dan alam Maha Brahma. "Se Mien Fo" yang juga kita kenal sebagai Maha Brahma Sahampati, dalam bahasa Thailand dikenal sebagai "Phra Phom Sin Nei/Pah Pong" penguasa dari alam Maha Brahma yang merupakan alam tertinggi dalam alam Pathana Jhana Bhumi dan merupakan penguasa alam semesta. Dewa Brahma dipanggil sebagai "Se Mien Fo" karena kewelas asihannya yang sangat besar kepada seluruh makhluk hidup, bukan hanya kepada manusia tetapi seluruh makhluk yang berwujud dan tidak berwujud sehingga ia yang dari seorang Dewa kemudian mencapai ke-Bodhi-an. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI - Kamis pagi (9/11-2017) keluarga besar Hasan Andi Ng (Huang Han Siong) membakar sebuah rumah di Jalan M. Kukuh, Rt. 10 No. 08, Kelurahan Paal Lima, kota baru Jambi.
Mereka bersaudara membakar rumah-rumahan “焼灵屋” yang terbuat dari kertas special didatangkan dari Tiongkok untuk dipersembahkan kepada ibunda tercinta Ong Kim Tun sebagai memperingati tiga tahun wafatnya Ong Kim Tun (alm).
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang beragama Khonghucu penghormatan kepada orangtua atau leluhur merupakan sebuah kewajiban anak atau keluarga terdekat, baik yang masih hidup di duniawi maupun yang telah wafat, ini merupakan sebuah kewajiban anak (keturunan), tradisi ini sudah dilakoni sejak jaman dahulu kala.
Salah satunya adalah, adalah tradisi membakar rumah-rumahan “焼灵屋” yang terbuat dari bahan bambu, karton, kertas warna warni dan pernak pernik lukisan serta segala perlengkapan rumah tangga, tradisi membakar rumah-rumahan “焼灵屋” berikut segala isi ini untuk dipersembahkan kepada arwah orangtua maupun leluhur mereka yang telah meninggal dunia genap tiga tahun, rumah-rumahan tersebut untuk kebutuhan tempat tinggal arwah yang berada di alam baka.
Tradisi mengirimkan rumah-rumahan “焼灵屋” masih dipertahankan hingga kini, tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka yang mayolitas beragama Khonghucu secara turun temurun, tradisi mengirim rumah-rumahan dilakukan setelah orangtua mereka meninggal genap tiga tahun.
Seperti Hasan Andi Ng, memperingati tiga tahun wafatnya ibundanya dengan mengirimkan rumah-rumahan berikut lengkap segala isi rumah tangga, agar orangtuanya di alam baka, agar orangtunya memiliki tempat tinggal layaknya seperti kita yang hidup di dunia fana, “Tiga tahun mama meninggal, maka kita sebagai keturunnya mengirimkan rumah-rumahan “焼灵屋” lengkap dengan isinya, agar papa disana mempunyai tempat tinggal yang layak seperti kita.” Kata Hasan Andi Ng disela upacara sembahyang yang dipandu Lim Tek Chong Tao She dari Tiongkok.
Sedangkan menurut Lim Tek Chong Taoshe yang piawai dalam segala urusan ritual keagamaan serta ahli dalam membuat rumah-rumahan dari kertas. Lim Tek Chong juga dikenal sebagai seorang pemandu upacara sembahyang pembakaran rumah-rumahan untuk tempat tinggal arwah yang telah tiada.
Ujar Lim Tek Chong Tao She, ”Tradisi bakar rumah-rumahan ini, masih kuat bertahan sampai kini di Tiongkok, tradisi membakar rumah-rumahan sebagai bentuk kebaktian seorang seorang anak kepada orangtuanya, mereka mengirimkan rumah-rumahan dengan cara membakar berikut segala isi rumah, seperti alat rumah tangga, diantaranya perlengkapan alat dapur, perlengkapan ruang tamu, kamar tidur tidur, mobil-mobilan, uang-uangan.” Ujar Lim Tek Chong.
Tambah Lim Tek Chong, “Bahwa manusia hidup di atas bumi merlukan tempat tinggal yang layak, kebutuhan sehari, seperti pangan, sandang dan papan. Demikian juga arwah orang yang telah wafat di alam baka juga membutuhkan kehidupan seperti layaknya dimasa hidupnya”.
Selain itu, mereka juga mengirim perlengkapan lainya, seperti, sabun mandi/ sabun cuci, handuk, pakaian, sepatu, minyak sayur, garam, beras sebagai syarat untuk orangtua mereka pergunakan di alam baka, tidak ketinggalan beberapa dayang/ pembantu rumah tangga untuk membantu orangtua mereka di alam baka.
Serta ada dua jenis kertas yang digunakan dalam tradisi ini, yaitu kertas yang bagian tengahnya berwarna keemasan (Kim Cua) dan kertas yang bagian tengahnya berwarna keperakan (Gin Cua). Menurut kebiasaan-nya Kim Cua (Kertas Emas) digunakan untuk upacara sembahyang kepada dewa-dewa, sedangkan Gin Cua (Kertas Perak) untuk upacara sembahyang kepada para leluhur dan arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia. Bahwa dengan membakar kertas emas dan perak itu berarti mereka telah memberikan kepingan uang emas dan uang perak kepada para dewa atau leluhur mereka; sebagaimana diketahui kepingan emas dan perak adalah mata uang yang berlaku pada jaman Tiongkok kuno.
Semua bahan diletakan didalam rumah-rumahan, setelah itu anak laki-laki melakukan sembahyang dengan mengundang roh/ arwah orangtua mereka untuk dapat menempati rumah-rumahan yang dibeli oleh anak-anak lekaki, seusai itu baru rumah-rumahan dibakar.
Sebagai keluarga yang masih hidup jangan sampai melupakan leluhur dan keluarganya yang telah meninggal. yang masih hidup wajib mengingat dan mengirimkan persembahan kepada mereka yang menderita di alam sana, sebagai balas budi kita kepada leluhur kita itu.
Untuk itu keluarga yang masih hidup dianjurkan untuk mengirimkan uang (kim cua dan gin cuakepada mereka yang berada di alam penderitaan itu. Dan dana bantuan itu adalah salah satunya berupa "Rumah-rumahan" dan uang-uangan untuk dibakar yang terbuat dari bambu-bambu (yang juga merupakan bahan dasar pembuatan kertas saat itu). Rumah-rumahan ini yang kemudian dibakar dan akan menjelma menjadi rumah beserta isinya di alam sana, sehingga dapat dipergunakan oleh ayah bunda, leluhur, dan sanak keluarga yang berada di alam sana untuk meringankan penderitaan mereka
Pembakaran juga memiliki pesan moral tersirat untuk berbakti dan setia kepada negeri kita tinggal karena dalam membakar kertas emas maupun perak mengandung makna tanah melahirkan logam dan tanah itu adalah tempat dimana kita berpijak, tempat kita lahir dan bertumbuh. Bagi yang beranggapan membakar uang kertas dalam jumlah besar dapat menyenangkan leluhur atau menunjukkan bakti, lebih baik tunjukkan rasa sayang anda itu semasa leluhur anda masih di dunia. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi
Setidaknya 40 orang tewas, dan puluhan lain cedera akibat ledakan di pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses di Tangerang.
Ledakan diketahui terjadi sekitar pukul 09:00 WIB, di sebuah bangunan di kawasan pergudangan di Salembaran, Cengklong, Kosambi, Tangerang Provinsi Banten. Api berhasil dipadamkan sekitar empat jam kemudian.
Kapolres Tangerang Kota, Kombes Harry Kurniawan mengatakan polisi masih menghitung dan mengindentifikasi jumlah persis korban dari kejadian ini. "Kondisinya masih numpuk-numpuk," kata Harry kepada Abraham Utama dari BBC Indonesia.
Dia menambahkan sebagian jenazah sudah tiba di RS Polri di Kramat Jati untuk diidentifikasi lebih lanjut sementara sekitar 43 lain yang cedera dirawat di tiga rumah sakit.
Menurut saksi mata, terjadi ledakan keras, yang diikuti oleh kebakaran hebat ketika para pekerja berada di dalam pabrik. Pasca padamnya api, petugas mendapati sejumlah mayat yang mengalami luka bakar dan sulit dikenali di dalamnya.
Sebagian besar jenazah korban ditemukan secara berkelompok di bagian belakang pabrik, yang memberi petunjuk bahwa mereka berupaya melarikan diri dari api yang menyebar.
Seorang petugas pemadam kebakaran mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa jenazah korban dalam keadaan hangus terbakar dan tidak bisa dikenali lagi.
Kombes Harry menambahkan polisi juga masih mencari tahu penyebab kebakaran, dan rincian lebih jauh soal kronologi kejadian. Termasuk informasi bahwa pabrik kembang api yang baru beroperasi dalam hitungan bulan itu
Jumlah pekerja di pabrik kembang api PT Panca Buana Cahaya Sukses mencapai 103 orang namun belum dipastikan apakah semua karyawan datang bekerja saat kecelakaan.
Hingga berita ini diturunkan 43 orang dilaporkan cedera sementara 46 jenazah korban sudah ditemukan dan sebagian sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati.
JAMBI - SEBAGAI bentuk bakti, perempuan Tionghoa di Jambi yang menganut Khonghucu mengenang teladan dari Confucius, Sang Nabi.
Perempuan Khonghucu Indonesia (Perkhin) Jambi, mayoritas warga Tionghoa, mengadakan peringatan mengenang Confucius. Peringati kelahiran yang ke 2.500 tahun dari tokoh folosofi paling berpengaruh di Tiongkok.
Peringatan yang berlangsung pada 15 Oktober 2017 ini sehari sebelum tanggal kelahiran Sang Nabi dalam agama Konghucu.
Herwai, Ketua Perkhin Jambi, mengatakan perayaan atas kelahiran Confucius itu baru kali pertama dilakukan. Sehingga wajar, jika banyak kekurangan dalam peryaan salah satu manusia paling sakral dalam Konghucu.
Perayaan ini, sambungnya, juga untuk mengenalkan ajaran dari Confucius. Selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. “Kami mengenang konsep ajaran Confusius. Mengajar tanpa diskriminasi, memperingati warisan beliau terhadap budaya Tionghoa,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Confucius adalah lelaki yang terpuji, meninggalkan ajaran dan prinsip etika yang terkenal di seluruh dunia. Menekankan kepada pembersihan diri melalui Lima Kebaikan yaitu kebajikan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan dan kesetiaan.
Ia melihat, Confucius merupakan seorang guru yang tulus, juga terhadap diri sendiri. Ia pernah sukses sebagai gubernur di daerah Cheng-tu, dalam tiga bulan tiada pencurian ataupun tindak pidana lain.
Bahkan posisi Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri Negeri Lu pernah dijabat. Tetapi semua itu ditinggalkan, penyebabnya sepela, kaisar lupa melakukan kewajiban sembahyang kepada Tuhan.
Kesadaran akan misi mengembangkan kebajikan tetap dipertahankan. Moral yang bajik itulah yang amat disenangi, tanpa gerutu kepada Tuhan. Sesal kepada sesama.
JAMBI - Perempuan Khonghucu Indonesia (Perkhin) Provinsi Jambi, Minggu (15/10-2017) siang mengadakan upacara memperingati Hari Lahir Confucius jatuh pada tanggal 16 Oktober 2017. Confucius dilahirkan 2500 tahun dahulu, Confucius adalah satu daripada ahli falsafah Tiongkok yang paling berpengaruh. Lelaki yang terpuji ini meninggalkan ajaran dan prinsip etika yang terkenal di seluruh dunia yang menekankan kepada pembersihan diri melalui Lima Kebaikan iaitu kebajikan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan dan kesetiaan.
Perayaan ini adalah kali pertama yang dilakukan Perkhin Jambi, ujar Herwai selaku ketua Perkhin Jambi, “Ini adalah pertama kali kita adakan Peringatan Hari Lahir Confucius”, dan mungkin terdapat kekurangan-kekurangan yang mesti kita perbaiki tahun depan, kata Herwai.
Demi mengenang konsep pengajaran Konfusius yang mengajar tanpa diskriminasi, memperingati warisan beliau terhadap budaya Tionghua, seperti klenteng Confusius di Jambi dan kota lain sebagainya pada mengadakan upacara Peringatan Hari Kelahiran Confusius.
Confucius seorang guru yang tulus, juga terhadap diri sendiri. Ia pernah sukses sebagai gubernur daerah Cheng-tu, dalam tiga bulan tiada pencurian maupun tindak pidana lain pun di situ. Bahkan posisi Menteri Kehakiman Merangkap Perdana Menteri negeri Lu pernah dijabatnya! Tetapi semua itu ia tinggalkan, hanya disebabkan sang raja 'lupa' melakukan kewajiban sembahyang kepada Tuhan. Ia sangat menyadari akan misinya mengembangkan kebajikan. Moral yang bajik itulah yang amat disenanginya, tanpa gerutu kepada Tuhan, sesal kepada sesama, dijalaninya misi kebajikan itu sampai akhir hayatnya. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI – Maha Cetiya Oenang Hermawan Minggu malam menggelar upacara Kathina 2561/BE (15/10-2017). Seusai pindapatta yang dilakukan oleh 6 biksu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) dipekarangan Cetiya yang diikuti oleh umat Buddha di kota Jambi. Mulai pukul 08.00 pagi, umat kota Jambi sudah berkumpul membentuk barisan tepat dihalaman cetiya yang berada dikawasan Kelurahan Cempaka Putih, Kota Jambi. Masing masing mereka memegang bingkisan berupa berbagai kebutuhan bhiksu.
Lalu, enam bhikku yang berasal dari Thailand muncul dari dalam Cetiya sambil membawa patta. Umat yang hadirpun lalu memasukkan bingkisan yang mereka bawa ke dalam patta. Ini merupakan ritual pindapatta yang merupakan tradisi yang dilakukan oleh Buddha dan murid Buddha sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan hingga saat ini.
Pindapatta yang digelar oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan kali ini merupakan rangkaian ritual perayaan hari raya Kathina puja.
Dalam menyambut masa Kathina yang berlangsung selama satu bulan, ada baiknya kita mengingat dan merenungkan kembali sejarahnya Kathina. Bagi umat Buddha, masa Kathina erat kaitannya dengan berdana kepada Sangha. Masa Kathina selalu disambut umat Buddha dengan begitu meriah, ini dapat dilihat dari semangat umat Buddha memperingati Kathina dengan berbondong-bondong datang ke Vihara. Mereka dengan perasaan bahagia, dan penuh ketulusan hati melakukan persembahan kepada Sangha.
Peristiwa ini sudah berlangsung beribu-ribu tahun lamanya dan menarik sekali apabila kita telusuri bagaimana sesungguhnya Kathina sampai ditetapkan oleh Sang Buddha Gotama?
Sejarah mencatat bahwa setelah meraih Pencerahan Agung, Sang Buddha melakukan perjalanan ke Taman Rusa Isipatana, di dekat Benares. Beliau membabarkan Dhamma yang dikenal dengan Dhammacakkapavatana Sutta kepada lima orang pertapa yang pernah menjadi sahabatNya? Kondana, Vappa, Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji. Setelah menguraikan khotbah pertama, Sang Buddha tetap tinggal disana. Beliau bertemu dengan Yasa, anak seorang pedagang kaya raya di Benares - dan memberikan wejangan Dhamma kepadanya. Disamping itu, Sang Buddha juga membabarkan Dhamma kepada ayah Yasa dan empat sahabat Yasa. Mereka beserta para pengikutnya - semuanya berjumlah lima puluh lima orang - meninggalkan kehidupan berumah tangga, memasuki kehidupan tanpa rumah (menjadi Bhiksu), dan mencapai tingkat kesucian Arahat.
Untuk itu, Ketua dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) Provinsi Jambi Darma Pawarta Oenang (Hasan) mengaku baru mendapatkan jadwal yang pas untuk semua Bhikku bisa berkumpul pada saat ini. “Kita harus menghitung dan memastikan bahwa semua Bhikku yang diundang bisa hadir. Karna mereka memiliki jadwal yang cukup padat. Maka, hari inilah (red: kemarin), kita bisa merayakan puncak hari raya Kathina bersama sama,” bebernya.
Jumlah siswa Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat pada saat itu sebanyak enam puluh orang. Kepada mereka Sang Buddha menyerukan untuk menyebarkan Dhamma dengan berkata :
"Aku telah terbebas dari semua ikatan-ikatan, oh para Bhiksu, baik yang bersifat batiniah maupun yang bersifat jasmania; demikianlah pula kamu sekalian, sekarang kamu harus menggembara untuk kesejahteraan orang banyak. Janganlah pergi berduaan ke tempat yang sama. Babarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya. Umumkanlah tentang kehidupan suci yang benar-benar bersih dan sempurna dalam ungkapan dan hakikatnya. Terdapat makhluk-makhluk yang matanya hanya ditutupi oleh sedikit debu. Kalau tidak mendengar Dhamma mereka akan kehilangan manfaat yang besar. Karena mereka adalah orang-orang yang dapat mengerti Dhamma dengan sempurna. Aku sendiri akan pergi ke Senanigama di Uruvela untuk mengajar Dhamma". (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI - PINDAPATA sebagai upaya latih diri untuk terima pemberian orang lain. Melakukan perjalanan menemima sumbangan dengan jalan kaki tanpa alas.
Menjadi biksu, bukan hanya pekara belajar agama, tapi menerapkannya. Termasuk melalui pindapata, upaya latih diri terima pemberian orang lain. Berjalan melewati jalanan yang panas, tanpa alas kaki.
Pindapata juga bisa menjadi sarana untuk melatih peraturan, kedisiplinan, sehingga tak mudah melanggarnya.
Perjalanan biksu mengumpulkan dana itu terlihat pada Ahad, 15 Oktober 2017. Berjalan dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.
Selain melatih diri, mereka juga mengadakan pindapata untuk menyambut Hari Raya Kathina 2561 BE atau 2017.
Para biksu yang datang dari Thailand ini membawa patta. Dalam bahasa India adalah pali, yang berarti mangkuk dengan menyusuri jalan-jalan. Menerima dharma dari umat berupa makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari sepanjang jalan.
Ada 6 biksu menerima pemberian beragam keperluan dari umat. Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan di bawah terik sinar matahari. Namun wajah mereka terlihat begitu sabar.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI). Melakukan pindapatta, tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para biksu.
2017年10月4日(农历八月十五)占碑华社在Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Ke-camatan Jelutung福庆堂“清水祖師公庙”庆祝中秋佳节,并感恩诸佛菩萨、神明及供奉犒赏内外神军饷。
占碑省孔教最高理事会主席、占碑省獅仔殿庙宇主席黄春回、印尼孔教妇女会郑华玲(Herwai)、福神堂副主席黄汉雄、客属主席李鑫荣和潮州公会副主席李進荣出席祈拜仪式。
占碑省福庆堂孔教会郑连丁学士主持祈拜仪式,礼拜天公、观音菩萨等多位神明,并祈祷国泰民安、风调雨顺、生意昌隆、六时吉祥、人民安康。随后,余兴节目接着开始,邀请来自巴淡华语歌手献唱,为中秋节带来了热闹气氛。 Romy/学科报道
JAMBI - Hingga kini masih banyak tradisi yang dipertahankan warga keturunan Tionghoa yang beragama Khonghucu diseluruh dunia. Salah satu diantaranya adalah pesta kue bulan di bulan purnama yang biasa digelar setiap tanggal 15 bulan delapan Imlek (Pe Gwee Cap Go/八月十五日) dengan mengelar sembahyang kue bulan dan juga tidak ketinggalan pesta kembang api pada malam harinya.
Perayaan Tiong Ciu Cue tahun ini yang jatuh pada tangga 4 Oktober 2017 di klenteng Khonghucu “Hok Kheng Tong” 占碑福慶堂孔教會, di Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (depan pabrik kopi AAA) 占碑埠哥尼區.
Selain menyambut perayaan Kue Bulan (Tiong Ciu Phia/月餅), Hok Kheng Tong (福慶堂)juga melakukan kho khun (犒赏内外神军餉) yang dilakukan setiap tahun, “Tiap tahun kita rayakan sembahyang Tiong Ciu Cue sekaligus melakukan kho khun“ ujar pengurus Hok Kheng Tong (福慶堂).
Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Tiong Ciu Cui dilakukan, terlebih dahulu para pengurus klenteng melakukan sembahyang didepan altar Tien (Tuhan), adapun maksud sebahyang tersebut adalah memberitahu kepada sang pencipta alam semesta, bahwa umatnya hendak merayakan Tiong Ciu Cue dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban. Prosesi upacara dipimpin langsung rohaniwan dari MATAKIN Jambi, The Lien Teng (鄭連丁先生).
Menurut Ketua Hok Kheng Tong (福慶堂主席), Zikif Effendy Lie (李鴻章先生), harapan kita semoga Tien (Tuhan/上帝) dapat memberikan perlindungan kepada bangsa dan negara, “Kita memohon kepada Tien (Tuhan/上帝) agar negara dapat terhindar dari segala bencana, agar masyarakat bisa melakukan aktifitas sehari dan warga aman sentosa, keluarga harmonis.
Tampak hadir dalam acara akbar tersebut, Ketua MATAKIN Jambi, Darman Wijaya (占碑省孔教最高理事會主席 黄春回黄春回先生), Ketua Perempuan Khonghucu (印尼孔教妇女) Herwai (郑华玲), Wakil Ketua Klenteng Hok Sin Tong (福神堂副主席黄汉雄先生), Ketua Perkumpulan Hakka Rudy Lidra (客属主席李鑫荣先生), Wakil Ketua Perkumpulan Teo Chew Jambi, Rozak (潮州公会副主席李進荣先生). (ROMY)
Melirik Perayaan Sejit “Sun Peng Sing He” yang lebih dikenal dengan nama sebutan Che Liong Kong” di Klenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Leng Chun Keng Jambi yang terletak di Jalan Koni 1, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Rabu (4/10) pagi.
Sejit Che Liong Kong tepat pada Pwe Gwe Cap Go (lunar kalender) MAKIN Leng Chun Keng Kota Jambi, sekaligus mengadakan sembahyang Tiong Chiu/ Zhong Qiu Jie, 15 bulan 8 tahun 2568 Kongzili yang jatuh pada 4 Oktober 2017 Masehi. Saat bulan purnama bersinar nan cemerlang di pertengahan musim gugur/rontok (Mid Autumn) dan dilakukan sembahyang syukur kepada Sun Peng Sing He dengan sajian khusus Tiong Chiu Pia atau Kue Bulan.
Selain menyambut perayaan Sejit Che Liong Kong dan Kho Kun “sesajian khusus dipersembahkan kepada para jenderal pengawal dewa-dewi”.
Ritual sembahyang dipimpin langsung oleh Lim Ze Cheng taoshe yang di undang dari Tiongkok.
Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Tiong Ciu Cui dilakukan, terlebih dahulu para pengurus klenteng MAKIN Leng Chun Keng melakukan sembahyang Tie Kong (Tuhan) di altar depan klenteng, adapun maksud sebahyang tersebut adalah meminta restu sekaligus pemberitahuan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tien), bahwa umatnya di Jambi hendak merayakan Tiong Ciu Cui dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban. (Romy)
JAMBI, Ratusan warga tionghoa Kota Jambi, sejak pagi hingga malam hari membanjiri aula serba guna klenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien yang terletak di jalan Koni IV Rt, 01, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, kota Jambi (1/10-2017), kehadiran warga untuk berburu aneka kuliner yang diselenggarakan oleh Perempuan Khonghucu Indonesia (PERKHIN) Provinsi Jambi. Acara kali pertama ini dilakukan oleh Perkhin Provinsi Jambi bukan saja etnis tionghoa yang hadir, namun banyak juga dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat.
Matakin Jambi dan Kota menyambut positif acara tersebut, selain membantu para usaha makanan kecil dalam rumah tangga, juga mempererat tali silaturahmi antar warga. Konsumen cukup menukarkan kupon sama mekanan/ barang sesuai dengan nilai harga makanan/barang.
Festival kuliner ini diikuti oleh 40 peserta dari pelaku usaha makanan kecil (kue),
Pengurus Perkhin menerangkan, dalam festival kuliner ini para peserta menjajakan aneka makanan seperti, nasi goreng, nasi uduk, nasi cabe hijau, tekwan, pempek, sambal jengkol, gado-gado, pecel, laksan, makanan jepang, lonteng, aneka kue, buah-buahan, aneka minuman, kerajinan tangan dan komestik. Bagi pengunjung yang hoki akan mendapatkan undian doorprize dari panitia penyelenggara.
Menurut Ketua Perkhin Provinsi Jambi ibu Herwai, tujuan festival kuliner adalah sebagai upaya menunjang program pemerintah, karena kuliner merupakan salah program perempuan Khonghucu Jambi. “Melalui kegiatan bazar ini, harapan kami dapat menggali kreasi dan kreativitas masyarakat dalam mengembangkan kuliner di Jambi,” terangnya.
Hasil donasi festival kuliner, akan disumbangkan ke klenteng MAKIN Sai Che Tien untuk perayaan hari besar Nabi Kongze bulan nopember mendapat.
Sangat disayangi, acara bazar ini tidak didukung oleh sebagian besar Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) di Jambi.!!! (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi membuka secara resmi Workshop Pengelolalaan Tempat Ibadah Agama Khonghucu di Provinsi Jambi yang diwakili Abdullah Salam oleh di Hotel Rumah Kito Jalan Serma Ishak Ahmad, Kompleks Puri Mayang Blok A 1-6, Mayang Mangurai, Kota Baru, 36129 Jambi [Lihat Album: Workshop Pengelolalaan Tempat Ibadah Agama Khonghucu Di Provinsi Jambi].
Seperti diketahui, saat ini pemeluk Khonghucu sudah dapat melaksanakan agamanya menyusul Terbitnya Keppress No. 6/2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid yang mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 477/74054/BA.01.2/4683/95.
Workshop yang dihadiri 50 peserta itu, yang diselenggara oleh Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kementerian Agama RI selama dua hari di Jambi. Pesertanya selain umat Khonghucu dari Kota Jambi juga datang dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kuala Tungkal. workshop berlangsung dua hari (1-2/8-2017).
Dalam sambutan Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI, M. Mudhofier yang hadiri di Jambi bersama Kepala Bidang Bimas Khonghucu Kemenag RI, Dra. Hj. Emma Nurmawati, MM mengatakan, Workshop ini diselenggarakan untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sistim pendidikan Agama Khonghucu di wilayah Provinsi Jambi.
Sejak dicabutnya kedua peraturan tersebut, maka agama Khonghuchu merupakan agama yang diakui keberadaaannya oleh pemerintah. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berkewajiban memberikan pelayaan dan pembinaan terhadap umat agama Khonghucu baik dalam melaksanakan ajaran agamanya di lingkungan masyarakat maupun dalam mendapatkan pelayanan hak-hak sipil, pendidikan agama di sekolah.
Sementara itu, pada Oktober 2007, kebebasan beragama umat Khonghucu ini semakin jelas dan tegas dengan keluarnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Perihal pendidikan agama Khonghucu di jalur sekolah formal, nonformal, dan informal diatur pada Pasal 45, sedangkan untuk jalur tenaga pendidiknya diatur oleh Pasal 47 PP tersebut, dan diterbitkannya Peraturan Menteri Agama No.16 Tahun 2010 dalam pasal 2 ayat 2. (Romy)
Apa yang bisa kamu dapatkan dengan uang 10 NTD atau sekitar 4.000 perak sekarang?
Mungkin untuk ongkos naik angkot atau makanan ringan anak-anak, mungkin anak-anak akan cemberut apabila dikasih uang saku seharga satu botol air mineral.
Tetapi bisakah kamu bayangkan ribuan perak itu bisa untuk makan di warung prasmanan? Luar biasa dan membingungkan!
Tapi, semua itu nyata dan terjadi di Pulau Formosa, Taiwan.
Sesosok nenek 95 tahun yang membuat orang-orang meneteskan air mata saking baiknya.
Seumur hidupnya hanya dicurahkan untuk hal yang menghangatkan ini, warung prasmanan seharga 10 NTD atau sekitar 4.000 perak (1 NTD = 439.4 kurs Juni 2017).
Nek, kenapa kasih begitu banyak!”
”Tidak apa-apa, tidak apa-apa, kalau makan harus kenyang, makan yang kenyang!”
Sementara tamu yang makan itu memasukkan 10 NTD ke dalam keleng di samping meja masakan.
Pemandangan seperti itu bisa disaksikan setiap hari di jembatan taman di seperti itu terjadi di jembatan taman di kota Kaohsiung, Taiwan.
Ikan kukus kecap, daging masak kecap, jagung, sosis, nasi…yang dipadukan dengan beberapa sayuran, semuanya lengkap. Harganya semua itu hanya 10 NTD atau sekitar 4.000 rupiah.
Tidak hanya itu, kamu juga bisa makan sepuasnya.
Ada yang bertanya pada nenek, “Murah sekali nek, apa nenek bisa untung?”
Jujur saja, mana mungkin bisa untung. Yang ada malah rugi, mustahil bisa untung !
Di warung inilah, nenek telah membuka usaha ruginya selama 55 tahun !
Anda pasti bertanya-tanya, siapa sosok nenek yang baik hati ini?
Mengapa di usianya yang sudah senja, masih menjajakan usaha ruginya di bawah terpaan angin dan hujan?
Nenek ini bukanlah sosok seorang bintang atau tokoh terkenal, dia hanyalah orang tua biasa.
Tapi nenek ini memiliki sekeping hati yang mulia. Kemudian menghangatkan jiwa dan perut orang-orang yang tak terhitung banyaknya dengan kebaikan hatinya.
Prasmanan seharga Rp. 4.000 ini sebagai balas budinya.
Nenek ini bernama Zhuang Zhu Yu, pindah ke Kaohsiung pada usia 16 tahun.
Tak lama setelah menikah, suaminya dikirim dinas sebagai tentara di Nanyang untuk melawan penjajahan Jepang.
Ia yang awalnya hidup seorang diri, akhirnya mendapatkan bantuan dari seorang pekerja di pelabuhan.
Hal ini membuatnya sangat terharu, dan selalu diingatnya sepanjang hayat.
Kemudian setelah suaminya kembali ke Taiwan, usahanya makin membaik dan maju.
Ia mulai membantu para pekerja di pelabuhan yang kesusahan, meminjamkan gudangnya sebagai tempat tinggal secara cuma-cuma.
Perlahan, ia melihat bahwa kehidupan para pekerja itu sangat susah. Kerjanya berat tapi bayarannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan untuk tidur saja tidak ada tempatnya.
Dia terbayang dengan budi dari kuli di pelabuhan yang pernah membantunya, maka ia mulai memasak makanan bagi para pekerja tersebut tanpa menerima bayaran sepeser pun.
Ia tidak mengharapkan imbalan apapun dari mereka.
Hal yang mengharukan dari ketulusan nenek ini, adalah ia melakukan pekerjaan itu seumur hidup.
Setiap pagi ke pasar belanja sayur-mayur, kemudian menyiapkan masakannya, mulai dari mencuci sayur, memasak dan sebagainya semuanya disiapkan sendiri.
Itu dilakukan agar para pekerja bisa makan di pagi hari. Nenek selalu membuka warungnya tanpa istirahat, tidak peduli badai angin atau hujan, ia selalu melayani para kuli kasar dengan ikhlas.
Kebaikan hatinya kemudian tersebar luas. Bukan hanya pekerja pelabuhan orang-orang miskin dan gelandangan di sekitar silih berganti ke warungnya.
Makanan simpati secara cuma-cuma, satu hari lebih dari 200 orang makan di warungnya.
Hal ini membuat si nenek semakin gigih. Dia merasa itu hal-hal kecil yang bisa dilakukannya.
Karena dapat membantu lebih banyak orang membuat si nenek semakin bersemangat.
Namun, setiap hari memasok begitu banyak orang untuk makan juga bukanlah pengeluaran yang kecil.
Berapa lama nenek bisa bertahan dengan subsidinya yang tiada henti itu?
Agar punya uang untuk belanja sayur-mayur, kemudian ia mulai menerima bayaran 3 NTD atau sekitar 1300 perak, atau Rp. 2100 perak,- Semua harga jual itu berlangsung selama 10 tahun.
Sampai 10 tahun kemudian, nenek baru menaikkan menjadi 10 NTD atau sekitar 4000 rupiah.
Namun, sang nenek tidak akan menerima sepeserpun jika orang yang makan di warungnya itu benar-benar kesulitan.
Ia hanya melambaikan tangannya, sambil berkata, “Sudahlah tidak usah! Kalau tidak cukup tambah saja.”
Semua orang tahu perlu uang untuk membeli sayur-mayur. Tapi jika hanya dua dolar per orang untuk sekali makan, jangankan menopang kehidupan nenek sehari-hari, bahkan uang untuk membeli sayuran saja tidak cukup setiap hari!
Nenek Zhuang selalu memikirkan solusinya. Misalnya, setiap hari setelah tutup warung, ia bekerja sebagai pemungut sampah untuk tambahan uang belanja atau menggunakan uang pemberian anak-anaknya.
Belakangan ia bahkan menjual tujuh rumahnya. Bahkan berutang 500.000 NTD atau sekitar Rp. 219.7 juta.
Karena dia tidak hanya memasak untuk makan para kuli bangunan, saat pekerja bangunan tidak punya uang untuk biaya nikah, nenek Zhuang pasti akan membantu dengan uangnya sendiri untuk akad nikah mereka.
Seakan-akan ia telah mengganggap para pekerja di pelabuhan itu seperti kerabatnya sendiri!
Baik putra dan putri nenek sendiri, atau tetangganya tidak bisa memahami semua yang dilakukan nenek.
Para penduduk disini tidak ada yang bisa mengerti dengan nenek itu. Mengapa pekerjaan yang tidak ada hasilnya itu terus dipertahankan?
Apalagi usia nenek sudah semakin senja, fisiknya sudah tidak memungkinkannya begitu terus.
Namun, tidak ada satu pun orang yang mampu mencegahnya.
Jika direnungkan, banyak orang yang mampu membantu orang-orang miskin.
Tapi, mereka lebih suka berfoya-foya menghamburkan uang. Tidak pernah berpikir untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Orang yang membantu justeru seorang nenek yang hampir bangkrut. Dan sekali bantu juga bukan dalam hitungan hari, tapi selama 55 tahun, bayangkan!
Nenek Zhuang juga sering menasehati anak-anaknya, “Kalau ada kesempatan bantu-bantulah orang lain, ini adalah berkah kebaikan.”
Meski dililit penyakit, tapi curahan cinta kasih nenek Zhuang tidak pernah berhenti.
Di usianya ke- 70 tahun saat itu, karena kondisi fisiknya ia harus mengurangi menunya dari tiga kali menjadi dua kali.
Saat berusia 80 tahun, akhirnya nenek Zhuang pun jatuh sakit. Ia yang telah bekerja keras sepanjang hidupnya terbaring lemah di tempat tidur.
Tubuhnya kurus, membuat miris ketika melihat kondisinya sekarang.
Tapi dia masih mencemaskan para pekerja di dermaga. Cemas apakah orang-orang miskin di sana sudah makan atau belum.
Baru saja sedikit membaik, nenek Zhuang bersikeras mau ke warungnya, membuat keluarganya tak berdaya membujuknya.
Akhirnya keluarga terpaksa mengizinkannya cukup masak satu kali saja untuk pekerja.
Tapi, bagaimanapun juga, karena faktor usianya yang sudah senja, tidak lama kemudian nenek Zhuang stroke, dan harus istirahat di ranjang.
Kali ini, kondisi penyakitnya cukup memprihatinkan. Sebesar apapun cinta kasih dan kebaika tetap tak sanggup melawan serangan momok penyakit.
5 tahun kemudian, nenek akhirnya pergi untuk selamanya.
Sosok orang yang membuka warung kecil dan pernah membantu orang-orang miskin yang tak terhitung banyaknya ketika itu kini tidak akan pernah kembali lagi.
Nenek Zhuang yang telah menginjak usia 96 tahun itu telah meninggalkan warung kasih sayangnya.
Saat perpisahan itu, lebih dari 2.000 orang secara spontan turut mengantar kepergian nenek Zhuang ke peristirahatan terakhirnya.
Untuk karangan bunga saja mencapai ratusan meter panjangnya di sisi kiri kanan jalan.
Chen Jinzhang (79), mantan pekerja di dermaga yang setiap hari menikmati masakan nenek Zhuang itu tampak menangis sesenggukan seperti anak kecil.
”Kita tidak akan pernah bisa lagi menikmati masakan nenek,” kataya terisak.
Sebagian besar yang datang mengantar kepergian nenek adalah para pekerja pelabuhan. Mereka semua pernah merasakan kasih dan karunia nenek Zhuang.
Mata para pekerja tampak berkaca-kaca dan meneteskan air mata begitu membayangkan kehangatan semangkuk nasi dari nenek Zhuang di tengah penderitaan hidup mereka ketika itu.
Tapi yang menyejukkan, anak-anak dari nenek Zhuang kemudian mendirikan yayasan amal saat memperingati tahun pertama kematian nenek Zhuang. Mereka berharap bisa meneruskan kebaikan dan kasih sayang ibunya.
Mungkin kita tidak punya kekuatan yang dahsyat untuk mengubah dunia, tapi di dunia yang rasa simpati dan empatinya yang tipis ini.
Semangkuk nasi mungkin benar-benar merupakan seberkas kehangatan sepanjang hayat. Sebuah tindakan yang tulus ikhlas menyebarkan energi positif ke segenap penjuru masyarakat.
Semoga dunia ini bisa menjadi lebih indah karena kebaikan kita semua, dan semoga setiap orang yang baik bisa dihangatkan oleh dunia ini.
Akhir kata selamat jalan nenek Zhuang yang baik! Semoga tenang di sisi Tuhan…