YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pengungsi dari sejumlah dusun di barak pengungsian Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, berlarian mengungsikan diri dengan menumpangi truk karena Gunung Merapi meletus lagi pada Senin (1/11/2010), pukul 10.10 WIB. Hampir seluruh pengungsi dilanda panik karena letusan gunung cukup besar dan tampak jelas karena cuaca saat ini cukup cerah.
Beberapa anak dan ibu pun menangis karena ketakutan. Anak-anak pengungsi yang baru pulang sekolah juga tak luput dari panik karena tak menemukan bapak dan ibunya di tempat pengungsian. Sebab, para pengungsi yang berada di barak di Desa Glagaharjo itu langsung diungsikan ke Desa Jetis yang berada di bawah.
Seorang siswi SMP yang baru saja pulang menangis karena tak menemukan keluarganya di pengungsian. "Ibuku mana? Aku takut," kata siswi itu sambil menangis. Jamilah (17), salah seorang pengungsi, juga tak menemukan orang tuanya karena dia sedang tidur di barak saat Merapi meletus. Sementara kedua orang tuanya, menurut sejumlah pengungsi, sudah dievakuasi ke Desa Jetis.
"Bapak dan ibuku enggak ada. Mereka selamat atau tidak," katanya sambil menangis. Beberapa anak-anak pengungsi yang sedang bermain pun harus meninggalkan mainannya dan ikut dengan orangtuanya dievakuasi. "Tuh, gunungnya meletus lagi," kata Dwi Sulistiani (10).
http://regional.kompas.com/read/2010/11/01/11152473/
Beberapa anak dan ibu pun menangis karena ketakutan. Anak-anak pengungsi yang baru pulang sekolah juga tak luput dari panik karena tak menemukan bapak dan ibunya di tempat pengungsian. Sebab, para pengungsi yang berada di barak di Desa Glagaharjo itu langsung diungsikan ke Desa Jetis yang berada di bawah.
Seorang siswi SMP yang baru saja pulang menangis karena tak menemukan keluarganya di pengungsian. "Ibuku mana? Aku takut," kata siswi itu sambil menangis. Jamilah (17), salah seorang pengungsi, juga tak menemukan orang tuanya karena dia sedang tidur di barak saat Merapi meletus. Sementara kedua orang tuanya, menurut sejumlah pengungsi, sudah dievakuasi ke Desa Jetis.
"Bapak dan ibuku enggak ada. Mereka selamat atau tidak," katanya sambil menangis. Beberapa anak-anak pengungsi yang sedang bermain pun harus meninggalkan mainannya dan ikut dengan orangtuanya dievakuasi. "Tuh, gunungnya meletus lagi," kata Dwi Sulistiani (10).
http://regional.kompas.com/read/2010/11/01/11152473/