Senin, 10 Juli 2017

印大考古学生在慕阿拉占碑



 
 
 
千年佛塔遗址进行学习和考
2017710,印度尼西亚大学(简称UI)50名考古系大学生, 在占碑港佛塔遗址( Muara Jambi )进行学术性考古工作,随行中有多位教授,包括吉杰教授和阿古斯教授卡力那教授(Karina Arifin, Ph. D.)和英格力教授(Ingrid HE Pojoh)

  这活动也受到省府有关部门的积极响应,并得到慕亚拉占碑协会The Somt创始人之一华裔蔡邦胜居士的积极支持和赞助。蔡居士也在机场热烈欢迎他们的到来。

  占碑的佛塔早在公元664年唐朝就已建设,成为室利威查雅王朝国王祭拜的重地,印尼国家历史文物研究中心在1981开始对其遗址进行调查研究,发现约有80处佛塔遗址被埋于地下,此后陆续对4遗址进行挖掘,显示出这是印尼古代马来王朝在亚洲的一所最大型的佛教学府,占地2612顷,今印大学生考古队对Kandato佛塔遗址,进行学术性挖掘。在50多人中,有些是最后一期5级的印大考古系大学生。

  吉杰教授表示,以往我们是在爪哇岛进行考古活动,由于受到省长的推荐和占碑关爱慕亚拉占碑佛塔协会 创办人蔡邦胜居士推动,促成今次的活动顺利举行。佛塔遗址面积比当今中爪哇的婆罗浮图佛塔面积大20倍,是柬埔寨安格瓦佛塔面积的两倍。

  蔡居士表示,对学生们在占碑佛塔遗址的学习和考察,感到欣慰,因为这样一来青年人对占碑佛塔遗址进一步认识。从出土的文物中可知有不少来自中国的僧人,他们很早就来占碑这块土地了,占碑昔日的辉煌,将重新放光茫普照四方。

  本报记者明光报道/romy

Kamis, 06 Juli 2017

Nenek 96 Tahun ini Menjalankan Usaha Ruginya Selama 55 Tahun, Bahkan Meninggalkan Hutang, Ternyata Semua ini Demi…

 
 
 
 
 
 
 
 
 
Apa yang bisa kamu dapatkan dengan uang 10 NTD atau sekitar 4.000 perak sekarang?

Mungkin untuk ongkos naik angkot atau makanan ringan anak-anak, mungkin anak-anak akan cemberut apabila dikasih uang saku seharga satu botol air mineral.

Tetapi bisakah kamu bayangkan ribuan perak itu bisa untuk makan di warung prasmanan? Luar biasa dan membingungkan!

Tapi, semua itu nyata dan terjadi di Pulau Formosa,  Taiwan.
Sesosok nenek 95 tahun yang membuat orang-orang meneteskan air mata saking baiknya.

Seumur hidupnya hanya dicurahkan untuk hal yang menghangatkan ini, warung prasmanan seharga 10 NTD atau sekitar 4.000 perak (1 NTD = 439.4 kurs Juni 2017).

Nek, kenapa kasih begitu banyak!”

”Tidak apa-apa, tidak apa-apa, kalau makan harus kenyang, makan yang kenyang!”

Sementara tamu yang makan itu memasukkan 10 NTD ke dalam keleng di samping meja masakan.

Pemandangan seperti itu bisa disaksikan setiap hari di jembatan taman di seperti itu terjadi di jembatan taman di kota Kaohsiung, Taiwan.

Ikan kukus kecap, daging masak kecap, jagung, sosis, nasi…yang dipadukan dengan beberapa sayuran, semuanya lengkap. Harganya semua itu hanya 10 NTD atau sekitar 4.000 rupiah.

Tidak hanya itu, kamu juga bisa makan sepuasnya.

Ada yang bertanya pada nenek, “Murah sekali nek, apa nenek bisa untung?”

Jujur saja, mana mungkin bisa untung. Yang ada malah rugi, mustahil bisa untung !

Di warung inilah, nenek telah membuka usaha ruginya selama 55 tahun !

Anda pasti bertanya-tanya, siapa sosok nenek yang baik hati ini?

Mengapa di usianya yang sudah senja, masih menjajakan usaha ruginya di bawah terpaan angin dan hujan?

Nenek ini bukanlah sosok seorang bintang atau tokoh terkenal, dia hanyalah orang tua biasa.

Tapi nenek ini memiliki sekeping hati yang mulia. Kemudian menghangatkan jiwa dan perut orang-orang yang tak terhitung banyaknya dengan kebaikan hatinya.

Prasmanan seharga Rp. 4.000 ini sebagai balas budinya.

Nenek ini bernama Zhuang Zhu Yu, pindah ke Kaohsiung pada usia 16 tahun.

Tak lama setelah menikah, suaminya dikirim dinas sebagai tentara di Nanyang untuk melawan penjajahan Jepang.

Ia yang awalnya hidup seorang diri, akhirnya mendapatkan bantuan dari seorang pekerja di pelabuhan.

Hal ini membuatnya sangat terharu, dan selalu diingatnya sepanjang hayat.

Kemudian setelah suaminya kembali ke Taiwan, usahanya makin membaik dan maju.
Ia mulai membantu para pekerja di pelabuhan yang kesusahan, meminjamkan gudangnya sebagai tempat tinggal secara cuma-cuma.

Perlahan, ia melihat bahwa kehidupan para pekerja itu sangat susah. Kerjanya berat tapi bayarannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan untuk tidur saja tidak ada tempatnya.

Dia terbayang dengan budi dari kuli di pelabuhan yang pernah membantunya, maka ia mulai memasak makanan bagi para pekerja tersebut tanpa menerima bayaran sepeser pun.

Ia tidak mengharapkan imbalan apapun dari mereka.

Hal yang mengharukan dari ketulusan nenek ini, adalah ia melakukan pekerjaan itu seumur hidup.

Setiap pagi ke pasar belanja sayur-mayur, kemudian menyiapkan masakannya, mulai dari mencuci sayur, memasak dan sebagainya semuanya disiapkan sendiri.

Itu dilakukan agar para pekerja bisa makan di pagi hari. Nenek selalu membuka warungnya tanpa istirahat, tidak peduli badai angin atau hujan, ia selalu melayani para kuli kasar dengan ikhlas.

Kebaikan hatinya kemudian tersebar luas. Bukan hanya pekerja pelabuhan orang-orang miskin dan gelandangan di sekitar silih berganti ke warungnya.

Makanan simpati secara cuma-cuma, satu hari lebih dari 200 orang makan di warungnya.

Hal ini membuat si nenek semakin gigih. Dia merasa itu hal-hal kecil yang bisa dilakukannya.

Karena dapat membantu lebih banyak orang membuat si nenek semakin bersemangat.

Namun, setiap hari memasok begitu banyak orang untuk makan juga bukanlah pengeluaran yang kecil.

Berapa lama nenek bisa bertahan dengan subsidinya yang tiada henti itu?

Agar punya uang untuk belanja sayur-mayur, kemudian ia mulai menerima bayaran 3 NTD atau sekitar 1300 perak, atau Rp. 2100 perak,- Semua harga jual itu berlangsung selama 10 tahun.

Sampai 10 tahun kemudian, nenek baru menaikkan menjadi 10 NTD atau sekitar 4000 rupiah.

Namun, sang nenek tidak akan menerima sepeserpun jika orang yang makan di warungnya itu benar-benar kesulitan.

Ia hanya melambaikan tangannya, sambil berkata, “Sudahlah tidak usah! Kalau tidak cukup tambah saja.”

Semua orang tahu perlu uang untuk membeli sayur-mayur. Tapi jika hanya dua dolar per orang untuk sekali makan, jangankan menopang kehidupan nenek sehari-hari, bahkan uang untuk membeli sayuran saja tidak cukup setiap hari!

Nenek Zhuang selalu memikirkan solusinya. Misalnya, setiap hari setelah tutup warung, ia bekerja sebagai pemungut sampah untuk tambahan uang belanja atau menggunakan uang pemberian anak-anaknya.

Belakangan ia bahkan menjual tujuh rumahnya. Bahkan berutang 500.000 NTD atau sekitar Rp. 219.7 juta.

Karena dia tidak hanya memasak untuk makan para kuli bangunan, saat pekerja bangunan tidak punya uang untuk biaya nikah, nenek Zhuang pasti akan membantu dengan uangnya sendiri untuk akad nikah mereka.

Seakan-akan ia telah mengganggap para pekerja di pelabuhan itu seperti kerabatnya sendiri!

Baik putra dan putri nenek sendiri, atau tetangganya tidak bisa memahami semua yang dilakukan nenek.

Para penduduk disini tidak ada yang bisa mengerti dengan nenek itu. Mengapa pekerjaan yang tidak ada hasilnya itu terus dipertahankan?

Apalagi usia nenek sudah semakin senja, fisiknya sudah tidak memungkinkannya begitu terus.

Namun, tidak ada satu pun orang yang mampu mencegahnya.

Jika direnungkan, banyak orang yang mampu membantu orang-orang miskin.

Tapi, mereka lebih suka berfoya-foya menghamburkan uang. Tidak pernah berpikir untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

Orang yang membantu justeru seorang nenek yang hampir bangkrut. Dan sekali bantu juga bukan dalam hitungan hari, tapi selama 55 tahun, bayangkan!

Nenek Zhuang juga sering menasehati anak-anaknya, “Kalau ada kesempatan bantu-bantulah orang lain, ini adalah berkah kebaikan.”

Meski dililit penyakit, tapi curahan cinta kasih nenek Zhuang tidak pernah berhenti.

Di usianya ke- 70 tahun saat itu, karena kondisi fisiknya ia harus mengurangi menunya dari tiga kali menjadi dua kali.

Saat berusia 80 tahun, akhirnya nenek Zhuang pun jatuh sakit. Ia yang telah bekerja keras sepanjang hidupnya terbaring lemah di tempat tidur.

Tubuhnya kurus, membuat miris ketika melihat kondisinya sekarang.

Tapi dia masih mencemaskan para pekerja di dermaga. Cemas apakah orang-orang miskin di sana sudah makan atau belum.

Baru saja sedikit membaik, nenek Zhuang bersikeras mau ke warungnya, membuat keluarganya tak berdaya membujuknya.

Akhirnya keluarga terpaksa mengizinkannya cukup masak satu kali saja untuk pekerja.

Tapi, bagaimanapun juga, karena faktor usianya yang sudah senja, tidak lama kemudian nenek Zhuang stroke, dan harus istirahat di ranjang.

Kali ini, kondisi penyakitnya cukup memprihatinkan. Sebesar apapun cinta kasih dan kebaika tetap tak sanggup melawan serangan momok penyakit.

5 tahun kemudian, nenek akhirnya pergi untuk selamanya.

Sosok orang yang membuka warung kecil dan pernah membantu orang-orang miskin yang tak terhitung banyaknya ketika itu kini tidak akan pernah kembali lagi.

Nenek Zhuang yang telah menginjak usia 96 tahun itu telah meninggalkan warung kasih sayangnya.

Saat perpisahan itu, lebih dari 2.000 orang secara spontan turut mengantar kepergian nenek Zhuang ke peristirahatan terakhirnya.

Untuk karangan bunga saja mencapai ratusan meter panjangnya di sisi kiri kanan jalan.

Chen Jinzhang (79), mantan pekerja di dermaga yang setiap hari menikmati masakan nenek Zhuang itu tampak menangis sesenggukan seperti anak kecil.

”Kita tidak akan pernah bisa lagi menikmati masakan nenek,” kataya terisak.

Sebagian besar yang datang mengantar kepergian nenek adalah para pekerja pelabuhan. Mereka semua pernah merasakan kasih dan karunia nenek Zhuang.

Mata para pekerja tampak berkaca-kaca dan meneteskan air mata begitu membayangkan kehangatan semangkuk nasi dari nenek Zhuang di tengah penderitaan hidup mereka ketika itu.

Tapi yang menyejukkan, anak-anak dari nenek Zhuang kemudian mendirikan yayasan amal saat memperingati tahun pertama kematian nenek Zhuang. Mereka berharap bisa meneruskan kebaikan dan kasih sayang ibunya.

Mungkin kita tidak punya kekuatan yang dahsyat untuk mengubah dunia, tapi di dunia yang rasa simpati dan empatinya yang tipis ini.

Semangkuk nasi mungkin benar-benar merupakan seberkas kehangatan sepanjang hayat. Sebuah tindakan yang tulus ikhlas menyebarkan energi positif ke segenap penjuru masyarakat.

Semoga dunia ini bisa menjadi lebih indah karena kebaikan kita semua, dan semoga setiap orang yang baik bisa dihangatkan oleh dunia ini.

Akhir kata selamat jalan nenek Zhuang yang baik! Semoga tenang di sisi Tuhan…

http://www.erabaru.net/2017/06/16/nenek-96-tahun-ini-menjalankan-usaha-ruginya-selama-55-tahun-bahkan-meninggalkan-hutang-ternyata-semua-ini-demi/5/

Nenek Ini ke Bank untuk Mengambil Uang Satu Juta Rupiah, Tapi Ditolak dengan Nada Ketus oleh Teller ! Si Nenek Lalu Berkata :”Kalau Begitu, Saya Ambil 400 Miliar”

Seorang nenek dari Guangzhou, Tiongkok, pergi ke sebuah bank.

Ia menyerahkan kartu ATM-nya kepada teller dan mengatakan mau mengambi uang.

“Nona, tolong ambilkan 500 yuan (1 juta rupiah), terima kasih.”

”Pengambilan tunai di bawah 5000 yuan (sekitar 10 juta) bisa ambil di ATM,” kata teller.

Nenek  : “Mengapa tidak bisa diambil di sini ?”

“Ini peraturan bank, kalau tidak ada hal lain, nenek ke ATM saja, masih banyak yang antri di belakang,” kata teller dengan ketus sambil mengembalikan kartu ATM si nenek.
Nenek itu diam saja, kemudian kartu ATM-nya diserahkan lagi pada teller sambil berkata :

”Kalau begitu, tolong ambilkan semua uang tabungan saya!Terima kasih !”

Muka teller bank seketika berubah, dan langsung berdiri membungkukkan badan sambil berkata pada si nenek :

“Maaf ya nek sebelumnya, total tabungan nenek ada 200 juta yuan (400 miliar), kami tidak memiliki uang tunai sebanyak itu di bank.”

“Maaf ya nek, nenek sebelumnya harus memberitahu dulu waktu pengambilan uang, baru bisa kami siapkan,” lanjuta teller bank.

“Kalau begitu, berapa maksimalnya uang tunai yang bisa saya ambil ?” Tanya si nenek.

Teller : “Nenek bisa ambil di bawah 300.000 yuan(600 juta).”

”Terima kasih, ya sudah tolong ambilkan 600 juta saja,” kata nenek.

Dengan rasa hormat, teller bank segera mengambil 600 juta untuk si nenek.

Setelah nenek menerima uangnya, lalu ia mengambil satu juta dari tumpukan uang tunai di tangannya.

Kemudian berkata pada teller, “Nona, tolong tabungkan 599 juta ini ke rekening saya, terima kasih.”

Raut wajah teller bank seketika berubah, serba salah dan kikuk di hadapan si nenek.

Pesan yang disampaikan dalam kisah dia atas adalah, janganlah memandang nasabah atau teman atau orang asing sekali pun dengan sebelah mata (hina).

Suatu ketika mungkin saja orang hina di mata Anda itu bisa membantumu.

Camkan baik-baik, jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya yang sederhana.

http://www.erabaru.net/2017/07/05/nenek-ini-ke-bank-untuk-mengambil-uang-satu-juta-rupiah-tapi-ditolak-dengan-nada-ketus-oleh-teller-si-nenek-lalu-berkata-kalau-begitu-saya-ambil-400-miliar/2/

Demi Membantu Cucunya yang Buta, Apa yang Dilakukan Nenek 68 Tahun Ini di Luar Kelas, Akan Membuat Anda Terperangah

 
 
 
Nenek sayang sama cucu adalah hal yang biasa, tetapi kisah nenek yang satu ini adalah satu hal yang sangat mengharukan.

Di sebuah sekolah khusus di Xuzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, setiap hari di luar salah satu kelas akan terlihat seorang nenek yang menyimak dengan seksama pelajaran dari guru cucunya.

Bukan karena nenek ini yang mau belajar, tapi semua ini ia lakukan demi cucunya yang buta, yang belajar dengan huruf Braille.

Demi membantu cucunya, sang nenek setiap hari ikut belajar sambil berdiri di luar kelas, kemudian diajarkan lagi di rumah seandainya si cucu itu tidak mengerti.

Xin Xin, cucu dari nenek Liu (68) ini menderita penyakit degeneratif syaraf atau Spinocerebellar Degeneration atau biasa di sebut Ataxia (Penyakit yang menyerang otak kecil dan tulang belakang dan menyebabkan gangguan pada syaraf motorik).Sehingga hampir tidak bisa melihat, juga tidak ada cara untuk dapat menyembuhkannya.

Karena orangtua Xin Xin bekerja di luar daerah, sehingga Xin-Xin harus tinggal bersama neneknya.

Nenek Xin Xin takut kalau cucunya nanti akan mengalami kesulitan dalam kesehariannya jika ia sudah tiada.

Pada 2016, sang nenek mendengar ada sekolah pendidikan khusus ini, lalu membawa Xinxin yang baru berusia 7 tahun pindah dan menyewa tempat tinggal di sekitar area sekolahan tersebut.

Pada hari pertama sekolah, dimana karena Xin Xin cucunya menderita ataxia, harus belajar gerakan tangan, serta penggunaan papan tulis Braille yang sangat menguras tenaga.

Akhirnya sang nenek merasa harus ikut belajar dan menyimak dengan seksama pelajaran dari guru cucunya, kemudan baru diajarkan lagi pada malam hari di rumah.

Akhirnya dengan cara ini, nenek yang sebenarnya tidak pernah mengecap pendidikan ini setiap hari menemani cucunya sekolah.

Awalnya, sang nenek khawatir kehadirannya di luar kelas akan mengganggu proses belajar mengajar.

Tak disangka, setelah mengetahui maksud baik nenek Xin Xin. Guru cucunya justru memperbesar volume suara supaya terdengar oleh nenek,  bahkan menggunakan isyarat mata untuk memastikan nenek juga mengerti.

Setelah sekolah berakhir, nenek lalu masuk ke dalam kelas dan mengulang kembali dengan teliti pelajaran yang diberikan guru cucunya barusan. Atau malamnya nenek mengajarinya lagi di rumah.

Guru sekolah khusus di Kota Xuzhou mengatakan : “Sudah bertahun-tahun saya mengajar di sekolah ini, boleh dikata setiap anak yang sekolah di sini punya kisah tentang hidup mereka masing-masing, tapi untuk pertama kalinya saya melihat nenek yang begitu sayangnya sama cucunya seperti ini, hati kami sangat tersentuh, ia adalah seorang nenek yang hebat.”

Sungguh mengharukan, hampir saja meneteskan air mata! Mudah-mudahan Xin Xin bisa tumbuh sehat dan menjadi anak yang berbakti.

http://www.erabaru.net/2017/06/19/demi-membantu-cucunya-yang-buta-apa-yang-dilakukan-nenek-68-tahun-ini-di-luar-kelas-akan-membuat-anda-terperangah/

Senin, 03 Juli 2017

Jambret Beraksi di Jalan HMO Bafadha, Tas Berisi Uang dan HP Dirampas



Masyarakat kota Jambi diharapkan berhati-hati karena pelaku kejahatan jalan kembali beraksi, kali ini dialami seorang ibu rumah tangga ketika kembali dari Bank sehabis mengambil uang siang (4/7-2017) tadi sekitar pukul 10.00. Korban diikuti sampai di Jalan HMO Bafadhal, pas korban hendak buka pintu gerbang, tersangka membuka pintu mobil dan mengambial tas yang berisi uang, korban sempat tarik menalik dengan tersangka.

Berdasarkan informasi uang yang baru diambil dari Bank. Uang berikut Handphone dan surat penting yang berada dalam tas di rampas pas oleh tersangka.

Menurutnya korban tersangka berjumlah dua orang menunggangi motor Yamaha Jupiter menyambar tasnya yang berada dalam mobil nomor polisi BH 1922 AP. Kini korban sudah melaporkan kejadian kepada pihak polisi (Romy)