YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyatakan, sampai saat ini di puncak Gunung Merapi baru nampak titik api, namun lava tersebut belum sampai mengalir atau meleleh keluar, sehingga dikhawatirkan dapat memicu letusan lagi.
"Sampai saat ini kami tidak bisa melihat apakah kubah sudah terbentuk pascaletusan Sabtu pagi ini," katanya di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).
Menurut dia, magma Gunung Merapi di puncak hingga saat ini belum keluar atau mengalir ke lereng Merapi. "Kondisi inilah yang memungkinkan masih akan terjadinya letusan Merapi yang sifatnya eksplosif," paparnya menjelaskan.
Ia menuturkan, kondisi ini menjadi pembelajaran bagi semua, karena segala kemungkinan bisa saja terjadi dengan Gunung Merapi yang berada di perbatasan DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
"Semua ini pembelajaran bagi semua, semua tidak tahu apa maunya Gunung Merapi itu, semuanya masih sangat mungkin sekali. Karenanya, status 'Awas' masih terus kami tetapkan," katanya menegaskan.
Sultan: jangan menantang
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan telah menerima informasi dari BPPTK terkait kemungkinan tersebut. "Saya memang sudah mendapat informasi dari BPPTK Yogyakarta terkait kemungkinan itu. Untuk itu saya harapkan masyarakat khususnya di kawasan rawan bencana agar dapat lebih waspada," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah hanya bisa mengingatkan kepada masyarakat, dan untuk masalah keselamaatan ini semua tergantung masyarakat sendiri.
"Kami hanya bisa mengimbau dan memberitahu kalau ini sangat bahaya, tetapi kalau masyarakat tetap nekat tidak mau mengungsi, ya harus juga siap menanggung akibatnya. Semua tergantung dari diri sendiri," katanya menegaskan.
http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/19474987/
"Sampai saat ini kami tidak bisa melihat apakah kubah sudah terbentuk pascaletusan Sabtu pagi ini," katanya di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).
Menurut dia, magma Gunung Merapi di puncak hingga saat ini belum keluar atau mengalir ke lereng Merapi. "Kondisi inilah yang memungkinkan masih akan terjadinya letusan Merapi yang sifatnya eksplosif," paparnya menjelaskan.
Ia menuturkan, kondisi ini menjadi pembelajaran bagi semua, karena segala kemungkinan bisa saja terjadi dengan Gunung Merapi yang berada di perbatasan DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
"Semua ini pembelajaran bagi semua, semua tidak tahu apa maunya Gunung Merapi itu, semuanya masih sangat mungkin sekali. Karenanya, status 'Awas' masih terus kami tetapkan," katanya menegaskan.
Sultan: jangan menantang
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan telah menerima informasi dari BPPTK terkait kemungkinan tersebut. "Saya memang sudah mendapat informasi dari BPPTK Yogyakarta terkait kemungkinan itu. Untuk itu saya harapkan masyarakat khususnya di kawasan rawan bencana agar dapat lebih waspada," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah hanya bisa mengingatkan kepada masyarakat, dan untuk masalah keselamaatan ini semua tergantung masyarakat sendiri.
"Kami hanya bisa mengimbau dan memberitahu kalau ini sangat bahaya, tetapi kalau masyarakat tetap nekat tidak mau mengungsi, ya harus juga siap menanggung akibatnya. Semua tergantung dari diri sendiri," katanya menegaskan.
http://regional.kompas.com/read/2010/10/30/19474987/