Kamis, 10 Februari 2011

Kwan Kong (關聖帝君) Pahlawan Kesetiaan Penganut Khong Zi


Pada akhir masa pemerintahan Donghan (Han Timur), setelah terjadi dua kali perang saudara, pejabat di kerajaan yang setia dan adil semakin berkurang. Ditambah lagi serangan dari musuh dan kekacauan di dalam pihak militer, kekuasaan dinasti Han yang mempersatukan Tiongkok selama 400 tahun mendekati detik detik kehancurannya. Di masa yang serba sulit dan kacau ini, kebanyakan orang mengutamakan keuntungan, mereka berpihak kepada situasi dan kekuasaan yang bisa menguntungkan dirinya. Jika tidak menguntungkan dirinya maka mereka akan berpaling pada pihak yang bisa menguntungkan, sama sekali tidak memperdulikan kesetiaan dan ketulusan. Namun ada beberapa orang yang sangat mementingkan kesetiaan dan di masa ini makin bisa menonjolkan keluhuran jiwanya.
Semenjak perang di wilayah Chibi, perlahan lahan terbentuklah tiga negeri yaitu negeri Wei, Shu dan Wu. Di antara tiga negeri itu, yang paling kecil adalah negeri Shu di bawah pimpinan raja Liubei. Beliau bisa menjadi raja dan berperang dengan negeri Wu dan Wei selain berkat bantuan penasihat Zhu Geliang yang sangat cerdik, juga berkat bantuan adik angkatnya Guan Yu dan Zhang Fei.

Nama Guan Yu, nama semasa kanak adalah Yun Chang, beliau berasal dari provinsi He Dong Jie Liang (Sekarang provinsi Shan Xi kabupaten Lin Jin). Wajahnya merah, matanya bagaikan mata burung phoenix yang menjulang ke atas, alis mata tebal dan kasar, wajahnya sangat berwibawa, senang membaca Kitab Chunqiu. Guan Yu karena membunuh orang kaya yang suka menindas kaum lemah di desanya lalu melarikan diri dari kampungnya dan sejak itu merantau ke mana mana. Ketika para penyamun dengan ikat kepala dari kain kuning sedang merajalela, pemerintah menempelkan pengumunan di distrik Zhuo Jun untuk merekrut tentara untuk membasmi kawanan penyamun. Guan Yu bertolak menuju Zhuo Jun, kemudian tiba di sebuah losmen untuk beristirahat dan kebetulan bertemu dengan Liu Bei dan Si Penjual arak dan daging babi Zhang Fei yang berbicara tentang keadaan yang kacau saat itu. Bertemu dengan sesama satria maka Liu, Guan dan Zhang pun menjadi teman karib. Zhang Fei yang berpostur tubuh tinggi besar dan bersuara kencang berkata dengan gembira, Di belakang rumahku ada sebuah taman persik, bunganya bermekaran, besok kita bersembahyang Langit dan Bumi di taman itu, kita bertiga bersumpah untuk menjadi saudara angkat, bersatu padu mengerjakan hal besar.

Mereka bertiga meneguhkan sumpah setia, Meski tidak lahir pada hari yang sama, namun sudi meninggal pada tahun, bulan dan hari yang sama. Di antara mereka bertiga, Liu Bei menjadi kakak tertua, Guan Yu menjadi kakak ke dua dan Zhang Fei yang ke tiga, lalu di taman persik itu juga mereka minum arak sepuasnya sampai mabuk.

Ketika Liu Bei merekrut tentara kampung halamannya di distrik Zhuo Jun, Guan Yu dan Zhang Fei adalah pejabat militer yang melawan musuh. Kemudian Liu Bei menjabat di Ping Yuan, beliau mengangkat Guan Yu dan Zhang Fei sebagai panglima jenderal memimpin pasukan. Mereka bertiga tidur seranjang, akrab bagaikan saudara kandung, namun ketika berada di lingkungan pemerintahan, keduanya seharian berdiri di samping kiri kanan Liu Bei, tidak pernah menunjukkan sikap lengah, menyertai Liu Bei ke mana mana mengerjakan urusan pemerintahan, tidak menghindar dari segala macam bahaya. Setelah Liu Bei berhasil membunuh Shu Zou, beliau mengutus Guan Yu menjaga markas di kota Xia Pei, merangkap jabatan Tai Shou, sementara Liu Bei sendiri kembali ke kabupaten Pei.

Ketika pemerintahan Kaisar Han Xian memasuki tahun ke lima, Cao Chao memimpin pasukan menyerang Liu Bei, Liu Bei kalah perang, lalu beliau bergabung dengan Yuan Shao. Cao Chao berhasil menangkap Guan Yu, namun dia tidak memperlakukan GuanYu sebagai tahanan perang, bahkan sebaliknya memberikan pelayanan istimewa kepada beliau. Guan Yu diangkat menjadi wakil jenderal. Menurut peraturan militer, jika berhasil menangkap jenderal dari pihak lawan, maka harus disiksa untuk mendapatkan informasi militer pihak lawan, lalu dihukum mati. Inilah yang dinamakan ‘Satria Mengagumi Satria, Cao Chao malah menghargai jiwa satria Guan Yu dengan memberikan perlakuan istimewa kepadaNya, karena tidak mau kehilangan satria yang berbakat ini. Guan Yu sendiri tahu bahwa Cao Chao sangat menghargainya sehingga tidak membunuhnya, beliau merasa berhutang nyawa pada Cao Chao, maka beliau memutuskan menetap di perkemahan militer Cao Chao sampai memiliki kesempatan membalas budi Cao Chao, barulah pergi meninggalkannya.

Tidak berapa lama kemudian, Yuan Shao mengutus Jenderal Yuan Liang menyerang Liu Yan, Cao Chao mengutus Zhang Liao dan Guan Yu menyerang musuh di barisan depan. Dari kejauhan Guan Yu melihat bendera Yuan Liang, beliau memacu kudanya berlari kencang menerobos pasukan musuh lalu membunuh serta memenggal kepala Yuan Liang dan dibawa pulang. Tak seorang jenderal di bawah pimpinan Yuan Shao pun yang mampu menahan serangannya. Akhirnya Guan Yu memenangkan perang di daerah Bai Ma, Cao Chao segera melapor ke istana serta menganugerahkan jabatan Hou (Pembesar) pada beliau di Han Shou Ting.

Cao Chao sangat mengagumi jiwa satria Guan Yu, tapi dia tahu isi hatinya yang tidak sudi menetap selamanya di sisinya, sehingga mengutus Zhang Liao membujuknya, berharap bisa menetap dan membantu di pemerintahannya. Zhang Liao pun mencari tahu isi hatiNya, Guan Yu dengan berat hati berkata, Saya sangat menghargai budi Cao Chao, namun saya telah menerima jasa dan kebaikan dari Liu Bei, bahkan telah mengangkat saudara dengannya, saya tidak akan melanggar sumpah kami! Saya tidak akan berlama lama di samping Cao Chao, namun sebelum pergi, saya akan mengerjakan satu tugas besar demi membalas budinya.

Zhang Liao melaporkan semua perkataan Guan Yu kepada Cao Chao. Cao Chao sangat terharu dengan jiwa setia Guan Yu, dan dia tahu bahwa Guan Yu akan pergi meninggalkannya setelah membunuh Yuan Liang. Cao Chao memberikan banyak hadiah padaNya, namun semua hadiahnya tidak dibawa, Guan Yu meninggalkan satu surat untuk Cao Chao menyampaikan rasa terima kasihnya. Banyak pasukan Cao Chao ingin mengejarnya namun dilarang Cao Chao dan berkata, GuanYu ingin kembali kepada tuannya, tak perlu dikejar! Akhirnya Guan Yu berhasil kembali ke sisi Liu Bei.

Demi membalas budi Cao Chao yang tidak membunuhnya, beliau berperang melawan musuh, membunuh Yuan Liang, membantu Cao Chao mengatasi kekacauan di Bai Ma; demi menunjukkan kesetiaan kepada Liu Bei, beliau menolak jabatan yang tinggi dan kekayaan dari Cao Chao. Di masa yang serba kacau itu, jarang ada orang yang tidak mementingkan keuntungan, namun Guan Yu bisa melepaskan kekayaan dan jabatan, lebih memilih kesetiaan. Jiwa kesetiaan inilah yang kemudian mendapatkan kekaguman dari orang orang! Jangan heran orang orang kemudian memandang beliau sebagai simbol kesetiaan dan menyebutnya sebagai Sang Suci Guan Gong.

Orang-orang melukiskan Kwan Kong sedang berdiri diapit oleh anaknya (Kwan Ping) dan pengawalnya, sementara Kwan Kong duduk sambil membaca kitab Chun Qiu Jing (Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok/ Spring and Auntum Annals) karangan Nabi Agung Khong Zi

Catatan : Bahwa kini nama besar 關聖帝君 Kwan Kong/ Kwan Seng Te Kun/ Kwan Seng Tai Tee diganti orang menjadi : Satya Dharma, Bodhisatva Satyakalama (http://jindeyuan.org/kwan-kong-bodhisatva-satyakalama/index.htm).

http://www.confucian.me/forum/topics/kuan-kong-pahlawan-kesetiaan?