Jumat, 22 Juli 2011

Apa Xiangqi Indonesia Bisa Sama Dengan Luar Negeri.?

JAMBI – Kita tahu bahwa permainan Xiangqi (Catur Gajah) di Tanah Air Indonesia telah sejak puluhan tahun silam, namun permainan itu hanya dilakukan oleh orang-orang Tionghoa yang berusia diatas empat puluhan, mereka bermain disetiap sudut kota dan di warung-warung kopi. Permainan Xiangqi (Catur Gajah) tersebut tidak mereka regenerasikan, seolah-olah permainan hanya untuk diri mereka sendiri.
Maka pada tahun 2001 terbentuklah Perkumpulan Xiangqi Indonesia yang diberi nama PEXI, yang di komandani oleh Brigjen (pur) Tedy Yusuf, dalam kurun waktu beberapa tahun, Pexi telah terbentuk dibeberapa daerah bahkan setiap tahun dilakukan pertandingan-pertandingan antar provinsi sebagai bentuk pemersatukan bangsa tanpa membedakan suku, agama dan ras.

Pada tahun 2004 atas inisiatif Anton Gozali. S. Kom yang kala itu beliau sebagai anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung dan juga seorang pengusaha yang banyak memberikan kontributor terhadap perkembangan Xiangqi (Catur Gajah) di tanah air Indonesia. Bahwa harapan beliau agar pada Kejurnas tahun 2006 di Pakan Baru (Riau) telah ada peserta Kejurnas tingkat junior. Alhasil pada tahun 2006, kali pertama junior putra dan wanita diikut sertakan dalam Kejurnas, yang diikuti dari Jambi, Babel, Palembang dan tahun 2010 Jabar ikut andil dengan mengirimkan peserta junior putra dan wanita di Jakarta.

Sejak itu setiap tahun pemain Xiangqi (Catur Gajah) kategori junior putra dan wanita selalu hadir dalam Kejurnas Xiangqi, seyogyanya yang memiliki pemain junior putra dan wanita adalah Pengprov Pexi DKI, Sumut dan Jatim, akrena mereka yang pertama berdiri Xiangqi di Indonesia.

Banyak pemain muda yang bertanya, apakah Xiangqi (Catur Gajah) di tanah air Indonesia bisa berkembang seperti negara lain.? karena Xiangqi (Catur Gajah) kalah jauh bila dibanding dengan negara lain, seperti Vietnam yang baru beberapa tahun ini merdeka. Semua ini tergantung dari hati nurani Pengurus Besar Persatuan Xiangqi Indonesia (PB PEXI), namun semua ini menjadi tanda tanya antara sesama pencinta Xiangqi (Catur Gajah) Indonesia.

Pasalnya orang-orang yang duduk di kepengurusan PB Pexi bukan murni dari utusan Pengurus Provinsi (Pengprov), bagaimanapun juga keberadaan PB Pexi berkat adanya Pengprov, apa lagi hasil Munas Pexi tahun 2009 di Hotel Batavia, Jakarta dimana saat itu ketua umum dipilih melalui tim formatur, sedangkan untuk kepengurusan PB Pexi lainnya akan dimusyawarahkan dengan tim formatur yang ditunjuk oleh masing-masing Pengprov, ternyata amanah itu tidak diindahkan oleh ketua umum PB Pexi, sehingga terbentuklah kepengurusan yang tidak melalui tim formatur.

Menurut beberapa Pengprov, bahwa kepengurusan PB Pexi kali ini tidaklah sah, karena tidak adanya serah terima dari pengurus lama (Bunyanto eka Cendana), PB Pexi tidak melibatkan pengurus daerah (Pengprov), dan tidak pernah dilantik oleh pejabat yang berwenang. Hingga menjadi tanda tanya Pengprov Pexi, mau dibawa kemana Xiangqi (Catur Gajah) ini.?