Minggu, 16 Oktober 2011

Ribuan Umat Memberikan Penghormatan Kepada Tapak Kaki Sang Buddha

JAMBI – Prosesi perayaan Siripadapuja digelar oleh Yayasan Jaya Manggala berlangsung khusuk dan meriah. Prosesi upacara yang berlangsung pada Minggu malam (16/10/201) tersebut diikuti sekitar 2.000 umat Buddha Provinsi Jambi dan ada yang sengaja datang dari luar daerah, siantaranya dari Jakarta, Sumut, Sumsel.
Puncak perayaan berlangsung di Taman Alam Citra Indah (ACI), Desa Kasang Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, pukul 19.00 hingga pukul 21.30 WIB. Acara dimulai dengan pembacaan Siripada Gatha yang diikuti seluruh umat.

Jauhnya lokasi perayaan Siripadapuja yang memakan waktu 45 menit, maka panitia menyedia puluhan angkutan mini bus buat umat, tenyata banyak juga umat yang membawa kendaraan sendiri, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.

Terlihat begitu cerianya umat yang akan ikut Siripadapuja atau Penghormatan Kepada Tapak Kaki Sang Buddha.

Posesi Siripadapuja diawali Bhikkhu Sangha Agung, disusul umat dari belakang sambil memegang bunga teratai yang dibuat dari karton warna warni dan satu lilin yang telah dihidupkan serta membawa dupa (hio). Bhikkhu bersama umat mengitari danau menuju dermaga yang telah dipersiapkan jauh hari sebelum acara dilakukan.

Keceriaan terpancar diwajah ribuan umat, mereka dengan sabar antri mengikuti para bhikkhu. Selanjutnya mereka meletakkan satu per satu Bunga Teratai ke dalam kolam. Dalam sekejap, dermaga pun dihiasi lilin-lilin kecil yang terlihat indah.

Seusai prosesi pelepasan Bunga Telatai, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan hiburan.

Perlu diketahui, makna Siripadapuja itu sebagai symbol penghormatan kepada telapak kaki sang Buddha. Siripada berarti telapak kaki. Jadi upacara Siripada untuk menghormati telapak kaki sang Buddha.


Menurut Sekretaris Yayasan Jaya Manggala, dr Erdianto, mengatakan bahwa kegiatan itu telah terencana dengan baik. “Kita telah mempersiapan jauh-jauh hari sebelumnya datangnya hari Kathina, berbagai kekurangan, kita lengkapi. Peserta yang ikut dalam perayaan kali inipun cukup meningkat, yakni sekitar 2.000 orang, bahkan tahun ini ada beberapa daerah sengaja datang ke Jambi, seperti dari seperti umat dari Jakarta, Bogor, Medan dan Palembang. Tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya karena tahun ini cuaca sangat mendukung,“ ungkapnya.

Sejarah Siripadapuja berawal saat Dewa Naga mengunjungi sang Buddha dan bertanya, “Apabila YM sang Buddha telah Parinibbana (tingkat pencerahan tertinggi yang tidak akan mengalami terlahir kembali), kepada siapa saya menghormati dan bagaimana bentuk penghormatan kami kepada sang Buddha.? Kemudian sang Buddha meninggalkan jejak kaki-Nya di tepi Sungai Namatha, sebagai bentuk atau objek untuk menghormati sang Buddha bila beliau Parinibanna dalam bentuk materi, yaitu berupa lilin, dupa, dan bunga yang dihanyutkan ke sungai atau air sebagai penghormatan kepada sang Buddha. Upacara itu dinamakan upacara Siripada. Sampai sekarang tradisi tersebut masih tetap dilestarikan umat Buddha.

Selain untuk menghormati dan mengikuti jejak kaki sang Buddha, upacara dimaksudkan untuk mendoakan keselamatan negara dan bangsa dari segala bencana alam serta roda pemerintahan dapat tetap berjalan lancar tanpa halangan maupun rintangan.

Pada kesempatan tersebut umat Buddha yang hadir turut berdoa agar Tanah Air Indonesia tetap aman dan masyarakat dapat hidup rukun berdampingan.

“Satu per satu teratai dihanyutkan, gahaya lilin gemerlap menyinari sekitar danau diiringi wangi cendana mengharumkan suasana... Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Sadhu Sadhu Sadhu.” (Romy)