JAMBI – Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien, Kamis siang (26/1-2012), Po Un dopimpin oleh Taoshe< Lim Tek Ching dari China akan dilakukan selama 10 kedepan mulai adakan Po Un Hampir disetiap klenteng menggelar prosesi Po Un, ritual tersebut sudah menjadi salah satu tradisi bagi warga Tionghoa. Tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat Tionghoa, meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksana di masing-masing klenteng, namun tujuanya sama yakni untuk meminta keselamatan.
Hasil pantauan di lapangan, setiap umat Khonghucu yang ikut prosesi “Po Un” wajib membawa pakaian, sedangan sesajian lain telah dipersiapkan oleh pihak klenteng, seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah, Kim Cua (kertas sembahyang), bentuk gambar terbuat dari kertas diantaranya kepala keluarga, istri dan anak laki-laki maupun perempuan. Setiap peserta Po Un mengikuti Tao She mengeliling dupikat jembatan sebanyak 12 kali dengan membawa sesajian, sedangkan sesajian seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah sebagai simbol panjang umur. baju yang distempel ini nantinya akan dipakai selama 3 hari berturut.
Menurut Rohaniwan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, The The Lien Teng, berlokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat Khonghucu tersebut”.
Tambah The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di China. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di klenteng-klenteng setiap tahun”. katanya.
Selanjutnya bahwa dari beberapa ritual yang telah dilakukan di klenteng, ada perbedaan pelaksanaan dari masing-masing klenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Naga yang jatuh tepat pada 2012 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut harus ikut dalam ritual Po Un ini,” katanya.
Bahwa ritual tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China, “Hanya dilakukan oleh agama Khonghucu”. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah shio Naga chiong dengan shio Anjing, Kuda, Monyet dan Tikus.
Dalam tradisi Tionghoa kuno dikenal sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong (sengkala). (Romy)