Namun kenyataan masih banyak warga tionghoa yang memahami apa sebenarnya agama yang dianutinya, suka-suka mereka mau kemana untuk sembahyang, kadangkala mereka sembahyang ke cetiya/ vihara, kadangkala mereka sembahyang di klenteng-klenteng.
Jika kita telusuri rumah-rumah warga tionghoa 99% mereka sembahyang Tua Pek Kong agama yang dianut mereka sejak dahulu, jika kita tanya apa agama mereka, jawabnya singkat Khonghucu ada juga yang mengatakan Buddha, bagi mereka antara Khonghucu dan Buddha sama, boleh sembahyang di klenteng, juga boleh sembahyang di vihara.
Salah satu tokoh dan pengusaha di Tanjab Barat yang bernama pernah bertanya apa sebenarnya agamanya, karena sering sembahyang di klenteng dan juga suka sembahyang ke vihara…. Karena mereka tidak pernah mendapatkan bimbingan yang instansi yang berkaitan dengan agama… yang paling celaka ada yang mengatakan, bahwa kedua agama sama termasuk Taoisme yang disingkat menjadi Tridarma. Pada hal kita mengetahui setiap warga negara hanya boleh memeluk salah satu agama dari enam agama yang diakur pemerintah.
Masing-masing agama memiliki kitab suci: agama Buddha = Tripitaka, Khonghucu = Su Si dan Ngo Keng, sedangakan Lao Tze/ Lo Cu ( Taoisme) = Tao Te Cing/ To Tek Keng. Ketiga kitab suci tersebut tidak bisa di campur aduk kan sehingga tercipta suatu ajaran baru. Untuk itu sudah saatnya pemerintah perlu turun tangan untuk membenahinya sebelum terjadi rebutan umat dari masing-masing agama.
Berikut petikan tentang asal usul Tridarma yang dihimpun dari Ketua Gemaku Kris Tan sebagai berikut:
Setelah Khonghucu diberi angin bisa berdiri sendiri sebagai agama, tentunya ada gangguan terhadap tridharma. Selama ini agama orang-orang tionghoa disatukan dalam ketiga ajaran; Khonghucu, Tao dan Buddha.
Klenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal, Jawa Tengah Sabtu dua pekan lalu menjadi saksi sejarah perkawinan penganut agama Khonghucu. Di tempat peribadatan itu Kantor Catatan sipil mencatat pernikahan pasangan Handeyjanto Sosilo, 60 tahun, dan Mary, 50 tahun. Dari namanya, menggunakan akhiran Kiong, klenteng itu menganut ajaran Tao. “Kami kaum Khonghucu memang lebih dekat (teologi) dengan penganut Taoisme dibandingkan dengan Buddhis,”kata Ketua Generasi Muda Khonghucu, Kristan.
Menjenguk klenteng kaum Khonghucu Hok Tek Bio di Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat, masih terasa adanya campuran tiga ajaran Buddha, Tao dan Khonghucu. Terbukti dengan adanya tiga altar masing-masing ajaran di dalam tempat peribadatan tersebut. Di tempat itu bercampur antara persembahan untuk Nabi Khongcu, Hok Tek Ceng Sin atau malaikat penjaga bumi, Kwan Kong, Jenderal perang kerasaan Sam Kok dan Avolikestevara alias Dewi Kwan Iem. Penggabungan tiga ajaan itulah yang disebut Tridharma.
Tridharma sebagai satu organ kesatuan hanya ada di Indonesia. tidak pernah mempunyai hubungan ke negara lain. Tridharma lahir untuk melawan misionaris agama kristen yang dianggap berorientasi menyedot umat Buddha keturunan tionghoa pada akhir abad 19.
Perjuangan itu dimulai pada tahun 1900 saat berdirinya berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan. Organisasi ini mengajarkan Bahasa Tionghoa dan Agama Khonghucu sebagai respons atas gencarnya misionaris Kristen. Bersamaan dengan itu berdiri pula Perhimpunan Theosofi, tempat tokoh-tokoh Agama Buddha belajar dan berkumpul.
Kwee Tek Hoay mendirikan Sam Kauw Hwee setelah menganggap Tiong Hoa Hwee Koan gagal memelihara dan mengembangkan ajaran Khonghucu. Kwee menganggap Khong Kauw Hwee yang didirikan di Solo pada tahun 1918 dan di kota-kota lain kurang memasyarakat dan kurang memberikan harapan. Setelah Indonesia merdeka pada 1953 dibentuk Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) di Jakarta, yang merupakan cikal bakal Tridharma.
Ong Kie Tjay membentuk tempat Ibadat Tridharma karena klenteng-klenteng, terutama di Jawa Timur terancam punah sebagai akibat dari persepsi yang kurang lengkap dari penguasa setempat terhadap klenteng yang menganggapnya sebagai lembaga kecinaan non agama pasca peristiwa G30S tahun 1965. Baru pada April 1976 Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia resmi menaungi tiga ajaran tersebut.
Sesungguhnya tridharma yang dalam dialek Hokkian disebut Samkau atau tiga ajaran; Tao, Khonghucu dan Buddha, tidak dapat digolongkan ke dalam agama apapun. Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat tionghoa hasil dari campuran ketiga filsafat yang mempengaruhi kebudayaan tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2.500 tahun yang lalu. Karena agama resmi yang diakui oleh pemerintah Indonesia hanya 5, umat tridharma masuk dikelompokkan dalam lingkup agama Buddha. “Padahal ajaran kami satu sama lain berbeda,”kata rohaniwan Khonghucu, Tan Im Yang.
Ajaran Konghucu atau Konfusius istilah aslinya Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu dipercaya bukanlah pencipta agama itu, melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya. “aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut,”kata Khonghucu.
Bukankah kalo mau jujur semua agama itu gak ada yang brand new, Jesus (Isa) meneruskan Musa, Daud, Ibrahim dll yang menurut Islam ditutup oleh nabi Muhamad sebagai Nabi terakhir. begitu juga yang terjadi pada Buddha/ Sidharta Gautama terhadap Hinduism
Banyak orang mengira Khonghucu hanya ajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan etika. Menurut Jiao Seng Im Yang dalam agama Khonghucu juga terdapat ritual yang harus dijalani pengikutnya. Agama Khonghucu mengajarkan hubungan antar sesama umat manusia yang disebut Ren Dao lalu hubungannya dengan sang pencipta alam (Tian Dao) yang disebut Tian atau Sang Di. “Khonghucu itu ajaran tauhid,”kata Im Yang.
Karena adanya tridharma itulah terjadinya pengkaburan ajaran Khonghucu. “Kalaupun ada patung atau gambar di dalam klenteng, bukan berarti kami menyembah mereka. Kami hanya menghormati mereka sebagai pahlawan atau orang suci yang pantas dihormati dan perlu di tauladani perbuataanya,”ujar Im Yang. Kini dengan diakui Khonghucu sebagai agama secara tegas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diharapkan penganut agama Khonghucu dapat menjalankan ibadahnya secara murni, tak perlu lagi bercampur dengan ajaran lain. “Agar pertanggungjawabannya jelas,”ujar pengurus Kong Miao/ Lithang Desa Citeureup itu. Ahmad Taufik, Tempo Maret 2004
http://www.kristan.me/khonghucu-dan-tridharma
http://www.confucian.me/main/search/search?q=khonghucu+dan+tridarma&page=1
Jika kita telusuri rumah-rumah warga tionghoa 99% mereka sembahyang Tua Pek Kong agama yang dianut mereka sejak dahulu, jika kita tanya apa agama mereka, jawabnya singkat Khonghucu ada juga yang mengatakan Buddha, bagi mereka antara Khonghucu dan Buddha sama, boleh sembahyang di klenteng, juga boleh sembahyang di vihara.
Salah satu tokoh dan pengusaha di Tanjab Barat yang bernama pernah bertanya apa sebenarnya agamanya, karena sering sembahyang di klenteng dan juga suka sembahyang ke vihara…. Karena mereka tidak pernah mendapatkan bimbingan yang instansi yang berkaitan dengan agama… yang paling celaka ada yang mengatakan, bahwa kedua agama sama termasuk Taoisme yang disingkat menjadi Tridarma. Pada hal kita mengetahui setiap warga negara hanya boleh memeluk salah satu agama dari enam agama yang diakur pemerintah.
Masing-masing agama memiliki kitab suci: agama Buddha = Tripitaka, Khonghucu = Su Si dan Ngo Keng, sedangakan Lao Tze/ Lo Cu ( Taoisme) = Tao Te Cing/ To Tek Keng. Ketiga kitab suci tersebut tidak bisa di campur aduk kan sehingga tercipta suatu ajaran baru. Untuk itu sudah saatnya pemerintah perlu turun tangan untuk membenahinya sebelum terjadi rebutan umat dari masing-masing agama.
Berikut petikan tentang asal usul Tridarma yang dihimpun dari Ketua Gemaku Kris Tan sebagai berikut:
Setelah Khonghucu diberi angin bisa berdiri sendiri sebagai agama, tentunya ada gangguan terhadap tridharma. Selama ini agama orang-orang tionghoa disatukan dalam ketiga ajaran; Khonghucu, Tao dan Buddha.
Klenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal, Jawa Tengah Sabtu dua pekan lalu menjadi saksi sejarah perkawinan penganut agama Khonghucu. Di tempat peribadatan itu Kantor Catatan sipil mencatat pernikahan pasangan Handeyjanto Sosilo, 60 tahun, dan Mary, 50 tahun. Dari namanya, menggunakan akhiran Kiong, klenteng itu menganut ajaran Tao. “Kami kaum Khonghucu memang lebih dekat (teologi) dengan penganut Taoisme dibandingkan dengan Buddhis,”kata Ketua Generasi Muda Khonghucu, Kristan.
Menjenguk klenteng kaum Khonghucu Hok Tek Bio di Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat, masih terasa adanya campuran tiga ajaran Buddha, Tao dan Khonghucu. Terbukti dengan adanya tiga altar masing-masing ajaran di dalam tempat peribadatan tersebut. Di tempat itu bercampur antara persembahan untuk Nabi Khongcu, Hok Tek Ceng Sin atau malaikat penjaga bumi, Kwan Kong, Jenderal perang kerasaan Sam Kok dan Avolikestevara alias Dewi Kwan Iem. Penggabungan tiga ajaan itulah yang disebut Tridharma.
Tridharma sebagai satu organ kesatuan hanya ada di Indonesia. tidak pernah mempunyai hubungan ke negara lain. Tridharma lahir untuk melawan misionaris agama kristen yang dianggap berorientasi menyedot umat Buddha keturunan tionghoa pada akhir abad 19.
Perjuangan itu dimulai pada tahun 1900 saat berdirinya berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan. Organisasi ini mengajarkan Bahasa Tionghoa dan Agama Khonghucu sebagai respons atas gencarnya misionaris Kristen. Bersamaan dengan itu berdiri pula Perhimpunan Theosofi, tempat tokoh-tokoh Agama Buddha belajar dan berkumpul.
Kwee Tek Hoay mendirikan Sam Kauw Hwee setelah menganggap Tiong Hoa Hwee Koan gagal memelihara dan mengembangkan ajaran Khonghucu. Kwee menganggap Khong Kauw Hwee yang didirikan di Solo pada tahun 1918 dan di kota-kota lain kurang memasyarakat dan kurang memberikan harapan. Setelah Indonesia merdeka pada 1953 dibentuk Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) di Jakarta, yang merupakan cikal bakal Tridharma.
Ong Kie Tjay membentuk tempat Ibadat Tridharma karena klenteng-klenteng, terutama di Jawa Timur terancam punah sebagai akibat dari persepsi yang kurang lengkap dari penguasa setempat terhadap klenteng yang menganggapnya sebagai lembaga kecinaan non agama pasca peristiwa G30S tahun 1965. Baru pada April 1976 Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia resmi menaungi tiga ajaran tersebut.
Sesungguhnya tridharma yang dalam dialek Hokkian disebut Samkau atau tiga ajaran; Tao, Khonghucu dan Buddha, tidak dapat digolongkan ke dalam agama apapun. Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat tionghoa hasil dari campuran ketiga filsafat yang mempengaruhi kebudayaan tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2.500 tahun yang lalu. Karena agama resmi yang diakui oleh pemerintah Indonesia hanya 5, umat tridharma masuk dikelompokkan dalam lingkup agama Buddha. “Padahal ajaran kami satu sama lain berbeda,”kata rohaniwan Khonghucu, Tan Im Yang.
Ajaran Konghucu atau Konfusius istilah aslinya Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu dipercaya bukanlah pencipta agama itu, melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya. “aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut,”kata Khonghucu.
Bukankah kalo mau jujur semua agama itu gak ada yang brand new, Jesus (Isa) meneruskan Musa, Daud, Ibrahim dll yang menurut Islam ditutup oleh nabi Muhamad sebagai Nabi terakhir. begitu juga yang terjadi pada Buddha/ Sidharta Gautama terhadap Hinduism
Banyak orang mengira Khonghucu hanya ajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan etika. Menurut Jiao Seng Im Yang dalam agama Khonghucu juga terdapat ritual yang harus dijalani pengikutnya. Agama Khonghucu mengajarkan hubungan antar sesama umat manusia yang disebut Ren Dao lalu hubungannya dengan sang pencipta alam (Tian Dao) yang disebut Tian atau Sang Di. “Khonghucu itu ajaran tauhid,”kata Im Yang.
Karena adanya tridharma itulah terjadinya pengkaburan ajaran Khonghucu. “Kalaupun ada patung atau gambar di dalam klenteng, bukan berarti kami menyembah mereka. Kami hanya menghormati mereka sebagai pahlawan atau orang suci yang pantas dihormati dan perlu di tauladani perbuataanya,”ujar Im Yang. Kini dengan diakui Khonghucu sebagai agama secara tegas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diharapkan penganut agama Khonghucu dapat menjalankan ibadahnya secara murni, tak perlu lagi bercampur dengan ajaran lain. “Agar pertanggungjawabannya jelas,”ujar pengurus Kong Miao/ Lithang Desa Citeureup itu. Ahmad Taufik, Tempo Maret 2004
http://www.kristan.me/khonghucu-dan-tridharma
http://www.confucian.me/main/search/search?q=khonghucu+dan+tridarma&page=1