Sabtu, 28 April 2012

Pemandian Rupang Buddha Menyambut Waisak Di Vihara Sakyakirti


JAMBI – Seminggu sebelum perayaan Hari Raya Trisuci Waisak, para penganut agama Buddha Jambi mulai mempercantik vihara di Jambi, dan berbagai kegiatan diselenggarakan demi memeriahkan datangnya bulan suci Waisak 2556/BE, yang jatuh pada hari Minggu, 6 Mei 2012 mendatang.

Sabtu pagi (28/4) umat Buddha yang mayolitas oma-oma telah mendatangi Vihara Sakyakirti di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, kedatangan para oma-oma ini adalah untuk mengikuti ritual pemandian rupang Buddha, ritual yang rutin digelar seminggu menjelang perayaan Tri Waisak.

Ritual tersebut untuk memperingati hari kelahiran Pengeran Sidharta di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM, maka para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi dan selanjutnya Bodhisatva berjalan tujuh langkah kedepan terus tumbuh bunga-bunga Teratai dari tanah di bawah setiap jejaknya yang artinya terpenuhi harapannya.

Bahwa makna dari Pemandian Rupang Buddha adalah untuk mengingatkan kembali hari kelahiran Bodhisatva (Pangeran Siddharta) di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM dan saat Ratu melahirkan Pangeran Siddharta para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi. Selain itu agar kita selalu mengingatkan ajaran sang Buddha serta membersihkan diri kita seperti Pangeran Sidharta Gotama.

Sebelum prosesi pemandian dilaksana, para jamaah terlebih dahulu membaca doa yang dipimpin bhiksu Y.M. Nyana Sukha dan Y.M. Giri Ksanti dan setelah itu baru dilangsungkan pemandikan rupang yang diawali oleh bhiksu Y.M. Nyana Sukha, disusul Y.M. Giri Ksanti dan umat. “Semua kegiatan ini dilakukan secara bergantian.” Selama dimandikan, di patung rupang yang diletakkan diatas rangkaian bunga telatai, kemudian patung itu diletakkan di atas sebuah altar. Sedangkan di hadapan rupang terdapat air untuk memandikan rupang, bunga-bunga dan buah-buahan.

Mandi rupang adalah kegiatan rutin umat Buddha menjelang Waisak. Rupang adalah sebuah patung kecil yang wujudnya fisik Buddha. Berdasarkan sejarahnya, ketika dilahirkan ke atas dunia ini, Buddha rupang langsung berjalan sebanyak tujuh langkah. Istimewanya lagi, setiap langkahnya selalu ditumbuhi bunga teratai.

Menurutu Romo Balamitta, upacara mandi rupang diawali dengan sembahyang atau puja bhakti oleh para bhiksu dan jamaah, kemudian satu persatu jemaah menyirami rupang Buddha yang ditempatkan di atas altar diawali oleh bhiksu Y.M. Nyana Sukha dan disusul Y.M. Giri Ksanti dan umat. Tema Waisak tahun ini, “Genta Waisak Melantunkan semangat mawas diri dan hidup harmonis.” (rom)