Selasa, 29 Januari 2013

Menanti Ketegasan Pemerintah

Pemerintah Indonesia cq Kementrian Agama RI sudah saatnya mempertegas Kelenteng itu milik tempat ibadah umat mana, juga memperjelas Vihara tempat ibadah umat yang mana, sehingga tidak terjadi timpang tindih seperti sekarang ini, ada Kelenteng alias Vihara, dan yang membingungkan adalah Kelenteng dijadikan Vihara, pada hal didalam kelenteng tersebut terdapat para suci sin beng (dewa-dewi).
Selain itu Pemerintah mesti menjelaskan apa itu TITD, apa agama baru yang dibawah salah satu agama sah di Indonesia dan bentuk tempat ibadahnya seperti apa.? Jangan mengambil alih tempat ibadah orang lain menjadi hak miliknya serta pengabungan (sinkretisme) beberapa ajaran menjadi satu. Antara Kelenteng dengan Vihara jauh berbeda, kerena kedua tempat ibadah telah ditetapkan pemerintah berdasarkan PP Nomor 55 tahun 2007.

Kalau kita simak arah TITD adalah mengarahkan umat Khonghucu menjadi agama Buddha, dalam hal ini bisa menyesatkan umat yang mayolitas orang awam.

Seperti uraian sipembuat TITD yang kini nerobah arah: ANGGIE  Tjetje pernah membuat disertasi tentang kerancuan nama Tridharma di Indonesia. Menurutnya, tidak pernah ada sebenarnya penyebutan dan pengakuan untuk agama Tridharma. Pemahaman masyarakat Indonesia perihal agama Tridharma ini, menurut Aggie Tjeje adalah sebuah kecelakaan.

Pasalnya, kata Aggie, di negeri China sesungguhnya tidak pernah ada penggabungan pemahaman itu. Selain Islam dan Kristen, tentunya, ada empat agama lainnya yang diakui di Negeri Tirai Bambu tersebut. Keempat agama itu adalah, Khonghucu, Taoisme, Buddha Mahayana versi China, dan Agama China itu sendiri atau biasa disebut agama rakyat atau volk religi.

“Agama rakyat ini bersifat anonim, tanpa nama, sama halnya dengan agama Yahudi. Disebut demikian karena sesuai dengan suku bangsa yang menganutnya. Sama halnya dengan Hindu yang berasal dari wilayah hindustan,“ terangnya.

Menurut Aggie, akibat kecelakaan ini hingga sekarang masih banyak orang beranggapan bahwa tiga agama tadi adalah sama. Padahal, lanjutnya, ketiganya tidak pernah bersatu kecuali menyoal falsafahnya.

“Umat ketiga agama ini sebenarnya beragama China. Tapi karena kesalahpahaman akhirnya muncul trend orang-orang ke Buddha ayo, ke Khonghucu ayo, dan ke yang lainnya juga ayo. Padahal tidak pernah ada gabungan tiga agama itu. Semuanya muncul 2500 tahun lalu, sementara orang China sudah beragama sejak 7000 tahun lalu,“ paparnya.

Untuk di Indonesia sendiri, kata Aggie, karena waktu itu hanya Buddha yang diakui, maka orang Tionghoa kebanyakan akhirnya memakai topeng Buddha di KTP, meskipun agama yang dianutnya adalah Taoisme atau Khonghucu.

“Kini Khonghucu sudah diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Tinggal Taoisme yang belum. Semoga saja dalam waktu yang tidak lama lagi status Taoisme sebagai keyakinan dan agama juga bisa menyusul diakui di Indonesia,” harap Aggie. (Alidrian fahwi)

http://www.indochinatown.com/aggie-tjetje-berharap-taoisme-menjadi-agama-resmi-di-indonesia/